Chapter 8

571 93 3
                                    

Untuk beberapa alasan, [Name] tiba-tiba sangat merindukan Fontaine. Bukan, ini bukan karena cuaca di Sumeru yang lembab atau dia yang menyukai aroma tanah yang basah karena hujan, melainkan berkat seseorang.

Setelah pertemuannya dengan Alhaitham hari itu, [Name] berusaha keras untuk menghindarinya bahkan ketika ia keluar untuk membeli beberapa bahan makanan.

Berbeda dengan Fontaine yang wilayah perkotaannya masih luas, Sumeru bisa dibilang tidak terlalu besar dan orang-orang cenderung dapat berpapasan beberapa kali dalam sehari di tempat yang sama. Awalnya [Name] masih ingin tinggal di Hutan Avidya dengan Tighnari, tapi ia bukan anggota Penjaga Hutan dan tak seharusnya ia mengusik teman masa kecilnya itu terlalu lama, karenanya ia kembali setelah membongkar barang-barangnya dan menyiapkan kebutuhannya selama tinggal di Sumeru.

Meskipun dia tidak membenci suasana di Sumeru, tapi ini tetap membuatnya merasa sangat tidak nyaman. Kendati demikian, ia berusaha untuk mengabaikan semua gangguan kecil itu mengingat dia tidak bisa terus menghindari Grand Sage Sementara itu karena ia masih membutuhkan izinnya untuk melakukan penelitian.

[Name] mendesah berat, ia melangkah dengan gusar. Kalau saja bukan karena kejadian beberapa hari yang lalu, ia tidak akan seperti ini. Sungguh. Lalu kini ia harus memasang muka tebal seakan ia tidak pernah mengatakan hal seperti itu sebelumnya.

Setelah seseorang dari pihak Akademiya mengantarnya dan [Name] memasuki ruangan sang Grand Sage, dia mendapati Alhaitham tengah sibuk melakukan sesuatu dari balik meja kecil di depannya.

Merasa dia datang di waktu yang kurang tepat, [Name] membungkuk dan berkata, "maaf karena sudah mengganggu waktu istirahat Anda, Tuan Alhaitham."

Alhaitham menoleh sejenak ke arahnya dan membalas, "tidak perlu kau pikirkan, silakan duduk."

Dan [Name] pun duduk, tepat di waktu yang sama Alhaitham membawakan seperangkat dallah¹ di hadapannya dan menyuguhkan segelas kopi untuknya. Perasaan tidak enak segera menggerogotinya. Bagaimana bisa seorang Grand Sage menyuguhkannya kopi kepada seorang mahasiswa pasca-sarjana langsung di ruangannya?

Entah apa yang akan dikatakan orang-orang jika ada yang melihatnya saat ini. Disisi lain, Alhaitham tetap melakukan semua itu tanpa menyadari ekspresi tidak enak yang [Name] berikan sekarang. Namun demikian, [Name] sama sekali tidak bisa mengabaikan semua yang dilakukan Alhaitham sekarang terlebih ketika ia menambahkan susu segar dan tiga sendok teh gula ke dalam tehnya.

"Kau masih menyukai kopi susu, 'kan?" tanya Alhaitham memastikan seraya menggeser gelas kopi itu ke arahnya.

"…."

Namun [Name] mengabaikannya dan terus melihatnya dalam diam. Alhaitham lantas menginterupsi, "[Name]? Apa ada sesuatu di wajahku?"

"Ya? Ah…." [Name] segera menggeleng padanya. "Maafkan saya."

"Kau terus melihatku, kupikir ada sesuatu yang aneh denganku."

[Name] terdiam sejenak. Satu-satunya yang aneh adalah bagaimana dia bisa sadar kalau sejak tadi wanita ini menatapnya? Mengesampingkan hal itu, [Name] sedikit malu karena Alhaitham menangkap basah dirinya tengah memandangi pria ini.

"Tidak ada. Anda tidak perlu khawatir." [Name] berdeham dan menggeliat tidak nyaman sambil memperbaiki posisi duduknya, kemudian berkata, "saya hanya merasa tidak enak hati karena Anda yang menyiapkan kopi ini. Saya senang menerimanya, tapi saya harap Tuan Alhaitham tidak melakukannya lagi. Saya khawatir jika ada yang melihatnya."

"Begitukah?" Alhaitham terdiam sejenak, ekspresi tenangnya itu tidak ada ubahnya sama sekali. "Kalau begitu, kau tidak perlu khawatir."

Justru kalimat Alhaitham barusan semakin membuatnya khawatir. Ia jelas tahu apa maksudnya. Alhaitham memintanya untuk tidak memikirkan rumor apa pun yang mungkin muncul tentangnya karena mereka tidak tahu apa pun yang terjadi sebenarnya. Membicarakan rumor tentangnya pun akan percuma, semua orang sudah menduga hal itu dan mungkin cenderung mengabaikannya.

[21+] To Find Something Again | Alhaitham x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang