Ujung dari rasa was-was Eunbi karena ucapan Hero Timothy adalah saran Yuju untuk mencari tau sendiri kebenarannya. Untuk itu, Yuju bersedia membantu.
Saat ini, Eunbi terdiam saat Jeremy menunggunya dan Yuju di depan kampus, bersender nyaman di mobil Maseratinya sambil tersenyum ringan. Yuju mendekat seperti biasa, berbeda dengan Eunbi yang agak ragu.
"Sudah lama aku tidak melihatmu," ucap Jeremy sambil memeluk Yuju. "Bagaimana kabarmu?"
Terlalu luwes, pikir Eunbi. Gerakan Jeremy sangat natural untuk orang yang menikah karena kecelakaan. Tidak, sikap lelaki itu memang terlalu santai.
"Baik-baik saja," jawab Yuju. "Kau baru pulang, ya?"
"Tidak juga, aku sempat bertemu beberapa orang sebelum kesini. Hai, Eunbi!" Jeremy lebih dulu menjawab pertanyaan Yuju sebelum menyapanya.
Eunbi menanggapi dengan tersenyum sekilas.
"Ayo naik?" Jeremy membukakan pintu untuk Yuju, dan perempuan itu masuk tanpa ragu. "Kau juga, Eunbi. Jacky memintaku untuk mengantarmu."
"Apa?" Gumam Eunbi terkejut, setengah takut.
Jacky sudah pulang dari Amerika? Sejak kapan? Dan dia mau dibawa kemana?
"Jacky mungkin ingin menjemputmu sendiri, tapi katanya dia masih ada rapat, jadi minta tolong padaku," ucap Jeremy, membukakan pintu belakang untuk Eunbi.
"Mau kemana?" Tanya Eunbi pelan.
"Hm? Perusahaan Jacky, tentu saja. Aku sudah bilang dia ada rapat, kan?" Sahut Jeremy, mengerutkan alis.
Perusahaan? Ah! Yang bergerak di bidang keamana itu? Eunbi melirik ke arah Yuju duduk, dan temannya itu segera membuka jendela mobil.
"Ayo," ajak Yuju, mengangguk untuk menguatkan.
Eunbi akhirnya masuk ke dalam mobil dan mengikuti Jeremy serta Yuju ke sebuah bangunan tinggi yang tampak modern. Eunbi melihat tulisan Imbatutto alias Tak Terkalahkan di gedung tinggi itu.
Jeremy menghentikan mobilnya dan membukakan pintu untuk Eunbi.
"Katakan saja pada resepsionis kalau kau sudah punya janji dengan Jacky. Dia akan mengantarmu," ucap Jeremy mewanti-wanti saat Eunbi keluar dari mobilnya.Eunbi menghela napas dalam sebelum mengangguk.
"Oh! Dan panggil nama asli Jacky, mengerti?" Eunbi mengangguk lagi sebelum masuk ke dalam gedung.Eunbi dibawa oleh resepsionis menuju lantai paling atas. Mereka bertemu salah satu sekretaris Jacky yang menunggu di luar ruang rapat untuk meneruskan informasi kedatangan Eunbi ke dalam ruangan.
"Silakan, saya antar ke ruang tunggu," sekretaris Jacky yang cantik luar biasa -- dimata Eunbi -- itu menunjukkan jalan.
Eunbi kira dia akan dibawa ke lounge atau semacamnya, tapi sekretaris Jacky justru membawa Eunbi ke ruangan lelaki itu yang luas.
"Signor berkata untuk menunggu disini selama beberapa menit lagi," ucapnya dengan sopan.Eunbi mengangguk singkat, membiarkan sekretaris Jacky keluar setelah menolak kopi/teh yang di tawarkan. Mata Eunbi menjelajah sekitar. Sama seperti apartemennya, kantor Jacky terkesan kosong. Hanya sebuah pohon palem dalam pot yang warnanya mencolok mata.
Apa Eunbi bisa mendapat petunjuk mengenai identitas asli Jacky dari ruangan ini? Eunbi tidak yakin, tapi tetap berdiri untuk melihat-lihat. Eunbi menghela napas karena bahkan tidak melihat satu pun foto di ruangan itu.
Saat mendengar orang berbicara dari luar ruangan, Eunbi buru-buru duduk kembali. Beberapa saat kemudian Jacky memasuki ruangan. Lelaki itu sempat menunjukkan raut kesal, tapi berubah saat melihat wajah Eunbi.
"Mi Eunha!" Panggilnya, tersenyum lebar. Jacky tidak menyadari Eunbi yang balas tersenyum canggung, lelaki itu langsung memeluknya hingga Eunbi terjungkal ke sofa. "Aku rindu sekali padamu!"
###
Eunbi menghela napas panjang sementara Jacky menikmati waktunya dengan berenang. Iya, mereka sudah berganti tempat ke sebuah resort yang di sewa khusus oleh Jacky.
Ketika bertemu lagi, Eunbi mulai tampak tidak yakin dengan ucapan Hero Timothy dan pemikirannya mengenai Jacky yang adalah seorang mafia. Maksudnya, mana ada mafia yang bersikap manja agar permintaannya di turuti? Yang Eunbi tau, para mafia senang bertindak kasar. Meski begitu, Eunbi merasa tidak nyaman dengan sikap Jacky yang gemar pamer. Sejak kapan lelaki itu suka pamer begini?
"Darl? Apa yang kau lakukan? Tidak mau bergabung bersamaku?" Tanya Jacky yang masih berendam di dalam kolam.
"Apa airnya tidak dingin?" Balas Eunbi, menatap langit yang sudah gelap. Musim panas hampir berakhir, dan suhu udara mulai berubah.
"Sama sekali tidak," jawab Jacky. "kemari lah. Percuma kau membeli bikini baru kalau tidak dipakai."
Eunbi mencebik, enggan melepaskan handuk yang menutupi pakaian renang yang disebut Jacky. Sepertinya lelaki itu sengaja membelikan Eunbi pakaian renang yang sangat terbuka hingga membuatnya tidak nyaman.
"Kan kau yang beli," elak Eunbi, menekuk wajah.
"Duh, aku benar-benar berpikir itu model yang biasa orang pakai. Tidak perlu malu, hanya aku yang akan melihatnya," Jacky tersenyum, tapi senyum itu membuat Eunbi merasa jengkel.
Meski begitu, Eunbi bergabung dengan Jacky tidak lama kemudian. Eunbi sedikit bergidik merasakan suhu air yang agak dingin, tapi kemudian Jacky memeluknya dengan hangat.
"Kau agak pendiam hari ini. Apa ada hal yang mengganggumu?" Jacky bertanya, merapikan anak rambut Eunbi yang sedikit berantakan.
"Tidak," jawab Eunbi, berbohong.
Jacky mengerutkan kening, tampak meragukan jawaban perempuan itu sebelum kemudian menggelengkan kepala.
"Kau keberatan aku ajak pergi? Atau kau tidak suka tempat ini?" Jacky kembali bertanya, masih terusik dengan sikap Eunbi yang tidak seperti biasanya.
"Tidak, bukan begitu. Aku hanya..."
"Ya?" Sahut Jacky saat Eunbi tidak menyelesaikan kalimatnya.
"Ehm, bukan apa-apa," jawab Eunbi kemudian. "Aku memikirkan hasil ujianku. Itu saja."
Jacky masih tampak kurang percaya, tapi kali ini tidak mendesak lebih jauh. Lelaki itu berenang mengitari Eunbi, berpikir dalam diam.
"Kau tau apa yang kupikirkan selama di Amerika?" Tiba-tiba Jacky kembali bersuara, mengubah gaya berenangnya menjadi gaya punggung agar bisa melihat ekspresi Eunbi yang masih diam.
"Entahlah?"
"Kau akan bertemu dan tertarik pada lelaki lain selagi aku tidak ada," ucap Jacky, cemberut.
"Apa?" Eunbi menahan senyum geli. "Kau konyol!"
"Itu terdengar seperti kau sedang berkelit. Jadi, berapa lelaki yang mendatangimu selagi aku tidak ada?" Masih dengan ekspresi cemberutnya, Jacky berhenti di depan Eunbi lagi.
"Aku tidak menghitungnya," jawab Eunbi. Ekspresi tidak percaya dan terganggu Jacky membuat segelintir tawa Eunbi lolos. "Tidak perlu khawatir seperti itu. Kau tau aku tidak tertarik pada mereka."
Jacky kembali cemberut, tapi kali ini tangan nakalnya melepas tali bikini Eunbi.
"Hei! Apa yang kau lakukan?" Eunbi menegur.
"Melihat apakah kau masih milikku?" Jawab Jacky.
"Kau sudah gila!" Eunbi segera menghindar saat tangan Jacky hendak meraihnya.
"Sudah kuduga! Aku di campakkan!" Eunbi tertawa kencang melihat sikap dramatis Jacky yang tiba-tiba muncul.
"Sebenarnya apa yang terjadi di Amerika sampai kau jadi seperti ini?" Eunbi bertanya sambil meraih salah satu lengan Jacky.
"Overthinking dan merindukanmu," gumam Jacky, memeluk Eunbi erat-erat.
"Aku juga," balas Eunbi, ikut bergumam, menyembunyikan wajahnya dari Jacky karena tau hal yang mereka khawatirkan berbeda.
###
Latest post bulan Mei. Sekarang udah Juli 😭😭 miannn
KAMU SEDANG MEMBACA
Mafia In Love (Rate M)
FanfictionJeon Jungkook adalah seorang pemuda yang sudah terkenal sebagai seorang bos mafia di Italia sana. Sosoknya yang terkenal kejam tidak lepas dari perlakuan rasis yang dulu sempat dirasakannya. Jung Eunbi adalah mahasiswa fakultas psikologi yang mengin...