Chapter 3

870 137 56
                                    

Eh... kenapa tiba-tiba!?

Walaupun untuk sesaat tadi jantungnya hampir berhenti berdetak, [Name] akhirnya bisa kembali menarik kesadaran dirinya sebelum ia terlihat tampak lebih bodoh dari ini.

Jadi dia hanya tersenyum dan tertawa canggung, lalu berkata, "saya tidak mengerti dengan apa yang ingin Anda katakan, tapi terima kasih banyak. Akan saya anggap itu pujian."

"Iya." Alhaitham mengangguk-anggukan kepalanya beberapa kali lantas menerima dokumen yang diulurkan kepadanya.

Selagi pria di depannya mulai meniti tulisan dalam lembaran kertas itu satu per-satu, [Name] tengah memaki diri dalam batinnya.

Alhaitham jelas mengatakan sesuatu yang tak berdasar dan tanpa tujuan, dan bodohnya [Name] sempat membeku karena ucapannya itu. Di tempat ini dan saat ini, Alhaitham memiliki posisi yang sangat tinggi meski dengan embel-embel "sementara", dengan kata lain [Name] tidak bisa bertindak sembarangan demi reputasi dan kenyamanannya hanya karena ia enggan berhubungan dengan pria ini lagi.

Lagi pula, sejak awal Alhaitham adalah orang yang tak bisa ia tangani semudah itu.

Tidak ada yang berubah, bahkan ketika ia masih menjadi kekasih pria ini. Memang benar Alhaitham yang mengungkapkan perasaannya lebih dulu—yang [Name] kira mungkin itu hanya karena perasaan empatinya saja—tapi tak bisa dipungkiri bahwa ia juga pernah begitu menyukai pria ini.

Alhaitham tidak pernah bersikap buruk padanya. Sedikit pun, tidak pernah. Sebaliknya, ia sangat baik hingga di titik dimana [Name] menerima banyak bantuan untuk penelitiannya pada awal masa studinya di Sumeru Akademiya dan dalam titik tersulit dalam hidupnya.

Namun Alhaitham, pria itu, terlihat hanya menganggap dirinya seperti tuas rem untuk menahan dirinya atau memperhitungkan tindakannya sendiri, bukan seorang kekasih. Kendati demikian [Name] menahan diri, terus berusaha menyamakan langkahnya dengan pria itu, hingga perasaan untuknya perlahan menghilang.

[Name] kembali mengangkat wajahnya tepat ketika Alhaitham selesai dengan evaluasinya, saat itulah sekilas ia bisa melihat muka air Alhaitham yang tampak keruh sebelum kembali seperti sedia kala.

"Ada banyak sekali pengajuan yang jelek akhir-akhir ini," kata Alhaitham selanjutnya. "Dan milikmu yang paling bagus sampai saat ini."

"Terima kasih banyak."

"Aku akan menerima dan menandatangani pengajuannya." Tanpa sadar, [Name] mengembuskan napasnya lega mendengarnya. Lantas Alhaitham menambahkan, "lalu aku punya permintaan."

"Silakan."

"Aku tidak akan menyerahkan pengajuan milikmu sebagai rekomendasi," katanya menjelaskan. "Jadi aku ingin kau tetap berada dalam proyek utamanya dan memimpin penelitiannya."

"Tapi—"

"Kau bebas memilih anggota penelitianmu." Sambil bilang begitu, Alhaitham menyerahkan proposalnya kembali, dia menambahkan, "jika ada hal lain yang kau khawatirkan, silakan katakan padaku."

Bukan itu yang kukhawatirkan! [Name] memekik dalam benaknya. Ia pikir, begitu ia selesai menyerahkan semua salinan untuk proyeknya—termasuk proposal dan jurnal penelitiannya—tugasnya sudah selesai dan ia bisa mulai berkemas untuk membawa semua barangnya ke Fontaine. Ia bahkan tidak peduli jika ada seseorang yang menghapus namanya dalam tesis yang baru saja ia berikan kepada Alhaitham, tapi kenapa sekarang pria ini berkata kalau dia harus tetap berada dalam proyek utamanya!? Dan lagi, dia yang harus melakukan penelitiannya? Ia tidak mengharapkan apalagi berpikir untuk melakukannya sedikit pun!

Aku sudah lulus, bahkan tidak ada hubungan apa pun lagi dengan Akademiya, kenapa aku masih harus melakukan penelitian!?

"Aku menantikan kerja sama darimu," kata Alhaitham kembali.

[21+] To Find Something Again | Alhaitham x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang