Pagi itu, [Name] baru menyelesaikan presentasi untuk penelitiannya hari ini. Meski tidak ada masalah dengan penelitiannya dan data yang ia gunakan sangat akurat, bukan berarti tidak ada kendala sama sekali selama presentasinya.
Namun di sisi lain, ia sangat bersyukur daapat menampilkannya lebih baik daripada kebanyakan mahasiswa di kelasnya yang lain. Betapa dirinya bersyukur karena Alhaitham banyak membantunya. Namun tak pelak lagi, cara Alhaitham menekan dan memberinya pertanyaan, persis seperti dosen pengajarnya dan itu membuat ia lebih takut.
"Kuharap dia menyukai hadiah terima kasih yang kuberikan beberapa hari lalu," ucapnya pada dirinya sendiri.
Selagi ia sibuk menata ulang mejanya di kelas, merapihkan lembaran kertas yang berantakan di sana, seorang gadis seusianya datang dengan wajah gelisah dan mrmeluknya. "[Name]... bagaimana bisa kau tetap bersikap tenang seperti itu di depan Profesor Sina?" Ucapnya dengan intonasi yang dibuat-buat.
Gadis itu menggeliat dan memeluknya dari belakang, [Name] terkekeh. "Aku tidak yakin," katanya.
Sejujurnya, selama presentasi sebelumnya, Profesor Sina melemparkan pertanyaan yang tidak asing kepadanya. Pertanyaan-pertanyaan yang muncul saat [Name] menyelesaikan laporan penelitiannya dan Alhaitham memeriksanya waktu itu.
Pertanyaannya sama—persis sama, sangat identik—dengan pertanyaan yang dilontarkan Alhaitham kepadanya saat pemuda itu memeriksa laporannya. Menakjubkan jika dipikirkan lagi, Alhaitham benar-benar memahami semuanya meski itu bukan bidang studinya.
"Dan juga, bagaimana kau bisa terpikirkan soal hal itu?" tanya gadis itu lebih lagi. "Apa kata kunci yang kau gunakan di Terminal Akasha?"
"Sayangnya aku tidak banyak menggunakan Terminal Akasha," ujarnya sambil menggidikkan bahu. "Kau bisa membacanya di Perpustakaan Akademiya, semuanya ada di sana."
"... apa? Jangan bilang kau mencari semua datanya di buku-buku Perpustakaan Akademiya."
[Name] tersenyum lebih sebagai jawaban. Meski awal kedatangannya ke Perpustakaan lebih untuk menghindari orang-orang, pada akhirnya ia jadi bersungguh-sungguh untuk mengumpulkan datanya melalui buku-buku di sana. Alasan lainnya? Karena Alhaitham memintanya mengurangi kecenderungan untuk menggunakan Terminal Akasha lantaran tidak semua informasi tersedia di sana.
Dan ucapannya terbukti benar. Ada beberapa data yang [Name] butuhkan yang sayangnya pencariannya dikunci karena kurangnya otoritas ia untuk mengaksesnya. Oleh karena itulah, ia mencarinya perlahan melalui buku-buku di Perpustakaan Akademiya dibantu Alhaitham.
Lalu tiba-tiba, gadis di belakang [Name] mulai merengek tidak jelas, dia berteriak, "bagaimana ini!? Aku masih harus memperbaiki data dan kesimpulanku! Ayo, bantulah aku, [Name]!"
"Kau meminta padaku?" Ujung alis [Name] berkedut. "Aku sendiri menyelesaikannya hampir ingin kabur. Lagi pula, aku tidak sehebat itu. Tolong mintalah pada orang yang memiliki proposal mirip denganmu."
"Sudah, tapi dia itu...." gadis yang awalnya terlihat akan menangis itu, tiba-tiba menyunggingkan senyumannya dengan malu-malu. "Senior kita."
"Oh, begitu." Dan [Name] yang memahami situasinya, mulai memasang wajah malas.
"Oh, ayolah!" Dia berseru, saat [Name] melangkah pergi, gadis itu bergelayut di tangannya. "Aku tahu kalau Alhaitham membantumu menyelesaikan penelitiannya."
[Name] tiba-tiba merasakan panas di tubuhnya dan kini wajahnya semerah tomat. Dia berhenti melangkah kemudian menoleh, lalu berujar, "ba-bagaimana kau tahu!?"
Gadis itu menyipitkan matanya dengan curiga dan tersenyum misterius. "Tidak mungkin aku tidak pernah melihat kalian yang selalu berdua di Perpustakaan dan Kebun Botani."
KAMU SEDANG MEMBACA
[21+] To Find Something Again | Alhaitham x Reader
FanfictionDemi memenangkan cintanya kembali... Alhaitham memberanikan diri untuk berkontak langsung dengan mantan kekasihnya, [Name]. [Name] bukanlah gadis yang mencolok saat sekolah dulu, tapi waktu yang ia habiskan dengan gadis itu mengubah perspektif dala...