Chapter 5

608 103 29
                                    

"Seperti itu situasinya."

"Begitu rupanya. Aku sudah memahaminya."

Beberapa hari kemudian, setelah berkali-kali keluar masuk ke dalam reruntuhan itu dan sedikit banyak mulai menjelajahi kedalamannya, [Name] diperkenalkan secara langsung dengan orang yang mungkin sedikit banyak dapat menjadi bantuan tambahan untuk masalah ini.

Salah satunya adalah Mahamatra Agung, Cyno. Betapa mengejutkannya saat [Name] mendengar ini langsung dari Tighnari, tetapi ia juga menambahkan bahwa Cyno bukan orang yang menyeramkan selama masih mematuhi regulasi dalam Akademiya. Jadi [Name] bisa tenang dengan itu.

Namun tentu [Name] tidak benar-benar tenang dengan hal itu mengingat dia masih memiliki satu penelitian yang harus dikerjakannya atas permintaan Grand Sage Sementara itu. Mengingatnya lagi-lagi membuat wanita itu geram.

"Apa ini gas berbahaya di dalam reruntuhan yang kalian bicarakan?" tanya Cyno setelah mendengar keseluruhan cerita dari penjelajahan belakangan ini.

[Name] mengangguk. "Iya. Gasnya sangat mudah meledak bahkan hanya dengan konsentrasi berkisar 5 persen sampai 14 persen."

Usai mendengar itu, Cyno memeriksanya sendiri. Awalnya ia mengamatinya, kemudian menggunakan kemampuan analisa singkatnya. Lalu ia mengatakan hal yang sama seperti yang dikatakan [Name] sebelumnya, mengakuinya.

Setelah itu, Cyno meminta agar tidak ada siapa pun yang turun menuju reruntuhan itu tanpa izin darinya dan Tighnari, menghindari para pelajar yang sangat haus akan pengetahuan dan berpotensi membahayakan dirinya sampai keadaan di dalam reruntuhan dianggap tidak berbahaya untuk dijadikan bahan penelitian.

Sebetulnya [Name] agak menyayangkan hal itu mengingat masih ada sedikit banyak hal yang ingin dilihatnya di sana.

Mengingat dirinya menemukan beberapa tablet batu berbahasa Deshret lainnya di dalam reruntuhan, ada kemungkinan ini berkaitan dengan tempat yang ingin [Name] datangi untuk menjadi bahan penelitiannya. Aneh rasanya menemukan tablet batu berbahasa Deshret di Hutan Hujan, bagaimana pun aksara itu hanya ditemukan di reruntuhan padang pasir dimana Raja Deshret berkuasa.

Kecuali ada maksud yang lain dari tablet batu ini….

"... [Name]... hei, [Name]!"

"Oh!" [Name] segera menoleh ke arah samping. "Maaf, aku melamun. Ada apa?"

"Karena urusanku di sini sudah selesai dan sisanya bisa kuserahkan kepada para Matra," kata Tighnari. "Bagaimana kalau kita membicarakan tentang penelitianmu?"

ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ♡ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ

Dan [Name] mulai menjelaskan detail tentang penelitiannya. Tentang ketiga Raja Dewa yang dulu menguasai Sumeru—Raja Deshret, Dewi Bunga, dan sang Archon Dendro, Kusanali—dan hubungan diantaranya. Penelitiannya juga akan menjalar tentang alasan lain sang Archon Dendro membangun Tembok Samiel dan memisahkan gurun pasir dan hutan hujan.

Dengan kata lain, penelitian [Name] akan dimulai di gurun pasir dimana Raja Deshret berkuasa.

"Topik penelitianmu menarik sekali," ujar Cyno usai mendengar semua tuturan [Name].

"Seperti katanya," Tighnari menyambung. "Meski begitu, harus kukatakan kalau ini akan jadi penelitian yang sedikit berbahaya."

"Terima kasih banyak. Aku tahu itu…."

Bagaimana pun, para pengikut Raja Deshret atau yang lebih sering disapa Scarlet King itu—Ayn Al-Ahmar yang merupakan faksi dari para Eremite—sangat sensitif dengan topik sang Raja Dewa Gurun Emas dan Tembok Samiel.

[21+] To Find Something Again | Alhaitham x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang