Jangan lupa vote dan komennya yaa...
###
"Eunbi!!" Suara Yuju sampai ke telinga Eunbi meski taman belakang universitas ramai oleh mahasiswa lain. Sang empunya nama pun menoleh heran.
"Ada apa?" Tanyanya begitu Yuju sampai di hadapannya dengan napas tersengal.
"Apa kau sudah dengar beritanya?" Tanya Yuju.
"Berita apa?" Balas Eunbi."Yume, Si kapten hokey semalam diserang sekelompok orang tidak di kenal, dan sekarang dia dirawat dirumah sakit!" Ucap Yuju, memberi informasi.
"Hah? Kau serius? Apa keadaannya sangat parah?"
"Kudengar dia ditusuk pisau beberapa kali!"
"Ih, mengerikan!" Sahut Eunbi bergidik. "Apa orang-orang itu sudah tertangkap polisi?"
"Polisi sedang menangani kasusnya sekarang, jadi mereka menghimbau kita untuk berhati-hati," balas Yuju lagi.
"Astaga," Eunbi menghela napas panjang. Memang bukan hal yang jarang penyerangan random seperti ini terjadi. Biasanya, dalang dari kerusuhan itu merupakan sekelompok mafia atau gangster kurang kerjaan. "Lebih baik nanti kau mengajukan cuti sampai keadaan tenang lagi."
Yuju menggelengkan kepala, menolak ide itu.
"Besok weekend, tau? Mana bisa aku ambil cuti demi keselamatan?" Keluhnya.Eunbi merangkul temannya itu, merasa cukup bersimpati. Mereka hendak berjalan lagi saat mata bulat Eunbi tidak sengaja jatuh pada sosok lelaki yang duduk di bawah pohon maple.
"Oh? Jacky?" Gumam Eunbi.
"Apa?" Yuju ikut mendongak, mencari sosok asing yang baru dua kali dia temui secara tidak sengaja.
Sosok mahasiswa berkaca mata yang sedang membaca buku juga menarik minatnya.
"Kau mau menyapanya?" Tanya Yuju pada Eunbi.Eunbi mengamati Jacky dari jauh, menimbang dalam hati sebelum menggelengkan kepala. Tampaknya Jacky sedang serius dengan buku apapun di tangannya hingga Eunbi tidak berani menyela.
"Ayo pergi? Bagaimana kalau aku menemanimu bekerja?" Tawar Eunbi, menarik Yuju agar kembali berjalan.
###
"Sepertinya kau cukup tertarik pada lelaki itu," komentar Yuju yang sedang melap meja sementara Eunbi menyeruput bir.
"Siapa maksudmu?" Tanya Eunbi, tidak mengerti.
"Jacky. Kau tadi memperhatikannya," jawab Yuju.
"Bukan begitu," bantah Eunbi. "Aku hanya bertanya-tanya, apa dia tidak punya teman? Kenapa duduk sendirian?"
"Ho, berarti kau peduli dengannya?" Tebak Yuju.
"Duh, biar bagaimana pun aku ini orang baik, tau? Apalagi sudah terlanjur mengenal namanya," balas Eunbi sambil lalu.
"Oke-oke, terserah kau saja," Yuju menyerah, melap meja terakhir kemudian beranjak pergi ke bagian belakang club.
Tempat itu belum dibuka, makanya masih sepi. Hanya Eunbi satu-satunya tamu yang diijinkan masuk selain pegawai. Eunbi tidak sering main ke tempat kerja Yuju, karena merasa tidak nyaman. Meski begitu, bos Yuju selalu memperbolehkan Eunbi bersembunyi di ruangan pegawai jika club mulai ramai pengunjung.
"Apa kau mengalami trauma atau semacamnya?" Victor, lelaki muda yang juga merupakan bos Yuju sempat bertanya setelah mengijinkan Eunbi bersembunyi dari khalayak ramai pengunjung club.
"Tidak," jawab Eunbi kala itu.
"Lalu kenapa kau tidak keluar dan menari di lantai dansa seperti yang lain?" Victor bertanya heran.
"Orang-orang disana tampak menakutkan," jawab Eunbi lagi.
Victor mengernyitkan kening, ingin bertanya lebih jauh andai saja seorang tamu penting tidak sedang menunggunya. Oh, Eunbi tidak berbohong mengenai trauma itu. Yang menyebabkan kondisi psikisnya memburuk adalah isi kepalanya sendiri.
Mengobati penyakit psikis itu seperti bermain ular tangga, Eunbi mengingat ucapan salah satu psikolog yang sempat di temuinya. Terkadang kita mendapat dadu yang bagus hingga mood kita naik, tapi terkadang mendapat dadu yang jelek hingga mood kita turun. Meski begitu, kita tidak boleh menyerah, karena suatu saat permainan ular tangga itu akan berakhir dan kita akan menang.
###
"Dia dimana?" Jungkook mengerutkan kening mendengar laporan Anthony.
"Bellamore Nigh Club, Sig," jawab Anthony, mengulang dari teleponnya.
Jungkook melirik jam tangannya, menyipitkan mata karena mengingat kalau tempat itu pasti belum buka untuk umum.
"Apa yang sedang dia lakukan sekarang?" Jungkook kembali bertanya."Hanya minum bir seorang diri. Sesekali temannya datang untuk membersihkan ruangan," ucap Anthony membalas.
"Tidak ada orang lain? Bagaimana dengan Victor?" Tanya Jungkook, menyebut nama pemilik club itu.
"Saat ini Victor belum datang. Sepertinya perempuan itu ingin menemani temannya bekerja," kata Anthony lagi.
"Baiklah. Hubungi Victor dan cari tau mengapa perempuan itu ada disana. Melihat perempuan itu bisa masuk seenaknya, mungkin ini bukan yang pertama kali," Jungkook mematikan sambungan kemudian mengalihkan tatapan tajamnya ke seorang polisi berpangkat tinggi didepannya.
"So?" Polisi yang sudah berumur itu tampak kesal karena obrolan mereka terjeda oleh sesuatu yang tidak penting.
"Tentu saja anda harus menutup kasusnya," ucap Jungkook, mengulas senyum tipis. "Saya pastikan kejadian ini tidak akan terulang lagi."
Bermulut manis, berotak licik, segala presensi Jungkook sekarang menjeritkan kata berbahaya hingga polisi itu pun memilih bernegosiasi alih-alih langsung menjebloskannya ke penjara. Sang polisi mendengus jengah.
"Ini bahkan belum dua minggu sejak penemuan mayat Diego Timothy, tapi kelompokmu sudah bertingkah lagi!" Keluh polisi itu. "Bisa-bisa masyarakat berpikir kami tidak melakukan sesuatu!"
Loh? Kan, memang benar, batin Jungkook meski bibirnya masih menyunggingkan senyum polos.
"Ayolah Signor Raiden, ini bukan seperti diri anda yang biasanya," bujuk Jungkook. "Anda tau saya seperti apa, kan? Saya juga tidak senang dengan kekacauan."
Polisi yang dipanggil Signor Raiden itu menatap Jungkook ragu. Memang benar, Jungkook terkenal tidak memiliki ampun, pun tidak sabar menghadapi kekacauan rencana yang telah tersusun rapi.
"Baiklah," Signor Raiden mengalah. "Aku akan mempercayaimu sekali ini. Kuharap tidak akan ada yang kedua kali, atau kami terpaksa bertindak."
Jungkook mengangguk, masih tersenyum seolah mematuhi perintah kecil ayahnya. Sikapnya yang begitu manis membuat Signor Raiden tidak bisa berlama-lama menginterogasinya.
Raut wajah Jungkook berubah begitu Signor Raiden meninggalkan ruangannya. Lelaki itu menyentuh bibir bawahnya penuh pertimbangan. Kalau tidak ingat mengenai perundingan birokrasi dengan pihak pemerintah, Jungkook akan menghabisi polisi itu sekarang juga. Jungkook tidak mau ambil pusing dengan tetek bengek berdiskusi dengan pemerintah andai kata polisi itu diganti oleh polisi yang lain. Setidaknya Signor Raiden cukup takut padanya hingga tidak akan bertindak macam-macam.
Pesan singkat yang dikirim Anthony beberapa saat kemudian membuat mood Jungkook terasa sedikit lebih baik. Lelaki itu kemudian beranjak untuk berganti baju. Jungkook akan menemui Eunbi lagi malam ini.
Anthony,
Signorina bersembunyi di ruangan pegawai setelah club buka. Victor bilang, Signorina sering datang untuk menemani temannya bekerja, namun tidak pernah bergaul dengan para tamu ataupun pegawai lain.
Hoo... Menarik.
###
KAMU SEDANG MEMBACA
Mafia In Love (Rate M)
FanfictionJeon Jungkook adalah seorang pemuda yang sudah terkenal sebagai seorang bos mafia di Italia sana. Sosoknya yang terkenal kejam tidak lepas dari perlakuan rasis yang dulu sempat dirasakannya. Jung Eunbi adalah mahasiswa fakultas psikologi yang mengin...