Kissing on The Dance Floor (17+)

622 99 41
                                    

Jangan lupa vote dan komennya ya...

###

Jacky membawa Eunbi agak ke sudut, tempat dimana manusia tidak banyak berkerumun.

"Mungkin lebih baik kalau aku bersembunyi saja," gumam Eunbi, tergugu melihat sekitarnya.

"Bukankah aku sudah berjanji akan melindungimu?" Sahut Jacky, mulai memainkan kedua tangan Eunbi yang bergerak kaku agar mengikuti irama musik. Lelaki itu tersenyum, seolah terhibur dengan dengan keengganan Eunbi.

"Aku tidak bisa menari--itu melelahkan," perempuan itu cemberut.

"Gerakkan saja tubuhmu sesukamu. Itu yang namanya menari," sahut Jacky yang bergerak-gerak aneh, seperti tarian anak kecil di depan Eunbi. Melihat hal itu, Eunbi tidak kuat untuk tidak terkekeh dan mendaratkan pukulan ringan ke bahu Jacky.

"Hentikan itu. Kau tampak aneh!" Komentar Eunbi.

"Tidak mau, ini gayaku menari," tolak Jacky, menambah kekonyolannya dengan ekspresi wajah yang membuat Eunbi semakin terbahak.

"Kau konyol! Tidak cocok dengan gaya kerenmu!" Olok Eunbi lagi. Jacky mengulas senyum tipis.

"Apa aku keren? Bagaimana kalau sekarang?" Jacky mengubah tariannya dengan abstrak, membuat Eunbi kembali tertawa.

"Jangan lakukan itu! Aduh, perutku! Hahahahaha!"

"Ayo, menarilah denganku," sekali lagi Jacky meraih kedua tangan Eunbi, membantunya bergerak ke sana-sini dengan ringan dan riang. Cara mereka menari mungkin tidak selarah dengan lagu, tapi Eunbi tidak pernah berhenti tertawa.

Perasaan cemas dan tidak nyaman Eunbi perlahan menguap, perempuan itu bisa menggerakkan tubuhnya meski dengan gaya kekanakkan yang dengan senang hati diimbangi oleh Jacky. Begitu energinya sudah habis, Eunbi memeluk tubuh Jacky agar berhenti menari.

"Astaga, aku kehabisan napas!" Eunbi mendongak untuk berbicara pada Jacky, namun dengan cepat lelaki itu merunduk, meraup bibir Eunbi dengan bibirnya, melumat dengan ganas. Tidak ada waktu untuk Eunbi merasa terkejut, karena bibir Jacky bergerak menuntut.

Tangan Jacky beralih ke tengkuk Eunbi, menyelamatkannya dari posisi tidak nyaman karena perbedaan tinggi badan mereka. Eunbi tidak bisa fokus pada napas panas Jacky di pipinya. Bibir mereka terus beradu, seluruh perhatian Eunbi tercurah pada cara bibir Jacky bergerak.

Memanggut, melumat, menyicip, menjilat, Jacky melakukan semuanya hingga membuat tubuh Eunbi lemas. Perempuan tak berdaya itu sampai harus berpegangan erat-erat pada punggung Jacky agar tidak pingsan.

Bibir lelaki itu terasa panas dan lembut, membuat Eunbi secara otomatis membalas perlakuannya. Tidak ada yang namanya logika untuk beberapa waktu, hingga Jacky akhirnya melepaskan ciuman mereka dan menatap mata Eunbi. Hasrat masih berkobar di dalam mata elang itu.

Jacky merunduk, hendak mencium Eunbi lagi, tapi kali ini refleks Eunbi lebih cepat. Eunbi menampar pipi Jacky cukup keras, melepaskan diri dari pelukan lelaki itu sebelum melarikan diri.

Tidak sulit untuk Jacky menyusul Eunbi telah sampai di luar Bellamore. Suasana malam terasa cukup ramai di area club malam itu. Jacky bergegas menahan langkah Eunbi sebelum perempuan itu semakin jauh.

"Hei, maafkan aku. Aku terlalu buru-buru," ucap Jacky membujuk.

"Lepaskan aku!" Eunbi menyentak tangannya, nyaris berlari menjauhi Jacky.

"Aku tau aku brengsek karena menyentuhmu tanpa ijin, tapi aku akan merasa lebih brengsek kalau menyesali perbuatanku," Jacky memotong jalan Eunbi, menatap perempuan itu dengan wajah memohon. "Maaf terlalu buru-buru dan mengejutkanmu."

Eunbi menghela napas tajam, menatap Jacky dengan marah sebelum menyahuti.
"Kau pikir apa yang baru saja kau lakukan? Kau pikir aku ini jalang?" Bentaknya kasar.

"Tidak, bukan begitu. Aku hanya lepas kendali karena kau begitu cantik. Aku melakukannya karena aku menyukaimu. Aku seharusnya mengatakan itu lebih dulu sebelum menciummu tapi--"

"Cukup!" Sela Eunbi. "Menjauhlah dariku. Kau sama saja dengan lelaki lain!"

###

Yuju menatap Eunbi dengan prihatin. Setelah mendengar curhatan temannya itu mengenai hubungannya dengan Jacky, Yuju terus merutuki pikiran paranoid Eunbi.

"Bukankah kau juga suka padanya?" Tanya Yuju.

"Suka pada siapa?" Sahut Eunbi yang masih cemberut meski kejadian itu sudah berlalu empat hari.

"Jacky, kan?" Tebak Yuju. "Aku melihatmu membalas ciumannya."

Eunbi tergagap teringat rasa bibir Jacky bergerak di bibirnya.
"Yang benar saja! Itu karena aku tidak bisa berpikir!"

"Kenapa kau mesti berpikir? Ikuti saja kata hatimu," balas Yuju.

"Jangan konyol," tukas Eunbi. "Dia menyukaiku karena aku cantik. Kalau suatu saat aku tidak cantik lagi dan dia membuangku sementara aku sudah terlanjur menyukainya bagaimana?"

Yuju memutar bolamata.
"Paranoid seperti biasa," gerutunya. "Belum tentu ketakutanmu itu terjadi, kan? Kau membuat orang patah hati hingga tidak masuk kuliah hanya karena alasan tidak masuk akal!"

"Apa?"

"Jacky sudah tidak datang ke kampus empat hari ini," Yuju menjelaskan. "Aku pergi mencarinya untuk bertanya, karena kau tidak mau bercerita tentang apa yang terjadi."

Pikiran Eunbi seketika melayang pada Jacky. Kenapa lelaki itu bolos kuliah?

"Ah! Itu mungkin karena dia ada urusan," elak Eunbi.

"Kau ini!" Gumam Yuju gemas. "Bagaimana kalau di serang orang tidak di kenal seperti Si Kapten Hokey itu? Kau mau bertanggungjawab?"

"Kenapa kau malah menakut-nakutiku?" Protes Eunbi.

"Karena isi pikiranmu selalu buruk, jadi aku tambah sekalian. Soalnya, memberi masukan positif padamu itu seperti hal yang tidak mungkin kau turuti," jawab Yuju enteng. "Pergilah! Kau tau dimana tempat tinggal Jacky, kan? Cek keadaannya. Kalau dia tidak bisa mengatasi patah hatinya dan melakukan tindakan nekat bagaimana?"

Eunbi menepuk lengan Yuju kesal, namun ucapan temannya tersebut berhasil menghantui pikirannya. Maka dari itu, Eunbi memutuskan akan datang ke apartemen Jacky setelah pulang kuliah.

###

Mafia In Love (Rate M)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang