Kok Tega?

252 33 0
                                        

Seulgi gelesotan di meja kantin kampusnya, sulit banget rasanya buat angkat itu kepala sendiri. Energi Seulgi terkuras habis tidak tersisa. Sebabnya selain karena beban hidupnya soal kandasnya pertungannya dengan Irene, ditambah juga seharian ini Seulgi skip sarapan dan makan siang demi tugas sialan yang bertubu-tubi diberikan oleh dosennya.

Seulgi menanti dengan sabar Wendy yang lagi pesenin bakso untuk makannya. Walaupun menurutnya Wendy itu sedikit banyak abnormal, tapi dilubuk hati Seulgi paling dalam dia merasa bersyukur punya seseorang kayak Wendy.

"Gi, lo nggak mati kan? Jangan mati dulu, baksonya belum bayar."

Sorry revisi, Seulgi nggak jadi bersyukur.

Seulgi cuma mampu mendengus kesal. Serius dia lapar banget, cuma untuk ngomong saja rasa-rasanya Seulgi sudah nggak sanggup.

Wendy duduk di depan Seulgi. Diantara mereka sudah tersedia dua mangkok bakso urat super jumbo dan dua gelas es jeruk yang Seulgi yakini pasti akan bikin energinya balik lagi.

Wendy sudah meracik baksonya, tambahkan saos, tambahkan sambel, tak lupa kecap dan cuka. Aduk diaduk sampai ada kuah yang melumer di mangkok baksonya. Melihat kepulan asap dari mangkok baksonya Wendy sudah bikin Seulgi menelan ludah kepayahan, sudah tidak sabar bagu Seulgi untuk ikut meracik bakso sesuai seleranya.

DRRRTTDRRRTTT

Baru pegang botol saos, hape Seulgi getar tanda ada yang menelpon.

Seulgi marah.

Manusia jenis apa yang berani-berani ganggu acaranya makan sore. Apa dia nggak tau Seulgi hampir mati karena nggak makan seharian ini?!

Ini aslinya Seulgi mau tolak panggilan tersebut, tapi enggak jadi karena yang telpon dia saat ini Irene.

Hilang sudah kemarahan yang Seulgi rasakan saat ini.

Buru-buru dia angkat telponnya.

'Halo Hyun'

'Seulgiiii, bisa anterin aku pulang nggak? Pleaseeeeee...'

Belum sempat menjawab Irene sudah memborbadir Seulgi dengan rengekan. Dan entah kesambet apa, menurut Seulgi itu imut sekali.

'Okay Hyun. Aku ke tempatmu sekarang yah.' jawab Seulgi spontan tanpa mikir.

'Beneran enggak apa-apa? Aku nggak enak ganggu kamu Gi, ngrepotin kamu terus.'

'Loh kenapa nggak enak sih Hyun? Nggak ada yang repot juga. Kan udah jadi tanggung jawabku buat bikin bahagia kamu. Apa sih yang enggak buat kamu?'

Wendy pas dengar omongan Seulgi barusan aslinya pengen muntah, dia ngerasa kayak si Seulgi ini enggak tau diri banget. Kayak dia lupa sama perlakuan-perlakuan tak manusiawi yang Seulgi lakukan ke Irene.

'Ummmm okay~ Makasih ya Seulgi, aku tunggu ditempat biasanya yah~'

'Siyap, aku jalan dulu ya Hyun. Daaa~'

Sambungan telepon terputus.

Seulgi tak lagi peduli sama bakso yang menjadi tujuan hidupnya tadi, bahkan dia juga belum minum es jeruknya. Seulgi secepat kilat bersiap-siap mau otw jemput Irene di gedung fakultasnya Irene.

"Nggak dimakan dulu? Katanya laper." tanya Wendy melihat kesibukan Seulgi pakai jaketnya.

"Entaran aja deh Wen, Joohyun udah nungguin." jawab Seulgi cepet.

Karena moodnya lagi bagus gara-gara ditelpon Irene, Seulgi keluarin duit 50 ribu dan dia letakan ke meja dekat Wendy.

"Ini Wen, buat bayar baksonya. Kembaliannya ambil aja buat beli krupuk." kata Seulgi sambil senyum.

SEULRENE || HEI SISTER!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang