Chapter 17

414 60 2
                                    

[Name] berpendapat bahwa dirinya adalah orang yang mudah tertidur dimana pun tanpa merasa terganggu, tapi ia juga adalah seseorang yang cukup sensitif dengan suara sehingga ia kerap kali terbangun hanya dari suara kucing di dekat jendela kamarnya.

Namun tidak dengan malam sebelumnya.

Karena ketika Alhaitham menyentuh wajahnya dengan sapuan halus dan mencium bibirnya dengan sebuah kecupan ringan, [Name] sedang berpura-pura tertidur. [Name] tidak tertidur, dia yakin Alhaitham seharusnya menyadari itu. Tapi pria itu melakukannya, menciumnya. Setelah itu, hal yang [Name] lakukan hanyalah meneruskan kepura-puraannya manakala Alhaitham membawa ia ke kamarnya dan menyelimutinya.

Seharusnya aku tidak melakukan itu, [Name] merutuki tindakannya sendiri dengan kesal sejak bibir pria itu menyentuh bibirnya. Aku tidak bisa membiarkan Alhaitham mendekatiku lagi! Itu tidak boleh terjadi lagi!

Satu ciuman itu tentu berarti sesuatu dan semakin berarti kala itu adalah pengalaman pertamanya. Lagi pula, ini bukan masalah ciumamnya. Ciuman itu tidak mengusiknya, sama sekali. Meskipun bukan hal yang menyenangkan—mengingat Alhaitham melakukan itu tanpa konsennya—tetapi tetap membuatnya sangat terkejut.

Di Fontaine, Ibu dan Kakak laki-lakinya selalu memperingati [Name] tentang hal-hal yang tak pantas dilakukan dan statusnya yang belum pernah tersentuh adalah hal yang dibanggakannya. Alasannya sederhana, satu saja tanda tak etis sudah cukup menghancurkan reputasi seorang wanita bahkan dari satu ciuman dan satu gosip tentangnya.

Dan [Name] sangat bersyukur lantaran dia sedang tidak berada di Fontaine dan tidak sedang bersama dengan Ibu atau kedua saudaranya.

Kemudian ia teringat dengan kata-kata Kakak lelakinya kalau para pria tidak mungkin tidak pernah berfantasi dengan wanita khususnya dengan wanita yang disukainya, dan kebanyakan dari mereka melakukan itu hanya untuk memuaskan hasratnya. Mereka—para pria—yang cukup mampu untuk menahan dirinya dihadapan orang yang disukainya adalah seseorang yang sangat jarang ada. Untuk alasan itulah Rumah Bordil di Fontaine ada. Dan kata-kata Kakaknya sangat tepat—kecuali satu hal.

Alhaitham tidak mencintainya.

Dia tidak pernah berkata bahwa dia mencintainya bahkan saat masa-masa keduanya masih berpacaran. Dan tindakan Alhaitham padanya selama itu hanyalah bentuk perlakuan ia kepada kepada semua orang—atau sedang mencoba mengejeknya. Dengan kata lain, apa yang ingin dikatakannya, Alhaitham menciumnya bukan karena mencintainya melainkan memenuhi gairahnya.

Kemudian [Name] terlalu takut untuk membuka mata. Memang Alhaitham dikenal sebagai sosok yang selalu memperhitungkan banyak hal, tapi tindakan dia malam itu sama sekali tidak dapat [Name] mengerti. Buat apa dia melakukannya?

Tapi....

Oh, Archon Dendro Lesser Lord Kusanali, [Name] tidak tahu bagaimana hal itu bisa terjadi!?

Tapi, abaikan itu dulu! [Name] berkata pada dirinya, menyembulkan wajahnya dari balik bantal dan beranjak dari kasurnya.

"Aku butuh pengalihan, benar," ucapnya lebih pada dirinya sendiri sambil meraih gagang pintu kamarnya. "Aku bisa fokus pada penelitianku dan menghindari—"

"Selamat pagi."—dan [Name] berhenti melangkah tepat ketika ia baru membuka pintu kamarnya, dan seseorang menyapanya—"sepertinya kau sudah memiliki jadwal hari ini."

"...."

"Aku baru selesai membuat sarapan," ucap pria itu lagi. "Ingin makan bersama?"

"Kau—" [Name] menunjuknya, suaranya terhenti di udara. Bibirnya membuka dan menutup, bingung dengan apa yang ingin dikatakannya.

[21+] To Find Something Again | Alhaitham x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang