Alhaitham berdiri dengan gugup, meyakinkan dirinya kalau ia bisa mengetuk pintu di depannya.
Meski hubungannya dengan [Name] tidak terlihat ada kemajuan, tapi ia bersyukur karena wanita itu tidak mencoba menghindarinya. Kendati demikian fakta [Name] masih berusaha mendorongnya menjauh sungguh membuat hatinya remuk.
Dan sekarang dia berdiri di ambang pintu rumah [Name], tahu mungkin wanita itu akan menolaknya dan mengusirnya lagi untuk kesekian kalinya. Namun Alhaitham tidak ingin berbohong bahwa ia masih ingin bersamanya, menemaninya. Walaupun akan ada orang yang bilang alasan ia meminta [Name] melaporkan kemajuan penelitiannya secara langsung dan ikut membantunya adalah agar ia memiliki banyak kesempatan bertemu dengannya, Alhaitham tidak akan menyangkalnya. Sederhana saja, karena itu memang benar.
Alhaitham mendesah. Ia tidak bisa menundanya lebih lama dan mengangkat tangan untuk mengetuknya. Akan tetapi, sebelum ia menyadarinya, pintu sudah sedikit terbuka.
Curiga dengan apa yang terjadi, dengan degupan jantungnya yang berpacu cepat, Alhaitham mendorong pintu itu dan pintu segera terbuka.
"[Name]?" Dia memanggilnya, tapi tidak ada balasan.
Hanya ruangan yang kosong dengan beberapa barangnya yang berserakan. Lantas Alhaitham berjalan ke arah ruangan yang ada di sisi kanan, dimana kamar gadis itu berada tapi kondisinya sama, ruangannya kosong.
Tidak, [Name] bukan orang yang sangat ceroboh sampai ia lupa untuk mengunci pintu rumahnya dan membiarkannya terbuka bahkan hanya untuk berbelanja sebentar. Menyadari ada yang salah dengan hal ini, Alhaitham beralih ke ruangan lain yang ada di depan kamarnya, ruangannya juga kosong melompong. Dan kini ia pergi menuju kamar di sisi sebrangnya, dimana ruang belajar dan perpustakaan kecil miliknya berada.
"[Name]-!?" Suara Alhaitham terhenti di udara, matanya terbelalak, dan pria itu segera berlari kala dirinya mendapati [Name] terbaring di sana. "[Name], bangunlah! [Name]!"
Alhaitham memanggilnya berkali-kali, memintanya untuk bangun, sampai menggoncangkan tubuhnya, tapi [Name] tidak kunjung menjawabnya sementara ia semakin panik dan cemas.
Lalu Alhaitham memeriksa keadaan tubuhnya. Warna wajahnya tampak normal, napasnya juga teratur, tidak ada luka sedikit pun, dan suhu tubuhnya-ya, dia dingin, mungkin karena kekuatan visionnya. Tidak ada masalah sama sekali seolah [Name] sedang... tertidur.
Tidur. Mimpi.
Hanya ada satu sosok yang bisa menjelaskan situasinya sekarang.Alhaitham bergegas pergi dari rumahnya, keluar dengan langkah terburu-buru, melewati orang-orang yang berusaha menyapa dan berbicara padanya. Kemudian dia pergi menuju puncak tertinggi di Kota Sumeru, sebuah tempat dimana Archon Dendro saat ini-Lesser Lord Kusanali-tinggal, Sanctuary of Surasthana.
Tepat ketika ia sampai di sana, sang Archon Dendro baru saja hendak kembali ke kediamannya, Alhaitham memanggilnya, "Lesser Lord Kusanali, bisakah Anda menolong saya?"
Nahida yang langsung menyadari maksud Alhaitham, segera membukakan pintunya, "masuklah, ikuti aku."
Alhaitham mengangguk, dan membiarkan sang Archon Dendro Kusanali menuntunnya tanpa berkomentar. Sebelum ia melangkah, tiba-tiba dari balik punggungnya, seseorang memanggil, "Alhaitham!"
Sang empunya nama menoleh, mendapati Tighnari berdiri dengan ekspresinya yang cemas, menyadari siapa orang yang kini ada di pelukannya. Tighnari bertanya, "apa yang terjadi padanya?"
Alhaitham menggeleng. "Aku tidak tahu. Aku sudah menemukannya seperti ini."
"Apa?"
"Karena kalian semua tampak mengenalnya, sebaiknya kalian ikut ke dalam."
KAMU SEDANG MEMBACA
[21+] To Find Something Again | Alhaitham x Reader
FanfictionDemi memenangkan cintanya kembali... Alhaitham memberanikan diri untuk berkontak langsung dengan mantan kekasihnya, [Name]. [Name] bukanlah gadis yang mencolok saat sekolah dulu, tapi waktu yang ia habiskan dengan gadis itu mengubah perspektif dala...