"Alhaitham?"
[Name] menyunggingkan senyuman manisnya di wajah dan menghampiri Alhaitham dengan langkah kecil usai melepas sarung tangan yang ia kenakan. Walaupun Alhaitham tidak banyak menampakan ekspresi di wajahnya, dadanya selalu berdegup setiap kali melihat gadis ini melihatnya seperti itu.
"Sudah selesai?" tanya gadis itu lebih padanya.
Alhaitham mengangguk. "Iya. Kudengar kau membutuhkan sesuatu, jadi aku datang."
"Ah…." gadis itu tampak kikuk, ia lalu menggeleng dan tersenyum kecil. "Tidak apa-apa, masalahnya sudah selesai."
"Sepertinya begitu." Sambil berkata begitu, Alhaitham melirik taman yang sudah rapih di balik punggung gadis itu. "Tidak ada yang bisa kubantu lagi, dan sepertinya kau sudah tidak perlu bantuanku."
"Maafkan aku," ucapnya. Alis gadis itu sedikit berkerut, tampak tidak nyaman dengan sesuatu. "Padahal kau sudah datang ke sini."
Alhaitham terdiam sejenak, menatapnya lurus ke arah wajahnya yang kecil itu. Wajahnya tampak penuh pilu, tanda ia sudah melakukan semua hal di kebun ini untuk waktu yang cukup lama.
"Apa kau mencampurkan pupuknya dengan dedaunan yang sudah dihancurkan?" tanya Alhaitham tiba-tiba.
"Eh?" Gadis itu agak terkejut sejenak, dia mengangguk. "Iya. Setelah itu aku beri sedikit air seperti instruksi dari temanku."
Alhaitham berpikir sejenak dan melirik ke arah punggung [Name], dia beralih kembali pada gadis itu. "Kau melakukannya dengan baik. Hasilnya akan lebih bagus jika kau menggunakan jerami daripada daun-daun yang sudah dihancurkan, cobalah itu lain waktu."
[Name] terenyuh dengan bibirnya yang sedikit terbuka sambil menatapnya, lalu segera menutupnya kembali dan sedikit memincingkan pandangannya.
Ini bukan pertama kalinya Alhaitham memberinya saran seperti ini, dia selalu melakukannya selama ia mampu untuk melakukannya. Lagi pula kali ini dia tidak sampai harus turun tangan, jadi itu bukan masalah.
Lantas kenapa [Name] menatapnya seperti itu sekarang?
"Kenapa? Apa ada yang aneh di wajahku?"
"Kau ini benar-benar mahasiswa Haravatat?" Tanya [Name] penuh curiga. "Atau itu hanya pin yang terpasang di topimu?"
"Kau ingin melihat kartu mahasiswaku lagi?"
"Tidak, bukan itu maksudku…." [Name] mendesah pelan. "Bagaimana kau bisa memahami ilmu biologi untuk mahasiswa Amurta?"
"…."
"Kau tidak diam-diam masuk ke kelas bidang studi di jurusan lain, 'kan?"
"Aku melakukannya." Alhaitham menggidikkan sebelah bahunya santai.
"Apa!?"
"Aku mendapatkan izin khusus dari Akademiya berkat mendiang Nenekku."
[Name] ber-oh-ria dan mengangguk-angguk mengerti, kendati demikian Alhaitham tahu kalau gadis ini tidak sedang mencoba menyembunyikan keterkejutannya.
Itu bukanlah kebohongan, karena dia memang sungguh melakukannya dikala ia senggang. Namun ketika ia merasa pelajaran yang sedang berlangsung terasa membosankan, dia akan pergi ke tempat dia bisa bersantai dengan tenang sambil bermalas-malasan. Salah satu tempat kesukaannya adalah kebun botani milik jurusan Amurta ini.
"Daripada mempertanyakanku, bukankah kau sama saja, [Name]?" tanya Alhaitham sambil mengikuti langkah [Name] memasuki rumah kaca.
"Aku?"
"Kau ini mahasiswa Vahumana, bukan?" ucap Alhaitham lebih saat [Name] terlihat tengah mengangkat cerek berisi air di tangannya. "Kenapa kau tetap mengurus kebun botani milik mahasiswa Amurta?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[21+] To Find Something Again | Alhaitham x Reader
FanfictionDemi memenangkan cintanya kembali... Alhaitham memberanikan diri untuk berkontak langsung dengan mantan kekasihnya, [Name]. [Name] bukanlah gadis yang mencolok saat sekolah dulu, tapi waktu yang ia habiskan dengan gadis itu mengubah perspektif dala...