19. "Kamu Bukan Dia"

17 3 0
                                    

Pagi hari tiba, arsyafa sudah bangun terlebih dahulu dan duduk meja rias sementara aldery masih tertidur pulas.

Arsyafa yang sedang asik berdandan, tiba-tiba ponselnya berbunyi. ternyata itu adalah notif Whatsapp dari Arana.

"Abang kapan pulang?" pesan Whatsapp arana.

"ngga tau gue, bisa jadi pas lu balik ke badung dia baru pulang. tanyain sendiri aja nanti kalo udah on. gue bukan nyokapnya, jadi ngga ngurus begituan" jawab arsyafa dan langsung mematikan mobile datanya.

Setelah selesai dengan riasannya, arsyafa membangunkan aldery dengan lembut dan penuh kasih sayang.

"ayy.. bangun yukk.. udah pagi. kamu harus kerja kan?" ujar arsyafa.

arsyafa mendengar hembusan nafas berat dari aldery, pertanda prianya itu sudah bangun dari tidurnya, namun masih memejamkan matanya. aldery memeluk erat tubuh arsyafa yang duduk ditepi kasur itu, "hmmmm, bentar lagi ah. udah jam berapa ini emang?"

"setengah tujuh pagi sayanggg" jawab arsyafa sambil mengelus lembut pipi aldery.

"hmmm... 5 menit lagi" ujar aldery.

mendengar itu, arsyafa beranjak dari duduknya lalu membuka gorden agar matahari masuk menyinari wajah tampan pacarnya itu. setelah itu dia pergi melakukan aktifitasnya yang lain.

Hari ini arsyafa tidak masuk kampus, ini adalah hari santainya. sementara aldery, ini adalah hari kerjanya.

Dikantor, aldery bertemu dengan arana. karena memang mereka bekerja disatu perusahaan yang didirikan oleh orang tua mereka.

Selama jam kerja, aldery tidak memperdulikan arana sedikit pun, ia fokus pada kerjaannya, tidak perlu dipungkiri, aldery memang sangat professional jika soal pekerjaan.

Tibalah saat jam makan siang, arana menghampiri aldery diruangan kerjanya, "abang, makan siang bareng yuk!"

"maaf, aku udah janji makan siang diluar." jawab aldery.

"bareng syafa pacar kamu?" tanya arana namun tidak digubris oleh suaminya.

"ngga bisa kah hari ini makan siang sama ara? ara istri abang, bukan dia" lanjut arana.

"ini masih dikantor, jadi jangan cari masalah. aku males ribut" ujar aldery.

"abang suami ara, kenapa abang selalu aja prioritaskan dia?" - arana.

"simple ra, karena kamu bukan dia." - aldery.

"apa istimewanya perempuan ngga tau diri itu? apa karena dia bisa kasih kepuasan untuk abang? ara juga bisa bang! abang yang tak pernah kasih ara kesempatan!" - arana.

"sebelum kamu kasih itu, belajar dulu dari dia. hal yang dia kasih pertama bukan kepuasan, tapi rumah dan kenyaman. dan kamu? apa kamu bisa? dibelakang kamu masih ada ayah dan raya, itu hal yang aku benci" - aldery.

Arana hanya bisa diam terpaku, sementara aldery langsung pergi dari ruangannya dan meninggalkan istrinya Arana.

melihat suaminya pergi, ia langsung menyusulnya dari belakang, "kalo abang pergi, ara ceritakan perempuan itu ke ayah!" ancamnya.

"cerita aja ra, sekalian yang tadi malam" jawab aldery singkat dan lanjut melangkahkan kakinya lagi.

To Be Continued

Ketidakpastian Takdir [On Going] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang