Chapter 23

308 54 7
                                    

"Lesser Lord Kusanali!?"

Seorang gadis manis berperawakan kecil dengan kulit putih yang bersih, berambut merah cerah yang menutupi punggungnya dan terkuncir dua, ditambah mata aqua terangnya menambah kesan polos padanya—berlari ke arah Nahida dengan langkah ceria.

Gadis itu melenggang dengan sedikit berlari kecil ke arahnya, dia tersenyum kecil. "Sebuah kehormatan bagi saya melihat Anda di sini," sapanya sopan.

Nilou. Seorang bintang Teater Zubayr yang ada di Grand Bazaar. Salah satu dari sekian orang yang akan ikut memeriahkan Festival Sabzerus nantinya.

"Kau masih terlihat ceria dan cerah seperti biasa ya, Nilou," sahut Nahida ramah. "Bagaimana persiapannya? Apa ada kendala?"

"Ah! Tidak ada!" Nilou menggeleng, tersenyum lebih. "Semuanya lancar, tidak ada masalah apa pun. Semua orang bekerja keras dengan baik."

"Syukurlah kalau begitu."

Mendengar Nahida menjawab demikian, [Name] merasa ada sesuatu dengan jawabannya. Seolah ia sedang menahan diri untuk mengatakan apa yang ada di dalam pikirannya saat ini.

[Name] menggeleng dalam benaknya, menahan dirinya sendiri. Hentikan, aku tidak boleh sembarangan menerka pemikiran seorang Dewa.

Bagaimana pun, [Name] hanyalah manusia biasa. Dia tidak memiliki kapasitas untuk mempertanyakan kehendak dan pemikiran para Dewa. Bersikap empati juga ada batasnya, dia juga tidak memiliki kemampuan layaknya esper dan cenayang. Hanya manusia biasa.

Namun entah kenapa, melihat ekspresi Nahida yang seperti tertahan itu meremas dadanya. Terlebih ketika pandangannya terlihat begitu jauh dan menerawang ke arah Nilou, Dunyarzad dan Dehya di depannya.

"Ah, benar! Untuk memastikan keamanan, sebaiknya kita mencari orang untuk mengurusnya. Bagaimana?" Sahut Nilou masih sama.

"Kupikir juga begitu," Dunyarzad menyambung. "Apa kau bisa membantuku dengan itu, Dehya?"

"Sepertinya aku menemukan beberapa orang yang sedang menganggur. Aku akan coba berbicara dengan mereka."

[Name] terdiam, segera menyadari situasinya saat ini. Dia bergumam, "apa mungkin...."

Lantas wanita itu bersimpuh dihadapan Nahida, menyunggingkan senyuman tulus kepadanya. Mungkin dia akan dianggap keteraluan dan kurang ajar, tapi [Name] merasa setidaknya dia harus melakukan ini.

"Maafkan ketidaksopanan saya, Archon Dendro yang terhormat," ujarnya. "Apa Anda ingin hadir di Festival Sabzerus ini?"

"Itu...." mata Nahida sedikit terbelalak, tepat saat itulah ketiga pasang mata mengarah padanya. Nahida menggeleng. "Aku ingin, tapi mungkin aku tidak cocok di sini karena takut merusak suasananya. Jadi aku tidak akan datang."

"...." [Name] langsung terenyuh, dia benar-benar senang menanyakan hal ini pada sang Archon. Jadi dia menjawab, "mana mungkin seperti itu. Orang-orang di Grand Bazaar sangat menyukai Anda."

"Tidak apa-apa, aku tidak ingin jadi pengacau untuk festivalnya," kata Nahida lagi, wajah mungilnya sedikit lemas. "Aku sudah bersyukur karena mereka sampai repot membuat ini demi diriku juga."

Oh, astaga, apa saat ini Kusanali yang terhormat sedang merajuk? Jika tidak tiba-tiba dia akan dikutuk, mungkin sekarang [Name] akan mengatakan itu dengan gamblang.

Namun tujuan [Name] bukan itu, dia hanya membutuhkan jawaban jelas dari Nahida. Jadi wanita itu menoleh ke arah Dunyarzad dan berkata, "bagaimana menurutmu, Nona Dunyarzad? Apa Archon kita dapat melihat Festival Sabzerusnya?"

"Itu ...!"

"Aku yakin, Beliau juga sangat ingin melihat tarianmu yang memesona itu di festival nanti, Nilou."

[21+] To Find Something Again | Alhaitham x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang