Chapter 20

326 63 1
                                    

Dan di sinilah [Name] sekarang, menghabiskan waktunya berusaha memahami dunia baru di sekelilingnya, berusaha bertahan hidup dengan segala upayanya—begitulah menurutnya.

Beberapa hari sudah terlewati, ia tidak yakin apa dia hanya bermimpi atau sungguh pergi ke masa lalu. Bagaimana pun sulit baginya menerima kenyataan yang datang tiba-tiba seperti ini. Namun ia bersyukur karena pemilik tubuh aslinya adalah sosok yang berdedikasi dalam menulis seluruh jadwal dan kesehariannya, berkat catatan yang ditemukannya, [Name] mendapatkan banyak informasi dan bisa segera beradaptasi—walaupun tentu ia masih sering kelepasan berbicara seperti dirinya.

Hal lain yang membuatnya cukup kagum pada dirinya sendiri—saat ini—adalah dia yang bisa bangun lebih awal untuk mengurus berbagai hal termasuk melayani sang Raja Padang Pasir.

Iya, Raja Padang Pasir.
Raja Deshret.

Luar biasa jika ia memikirkannya. Bagaimana pun, Raja Deshret—Al-Ahmar—adalah salah satu dari tiga Dewa di Sumeru. Namun saat ini, Ratu Bunga belum berkuasa di Sumeru dan seluruh Gurun Pasir masih menjadi wilayah kekuasaannya.

Namun seberapa besar perasaan luar biasa yang [Name] rasakan saat ini, dia tidak bisa bohong kalau itu juga menyebalkan disaat yang bersamaan.

[Name] yang kini berdiri memimpin para pelayan di belakangnya, kemudian begitu ia membuka pintu besar dihadapannya dan dia masuk, para pelayan itu dengan sigap menyibak gorden besar tanpa jendela yang membentang luas di samping ranjang di depannya.

"Rajaku, waktunya bangun," sapanya lembut. Melihat pria yang kini terbaring di kasur dihadapannya menggeliat dan membuka mata, [Name] berbalik ke belakang. "Saya sudah menyiapkan Hamam Mahshi dan Mousakka untuk sarapan Anda hari ini." Sambil bilang begitu, [Name] menuangkan segelas kopi ke dalam gelas yang dibawa pelayan di depannya. "Apa ada camilan yang ingin Anda makan?"

"Hmm, apa pun selain sup."

"Saya mengerti." [Name] menyerahkan segelas kopi itu pada pria di depannya. "Dan saya akan memastikan air Anda tetap hangat selama menunggu Anda selesai sarapan pagi ini."

"Iya."

Padahal pagi baru menyingsing, dia sudah lelah dan jengkel karena masih tidak mengerti kenapa tiba-tiba dibawa ke masa lalu, dan yang terburuk dari semua itu adalah fakta ia menjadi dayang pribadi sang Raja Padang Pasir, Raja Deshret.

Bukan, itu bukan karena ia tidak bersyukur tapi karena wajah pria ini. Bagaimana bisa wajahnya begitu mirip dengan Alhaitham!?

Tidak hanya wajah, postur tubuh dan suaranya pun hampir mirip, dan satu-satunya yang membedakan hanyalah rambut kelabunya yang panjang itu.

Berdasarkan catatan kegiatan yang ditinggalkan pemilik asli tubuh [Name] saat ini, perangai Al-Ahmar tidak jauh berbeda dengan Alhaitham. Orang yang suka mengasingkan diri saat ada waktu, hanya tertarik pada penelitian dan mekanismenya, dan keras kepala—bahkan dia bisa berdebat selama seharian dengan para abdinya.

Ada banyak alasan yang membuat [Name] ingin segera kembali ke dunianya atau bangun dari mimpinya saat ini, tapi orang inilah yang paling mendorongnya untuk itu. Siapa pun selain Alhaitham, dia akan bisa bertahan dengan siapa pun tapi tidak dengannya. Dan sekarang dia malah harus melayani pria ini langsung dari bangun tidur sampai hari berganti? Yang benar saja!

Siapa pun, kumohon bangunkan aku! Teriaknya dalam hati. Ini menyiksaku, aku ingin pulang!

"... [Name]...."

Apa pun, akan kulakukan apa pun kalau aku bisa kembali ...! [Name] menggigit bibirnya. Bahkan jika aku harus menusuk diriku, menggantung leherku, atau menenggelamkan diriku, selama aku bisa kembali, aku—!

[21+] To Find Something Again | Alhaitham x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang