Eunbi mendesah saat dorongan tubuh Jacky di belakangnya semakin kencang. Tangan Eunbi meraih batal untuk di remas, sementara kedua tangan Jacky tidak meninggalkan pinggangnya. Napas lelaki itu juga semakin berat diiringi erangan.
Kamar tidur yang sudah di siapkan jelas merupakan kelas 1 dari segi arsitektur maupun fasilitasnya. Eunbi bisa melihat kolam renang yang beberapa menit lalu menjadi tempat Jacky berolahraga dari pintu kaca.
Napas Eunbi semakin berat dengan aktifitas mereka, ditambah posisinya yang tertekan dibawah Jacky. Eunbi ingin protes, atau meminta ganti posisi pada Jacky, tapi cara lelaki itu bergerak seperti kuda jantan sedang birahi. Meski Eunbi tidak benar-benar tau bagaimana kuda jantan birahi.
"Jack..." Eunbi memanggil sambil tersengal-sengal. "Tidak-bisa-napas!"
Butuh beberapa detik bagi Jacky untuk merespon kalimat patah-patah itu. Jacky berhenti sejenak untuk mengecup kepala Eunbi dan mengubah posisi mereka.
Pemandangan kolam renang seketika berubah menjadi wajah penuh peluh dan eksotis seorang Jacky. Eunbi mengerang kecil saat tubuh mereka kembali menyatu.
"Sudah merasa nyaman?" Jacky bertanya dengan nada lembut. Eunbi mengangguk singkat, menarik napas berkali-kali seperti ikan yang baru saja keluar dari air. "Maaf, aku terbawa suasana."
"Aku tidak marah," Eunbi mengulas senyum kecil dan mengusap peluh Jacky sebagai bentuk penegasan. "Aku juga merindukanmu, tapi bisakah kau lembut sedikit?"
"Tentu saja," Jacky mengecup bahu Eunbi dan lurus menuju bibir perempuan itu. Rasa yang membuat Jacky candu melekat di sana. Beradu bibir dengan Eunbi untuk selamanya saja rasanya sudah cukup dan Eunbi pun sudah merasa sangat familiar dengan degupan jantungnya saat sedang bersama dengan Jacky.
"Jack," panggil Eunbi tiba-tiba.
"Ya, darl?"
"I want to know everything about you," ucapnya, membuat Jacky seketika menegang kaget.
"Bukankah aku sudah memberitahumu banyak hal? Apalagi yang ingin kau tau?" Sahut lelaki itu.
"Aku tidak punya pertanyaan untuk saat ini," balas Eunbi. "tapi aku ingin kau memberitahuku apapun yang menurutmu perlu aku tau."
Eunbi terkejut saat Jacky melepaskan diri dan berbaring di sebelahnya. Lelaki itu menatap langit-langit sambil berpikir keras.
"Hal yang harus diberitahu padamu?"gumamnya pelan.
Eunbi bergerak ke atas tubuh Jacky yang masih berdiri gagah karena kegiatan yang mendadak terputus. Jacky membantu Eunbi menyatukan tubuh mereka lagi sementara keningnya masih berkerut.
"Darl, bagaimana aku bisa berpikir jernih kalau kau bertindak manis seperti itu?" Jacky agak memprotes dengan suara parau karena gerakan lembut Eunbi di atas tubuhnya.
Eunbi terkekeh kecil.
"Tunda dulu berpikirnya," ucap perempuan itu. "I need you now."Jacky mengerang kalah mendengar godaan kecil itu, bergerak untuk memeluk tubuh Eunbi yang duduk di atasnya.
"Kau sangat seksi. Bisa gila aku!" Geram Jacky di telinga Eunbi saat lelaki itu menciumi pipinya dengan gemas.
"Ah!" Eunbi menjerit terkejut saat merasakan betapa dalam Jacky menusuknya.
"I want to feel you deeply like this," bisik Jacky, menyentak pelan ke dalam tubuh Eunbi beberapa kali hingga perempuan itu menjerit kecil. Eunbi mengalungkan kedua lengannya ke leher Jacky, menjerit dan mengerang sementara bibir Jacky mengecupi leher dan garis rahangnya.
###
"Jack, kau kenal seseorang bernama Hero Timothy?" Eunbi bertanya, sebelah tangannya mengusap pipi Jacky yang berbaring di sebelahnya. Meski lelaki itu sudah menutup mata, tapi Eunbi tau dia belum tertidur.
"Hero Timothy? God Father itu? Bukankah semua orang Italia mengenalnya?" Sahut Jacky tenang.
"Maksudku adalah secara pribadi," Eunbi meralat ucapannya.
"Tidak, tuh. Kenapa memang?"
"Sepertinya dia mengenalmu," sahut Eunbi. "Dia bilang padaku untuk hati-hati denganmu."
"Dia bilang padamu? Kau bertemu dengannya? Bagaimana bisa?" Kali ini, Jacky menggeser posisinya hingga bisa menatap lurus Eunbi.
"Aku tidak sengaja bertemu dengannya saat hendak membeli roti. Dia tidak bawa uang, jadi aku membelikan beberapa untuknya. Kukira dia orangtua biasa," Eunbi mengangkat bahu. "Lalu, entah bagaimana dia datang ke kampus. Disana aku mengetahui identitasnya, sekaligus mendapat peringatan darinya."
Jacky mendecakkan lidah.
"Sudah kubilang, jangan terlalu baik pada orang asing. Kalau kau terlalu baik, kau bukan diapresiasi, tapi justru di sepelekan," lelaki itu mengomel."Tapi kita tidak sedang membahas soal itu," sergah Eunbi mengingatkan.
"Kau tau aku punya perusahaan keamanan yang cukup besar. Mungkin dia merasa kesal karena banyak orang-orang penting yang menjadi targetnya memakai jasa perusahaanku?" Sahut Jacky.
"Oh, make sense," gumam Eunbi, mengakui. "Apa kau juga diam-diam menempatkan orang untuk menjagaku?"
"Haruskah aku melakukannya? Tidak terpikirkan sebelumnya, tapi boleh juga." Balas Jacky, serius.
"Tidak, bukan begitu maksudku." Eunbi segera menggeleng. "Hero Timothy bilang, bahwa banyak orang yang menjagaku dari kejauhan. Walaupun aku tidak yakin itu salah atau benar."
"Bukankah itu karena dia tau kau penakut? Jadi dia menakut-nakutimu," tebak Jacky lagi.
"Darimana dia tau?" Eunbi menggerutu protes. "Tapi, bisakah aku menceritakan sebuah rahasia padamu?"
Jacky tersenyum lebar sebelum menganggukkan kepala.
"Kau mengataiku penakut, tapi bagaimana kalau aku punya pengalaman yang mengerikan?" Ucap Eunbi, membuat Jacky mengerutkan kening.
"Pengalaman mengerikan seperti apa? Si Mingyu itu?"
"Mingyu hanya masalah kecil dibandingkan ini," sahut Eunbi membantah. "Ini ada kaitannya dengan ketakutanku pada mafia."
Alis Jacky terangkat mendengar hal itu, menunggu Eunbi menyelesaikan ucapannya dalam diam.
"Sejujurnya, aku pernah melihat pembunuhan belum lama ini." Eunbi mengakui dengan nada lirih, namun berhasil membuat Jacky membelalakkan matanya."Awalnya aku tidak tau itu mengenai apa karena aku segera kabur agar tidak tertangkap pembunuh itu. Tapi kemudian, aku tau kalau korbannya adalah seorang anggota Timothy," ucap Eunbi. "Aku tau jumlah pembunuhnya, senjata yang di pakai dan lokasinya. Namun, aku tidak berani mengatakannya pada polisi."
"Kau tau siapa pembunuhnya?" Eunbi mengangguk untuk menjawab pertanyaan Jacky itu.
"Aku tau, keluarga Lincoln dituduh sebagai pembunuhnya. Tapi, aku tidak tau siapa saja anggota keluarga Lincoln untuk memastikannya," sahut Eunbi.
Tidak ada reaksi atau tanggapan dari Jacky, hingga Eunbi harus mendongak untuk melihat ekspresi lelaki itu.
"Kenapa kau diam saja?" Tanya Eunbi.
"Aku tidak tau harus bereaksi seperti apa?" sahut Jacky. Eunbi menganggukkan kepalanya paham.
"Menurutmu, apakah mungkin mereka tau aku melihat perbuatan mereka?" Tanya Eunbi.
"Mungkin," sahut Jacky. "Kalau aku adalah mafia itu dan tau mengenaimu, aku akan mengejarmu hingga ujung dunia."
Eunbi nyengir mendengar hal itu.
"Kalau kau adalah seorang mafia, aku akan lari hingga keluar angkasa!" Balasnya."Akan aku kejar sampai ke ujung neraka!" Balas Jacky lagi.
"Oh, bagus! Karena aku akan masuk surga!" Eunbi menjulurkan lidahnya untuk meledek Jacky, dan lelaki itu akhirnya tertawa geli.
"Kau konyol!"
###
KAMU SEDANG MEMBACA
Mafia In Love (Rate M)
FanfictionJeon Jungkook adalah seorang pemuda yang sudah terkenal sebagai seorang bos mafia di Italia sana. Sosoknya yang terkenal kejam tidak lepas dari perlakuan rasis yang dulu sempat dirasakannya. Jung Eunbi adalah mahasiswa fakultas psikologi yang mengin...