Seulgi yang baru balik dari toilet marah luar biasa pas lihat ujung sedotan minumannya ada bekas gincu merah. Punya Seulgi? Nggak mungkin, dia nggak pake lipstik secetar itu, cuma pake lipbalm aja. Terus punya siapa? Pacarnya lah.
"Lo minum minuman gue?!"
Dara mengangguk mengiyakan pertanyaannya Seulgi.
"Nggak ada pikiran lo ya! Gue tu titip, malah disamber juga! Udah gue beliin minuman masih gragasin minuman gue. Kalo emang pengen vanilla latte kenapa sok-sokan pesen green tea?! Nggak ada otak memang!" teriak Seulgi seakan lupa kalo mereka lagi mall.
Senyum manis dibibir Dara memudar gegara denger bentakannya Seulgi barusan. Entah karena malu karena emang Seulgi teriaknya kenceng banget, atau emang sakit hati sama kata-kata pacarnya itu.
Dia memang tau Seulgi nggak suka berbagi minuman, cuma dia nggak nyangka aja mulutnya Seulgi bakal kasar kek gitu. Orang-orang yang jalan ngelewati mereka berdua bahkan berhenti sejenak buat lihat adu bacot dua cewek cakep itu.
"Ma-maaf Kak, aku... a-aku..."
"Maaf maaf! Apa kalo lo minta maaf ludah lo bisa ilang dari sedotan sama minuman gue hah?! Bodoh dipelihara!" bentak Seulgi lagi, marah karena prinsip yang dia anut dilanggar sama Dara.
Ya menurut orang lain berbagi minuman pake sedotan yang sama adalah hal biasa, apalagi sama pacar atau temen, udah lumrah kan? Tapi enggak bagi Seulgi. Dia punya etika dan prinsip khusus dalam berpacaran yang bakal dia junjung tinggi,
JAKFBDK, Jangan Ada Kontak Fisik Berlebihan Diantara Kita.
Dan berbagi minuman yang sama, bagi Seulgi sudah termasuk kedalam kontak fisik berlebihan. Eh nggak cuma itu aja deng, berbagi makanan, pinjem-pinjeman lipstik atau lipbalm, pokoknya segala hal yang berhubungan sama 'pertukaran saliva' nggak bakal Seulgi lakukan sama pacarnya, termasuk cipokan.
"Ta-tadi aku minumnya dikit banget kok Kak, jadi pasti ludah yang masu-"
"Ludah yang masuk juga sedikit, gitu? Mau sedikit atau banyak intinya minuman gue udah terkontaminasi sama mulut lo. Dan gue nggak mau salah satu dari 80 juta bakteri dan virus yang ada dimulut lo masuk ke tubuh gue. Ngerti?"
Seulgi hobinya nyemil cabe, jadi wajar omongan yang sering keluar dari mulutnya kebanyakan pedes.
"Tapi kan aku nggak punya penyakit Kak..."
Denger jawaban dari Dara ngebikin Seulgi geleng-gelengin kepalanya keheranan, tanda nggak puas sama jawaban pacarnya.
"Lo bisa bilang nggak punya penyakit emang lo udah periksa? Emang lo udah divaksin juga? Belom kan?! Berani-beraninya bilang sehat kalo check up rutin aja enggak. Bego digede-gedein!"
Dara nundukin kepala sedalam-dalamnya, takut banget sama reaksinya Seulgi yang dia rasa emang berlebihan banget. Rak terhitung juga udah berapa kali hatinya sakit luar biasa tiap denger alesannya Seulgi.
Penyakit, ya alasan itu yang menjadi dasar bagi Seulgi nggak mau berbagi makanan, minuman, dan ciuman bareng Dara. Dia nggak mau sampai tertular penyakit karena melakukan hal kayak gituan bareng pacarnya. Bagi Seulgi, pacaran seperti itu termasuk ke golongan pacaran nggak sehat, merugikan dan berpotensi merusak kesehatan psikis dan fisik.
Tapi kalo sama Irene special case. Kan dia sama Irene nggak pacaran, tapi sisteran, jadi nggak apa-apa, diperbolehkan.
"AMBIL INI! Ambil ambil ambil! Abisin sewadah-wadahnya sekalian! Dasar maruk!"
Dara masih nunduk aja. Dia cuma natap gelas plastik yang disodorin Seulgi barusan, dia bingung kudu nerima atau enggak. Diem aja, sambil memikirkan betul-betul apa yang mau dia lakuin, takut kalo bikin Seulgi tambah marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEULRENE || HEI SISTER!
Fiksi PenggemarSisterhood atau bestfriendship? Seulrene rasa lokal || gxg || non baku || harsh words -100920