04. Tempat Pulang

39 3 0
                                    

"kalo ngga bisa lepasin aku, lepasin istrimu" jawab arsyafa to the point.

*****

"kamu diam, kamu ngga bisa lepasin istrimu" ujar arsyafa lagi.

arsyafa ingin beranjak dari sana, tapi dihentikan oleh aldery, "sayang, mau kemana? aku belum selesai, aku juga masih kangen"

"aku cape, aku mau pulang, mau istirahat"

"okey aku antar ya, kamu nginap di hotel mana?"

"gausah, lanjutkan acaramu, aku pulang sama galio"

Arsyafa langsung pergi keluar kamar dan meninggalkan Aldery sendirian di kamar.

air matanya merembes di pipi mulusnya, arsyafa mengambil ponselnya dan menelpon galio.

"ka gal, aku mau pulang, bisa tolong antarkan?" pinta arsyafa dalam isak tangisnya.

"kamu dimana? aku kesana sekarang" ucap galio dan langsung bergegas.

arsyafa berdiri dilorong-lorong kamar hotel sambil menangis, tubuhnya gemetar, kakinya lemas, rasanya untuk berdiri pun tak sanggup apalagi untuk berjalan.

Galio pun tiba di lantai 5 dan langsung memeluk gadis yang sudah tak berdaya itu. adegan itu disaksikan jelas oleh aldery dari pintu kamarnya.

tak hanya aldery, ternyata adegan itu juga disaksikan arana dari kejauhan.

Kini keduanya sudah berada di mobil, galio menyetir sementara arsyafa hanya diam melihat ke arah jalan dengan air mata yang masih menetes.

"kamu nginap di hotel mana?" tanya galio.

"entahlah. aku rasa, aku ngga punya tempat pulang lagi" jawab arsyafa penuh lirih.

Galio mengerti apa maksud perkataan arsyafa, ia langsung membelokan setir mobilnya dan berhenti dipinggir jalan.

tanpa basa basi, ia langsung memeluk tubuh gadis itu dengan pelukan lembut dan hangat.

"ayo cya, nangis aja... nangis sepuas kamu, keluarin semua rasa sakitnya sampai besok kamu akan lupa dengan rasa sakit itu"

"jika kamu tidak ada tempat pulang, jika tempat pulangmu sudah tidak ada, pulanglah ke aku, cya. jadikan aku tempat pulang kamu" lanjut galio.

tangis arsyafa pun pecah dalam pelukan pria itu, hingga beberapa saat sampai puas menangis, gadis itu pun tertidur dalam pelukan galio.

galio sadar akan hal itu, ia pun meletakkan perlahan kepala arsyafa di sandaran kursi mobil, lalu melepas jas nya dan menutupi tubuh arsyafa.

ia menatapi gadis yang tertidur itu, pipinya masih basah dengan air mata, ia menyeka sisa air mata tersebut dan sampailah pada bagian yang sangat menggoda itu. bibir mungil berwarna pink itu, tidak mungkin lelaki normal tidak tergoda, tapi galio langsung mengalihkan pandangannya.

"sekotor apapun kamu dimata teman-temanku, seberapa banyak kamu dikotori al, kamu tetap bersih dimata aku, cya." ucap galio lirih.


To Be Continued

Ketidakpastian Takdir [On Going] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang