Sore itu, Eunbi bertamu ke apartemen Yuju dan Jeremy. Yuju tampak senang bertemu dengannya karena mereka jarang bertemu sejak Eunbi menjadi lebih sibuk dengan kuliah dan Jacky.
"Bagaimana kabarmu?" Tanya Yuju, tersenyum lebar setelah memeluk Eunbi erat-erat.
"Baik. Bagaimana dengan mu?" Sahut Eunbi.
"Baik-baik saja. Ayo, masuk!"
"Jeremy sedang tidak ada?" Tanya Eunbi setelah mengamati isi apartemen Yuju dengan teliti.
"Iya, dia sedang ada urusan. Tapi, sebenarnya dia juga jarang pulang, sih," jawab Yuju, mengambilkan air dan camilan untuk Eunbi yang duduk di sofa. "Bagaimana denganmu dan Jacky?"
"Tidak ada yang istimewa," jawaban Eunbi membuat Yuju mendongak, dan akhirnya menyadari raut tanpa emosi di wajah sahabatnya itu.
"Terjadi sesuatu, kan?" Tebak Yuju, memyentuh tangan Eunbi dan mengerutkan kening.
"Belum," jawab Eunbi singkat. "Aku tidak tau."
"Apa yang terjadi?" Yuju kembali bertanya, kini tampak memperhatikan Eunbi sepenuhnya.
"Yuju... Apa kau mau pergi denganku?"
"Pergi? Kemana?" Yuju tampak heran, agak gelisah dengan sikap Eunbi yang tampak lebih pasif daripada biasanya.
"Aku belum menentukan tempat tujuan," sahut Eunbi. "Tapi kurasa, kau juga tidak terlalu bahagia dengan pernikahanmu, kan?"
Yuju diam, bibirnya terkatup rapat.
"Apa Jacky menyakitimu? Apa aku perlu bicara dengannya?"
Eunbi menggelengkan kepalanya dengan frustasi, kali ini mendongak untuk menatap mata Yuju secara langsung. Yuju tersentak, kaget saat Eunbi melihatnya seolah sedang membaca pikirannya.
"Apakah kau sudah mencari tau tentang Jacky? Atau Jeremy?" Tanya Eunbi serius. Yuju tergagap, dan tidak butuh waktu lama untuk Eunbi mengerti. Perempuan itu kembali menunduk, seolah tidak pernah menatap Yuju.
"Jeremy memergokiku saat mencari tau tentang mereka," Yuju bergumam, ikut menundukkan kepalanya. "katanya, lebih baik aku tidak tau daripada membuat masalah dan berakibat buruk untukku maupun untukmu. Katanya, aku harus diam hingga antusias dan ketertarikan Jacky padamu menghilang. Hanya tinggal menunggu waktu."
Air mata Yuju menetes, dia menggigit bibir bawahnya menahan sakit hati. Setelah hari itu, bisa dibilang Jeremy telah menelantarkannya dan bayi yang masih di dalam kandungannya. Tapi Eunbi tidak perlu tau, kan?
"Kenapa kau menangis?" Pertanyaan Eunbi kembali membuat Yuju mendongak. "Kau sudah memilih dengan baik," ucapnya, mengulum senyum yang membuat hati Yuju semakin sakit. "Tapi kuharap, setelah ini kau akan memilih kebahagiaan mu sendiri."
"Siapa yang harus yang harus mengkhawatirkan siapa, sih?" Yuju pura-pura mendecih untuk mencairkan suasana, tapi senyum Eunbi menghilang dan tatapan matanya berubah tajam.
"Aku serius. Kau harus memilih dirimu sendiri, kebahagiaan mu dan berpikir lebih masuk akal, karena tidak akan ada yang merasakan lukamu selain dirimu sendiri," katanya.
"Itu benar," Yuju mendesah kalah. "Tapi jangan bicara seolah kita tidak akan bertemu lagi. Kau menakutiku."
Eunbi kembali tersenyum.
"Yuju," aku akan berjuang untuk terus hidup, batin Eunbi. "Jangan khawatirkan aku.""Kau benar-benar akan pergi, ya? Kau tidak akan memutuskan kontak denganku, kan?" Tiba-tiba Yuju bertanya, agak menuduh.
"Apa sih, yang kau bicarakan? Aku kan masih ada kuliah?" Nada ringan di suara Eunbi membuat Yuju bingung, dan agak takut. Dia sama sekali tidak bisa membaca niat Eunbi dan merasa Eunbi sangat berbeda dari biasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mafia In Love (Rate M)
FanfictionJeon Jungkook adalah seorang pemuda yang sudah terkenal sebagai seorang bos mafia di Italia sana. Sosoknya yang terkenal kejam tidak lepas dari perlakuan rasis yang dulu sempat dirasakannya. Jung Eunbi adalah mahasiswa fakultas psikologi yang mengin...