17. Pantai

19 3 0
                                    

arsyafa dan galio sudah dalam perjalanan saat ini. galio menyetir sementara arsyafa melihat kearah kiri jalan.

"cya, kamu beneran mau langsung pulang? tadi aku cekcok sama al, dia maksa mau bawa kamu, tapi ngga aku izinin. kalo kamu pulang, ntar takutnya dia malah nyamperin kamu ke apart. aku khawatir dia bakal lakuin sesuatu ke kamu nanti" ujar galio.

"aku ngga pengen pulang, tapi rasanya kepalaku sakit banget, kayak ditimpuk gunung" - arsyafa.

"dua gunung, hm?" - galio.

"heh! kamu genit juga ya ka haha" - arsyafa.

"ngga ah, aku kalem gini haha... yaudah kita beli obat dulu untuk kamu minum" - galio.

Galio pun memberhentikan mobilnya didepan sebuah minimarket, galio turun dari mobil sendiri lalu masuk ke minimarket untuk membeli obat sementara arsyafa menunggu di mobil.

Tak lama menunggu, galio pun kembali ke mobil dengan sebuah bungkusan plastik di tangannya.

"nih minum obatnya dulu" ujar galio lalu merobek bungkus obat tersebut dan memberikan sebutir obat berwarna putih ke tangan mungil arsyafa. Galio juga membuka tutup botol air mineral lalu memberikannya pada wanita disebelahnya itu untuk diseruputnya setelah wanita itu memasukan butir obat kedalam mulutnya.

"pahit ngga? nih coklat kalo pahit" ujar galio lalu mengambil coklat dalam bungkusan plastik, membukanya lalu memberikannya pada arsyafa.

arsyafa hanya bisa terkekeh lalu mengambil sepotong coklat dari galio, "haha aku udah gede tau, masa gini aja pahit. tapi btw makasih ya, ini balikin mood aku banget" ujar arsyafa membuat galio tersenyum hangat.

Mereka akhirnya melanjutkan perjalanan, entah kemana tujuannya malam itu. Terlihat arsyafa sudah tertidur di mobil dengan diselimuti jaket galio berwarna hitam, mungkin karena efek obat yang dia minum tadi.

Hari sudah semakin larut, jujur saja galio bingung harus membawa arsyafa kemana, akhirnya dia memberhentikan perjalanannya disebuah pantai.

Dapat terlihat pantai masih terdapat beberapa pengunjung. Galio keluar dari mobilnya, menghirup udara segar pantai, mendengerkan deburan ombak laut sambil menghisap vape nya.

Dia membuka hp nya, melihat Whatsapp. ternyata tidak ada pesan dari aldery. Benar, dia cemas keadaannya sepupu kesayangannya itu, tapi lebih cemas lagi jika membiarkan arsyafa dan sepupunya bersama, takut terjadi sesuatu.

"lo dimana? syafa aman sama gue, dia udah tidur. mending lo pulang, tenangin emosi lo, besok baru ketemu syafa" ketik galio pada Whatsapp aldery.

Ini sudah pukul setengah 2 malam, arsyafa akhirnya terbangun, tidur di mobil tidak membuatnya tidurnya nyenyak dan pulas. dia melihat kesampingmya, galio tidak ditemukan. lalu ke arah laut, dan sasarannya pun ketemu.

Ia melihat galio sedang duduk ditepi pantai, diatas butir-butir pasir yang menumpuk. ia melepaskan heelsnya dan turun dari mobil menghampiri galio.

"ka gal.." panggilnya lalu langsung duduk disebelah pria kekar itu.

"udah bangun? gimana perasaannya? udah membaik? kepalanya udah enakan?" - galio.

"udah kok ka, makasih ya" - arsyafa.

"kenapa dilepas sepatunya?" - galio.

"aku pake heels, jadi agak susah jalan di pasir" - arsyafa.

Mendengar ucapan arsyafa, Galio langsung melepaskan sepatunya, "nih, pake sepatu aku, nanti kaki kamu luka" - galio.

"ngga bakal kali ka, ini kan pasir, ngga bakal luka" - arsyafa.

"jangan ngebantah, sini aku pakein" ujar galio dan langsung memakaikan sepatunya dikaki arsyafa.

"Cya, kayaknya aku mau jujur aja sama kamu..... Aku nyimpan perasaan ke kamu. akhir-akhir ini aku galau terus suka kepikiran kamu tiba-tiba. aku minta maaf, tapi jangan bilang al ya." ucapan galio membuat arsyafa diam sejenak.

"ngga papa kok, kamu ngga perlu balas perasaan ini, aku tau kamu masih sayang dan cinta sama al. aku cuma ungkapin ini biar lega. jadi jangan dibawa pusing ya" - galio.

"Makasih atas perasaanya. maaf ya, aku mungkin ngga bisa balas perasaan kaka, bukan karena al. seandainya ngga sama al, aku akan tetap bilang hal yang sama. maaf, iman kita berbeda, dan itu membuat sebuah benteng dihati aku untuk belajar cinta sama kamu" - arsyafa.

To Be Continued

Ketidakpastian Takdir [On Going] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang