"Kau—" ucapannya terhenti, [Name] terpaku. Sorot matanya terpusat tajam dengan sedikit menyipit ke arah Alhaitham. "Kenapa kau—oh, astaga—tidak lagi, Alhaitham!"
"Apa ada masalah?"
Dia menghela pendek. Pria itu berjalan menyusuri jalan setapak, melangkah tepat ke arah [Name]. "Kenapa ada di sini?" Tanya [Name] sekali lagi. "Kau tidak berniat untuk ikut, 'kan?"
"Tidak, aku akan ikut," jawab Alhaitham lugas. "Kapan kita akan pergi? Kau ingin berlama-lama di sini?"
"Pergi?"
"Untuk mencari catatan tentang 'Dayang' Raja Deshret itu," ujar Alhaitham. "Atau kalau kau berniat mencari hal lainnya, tidak masalah."
Ini jelas berbeda. [Name] mendadak mendapatkan bayangan menakutkan bagaimana jika kali ini Alhaitham benar-benar pergi dengannya ke Perpustakaan bagian tingkat tinggi Akademiya. Ruangan yang lebih kecil dan sepi, di waktu malam yang gelap, hanya mereka berdua.
"Kita takkan pergi kemana-mana," kata [Name] berusaha menekannya. "Dan kau—tidak akan ikut kemana pun."
"Tentu saja aku harus ikut, [Name]," tukas Alhaitham. "Kau benar-benar tidak belajar dari kejadian kemarin?"
"Aku—tapi bukan itu maksudku—!"
[Name] sangat ingin menarik rambutnya sekarang juga dan berteriak. Sungguh, dia tidak bermaksud untuk melakukan semuanya sendiri dan dia sempat berpikir untuk meminta Tighnari menemaninya tapi belum sempat memintanya, dan melihat pemuda bertelinga tinggi itu begitu sibuk, [Name] mengurungkan niatnya.
Saat Alhaitham memintanya untuk ikut melihat teks kuno di Mausoleum of King Deshret, [Name] mengizinkannya karena mereka tidak hanya berdua dan pria itu sudah datang bahkan tanpa mengatakan apa pun.
Begitu pun ketika ia berkata ingin menjadi penjaganya selama [Name] mempersiapkan Festival Sabzerus di Grand Bazaar, semua orang akan ada di sana dan sangat kecil kemungkinan [Name] terlihat sendirian.
Tapi berbeda dengan sekarang.
Daripada masuk ke dunia mimpi dan tertidur selama berhari-hari, atau terperangkap di dalam reruntuhan kuno Raja Deshret, [Name] lebih takut ditinggal berdua dengan Alhaitham. Bahkan jika ada pertanyaan bodoh, "lebih baik bertemu Alhaitham atau Rishboland Tiger liar di hutan?" [Name] akan secara langsung menjawab dirinya lebih memilih bertemu Rishboland Tiger dan mati karenanya.
Bukan, itu bukan karena dia berharap mati lebih baik daripada bertemu Alhaitham. Memikirkan apa yang sudah dilakukan pria itu diam-diam saat dia ada di rumah [Name] dan yang dilakukannya di luar Sanctuary of Surashtana—meski [Name] akui ia juga jadi terbawa suasana—itu benar-benar tidak bisa [Name] terima.
[Name] mendesah lelah untuk terakhir kalinya. "Kurasa kau tetap tidak akan mendengarkanku jika kubilang aku akan pergi sendirian."
"Sudah pasti," Alhaitham memastikan.
"Sudah kuduga." [Name] mendongak, menatapnya dengan sorot mata menuduh. "Kau—jangan berani-beraninya menyentuhku, mengerti?"
"Aku mengerti," ucap Alhaitham sambil mendesah. Wanita itu mungkin akan menusuknya jika Alhaitham melakukannya. "Ayo kita pergi sebelum ada seseorang yang melihat kita bersama di sini."
ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ♡ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ
Hanya sedikit orang yang bisa memasuki Perpustakaan bagian tingkat tinggi Akademiya, itu pun harus melalui prosedur yang panjang dan berkelit hingga lebih banyak orang yang berusaha memasuki Perpustakaan dengan cara yang ilegal.
Misalnya seperti menyuap Matra agar mereka diloloskan ketika peneliti itu tertangkap basah menyeludup saat tengah malam, atau menggoda para penjaga Perpustakaan agar peneliti itu mendapatkan izinnya, dan masih banyak lagi. Tidak sedikit pula para peneliti yang memanfaatkan koneksi orang dalam Akademiya secara terang-terangan dan mereka membanggakan hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[21+] To Find Something Again | Alhaitham x Reader
FanficDemi memenangkan cintanya kembali... Alhaitham memberanikan diri untuk berkontak langsung dengan mantan kekasihnya, [Name]. [Name] bukanlah gadis yang mencolok saat sekolah dulu, tapi waktu yang ia habiskan dengan gadis itu mengubah perspektif dala...