Hai, hai, hai...😁
Hallo, everybody~
Adakah yang kangen Axe?👀
Actually, me too~So, let's dive in😗🎶
-Ordinary Time-
Axe merasa dirinya kembali seperti baru begitu keluar dari rumah sakit. Meski penampilannya kini menjadi tanda tanya bagi banyak siswa yang belum tahu fakta tentang kondisinya, Axe tetap merasa santai berjalan melewati koridor kelas untuk bertemu dua temannya yang sudah lebih dulu tiba di kantin. Saat Axe berdiri di meja mereka yang biasa, Gery dan Danu tampak melongo melihat kepala Axe yang ditutupi beanie hat."Axe, are you kidding me?” Danu berdiri, menyentuh wajah Axe dan menolehkannya ke kanan-kiri. “ Bego! Lo kenapa nggak bilang coba kalau habis kemo?"
Axe berdecak, menepis tangan Danu dari wajahnya."Apaan sih?!”
Satu detik merasa kesal, suasana hati Axe berubah cerah saat mendapati Vae di pintu kantin yang tampak celingukan mencari seseorang. “Vae!" teriak Axe semangat sambil melambaikan tangan agar Vae menyadari keberadaannya.
Mendengar namanya dipanggil, Vae menoleh ke sumber suara. Ketika mata hazelnya berhasil menemukan sosok Axe yang berada di meja biasa bersama dua temannya, senyum Vae pun terkembang. Wajah Vae yang selalu tampak pucat kini seolah memiliki warna yang memesona. Melangkah mantap mendekati Axe dengan rambutnya yang panjang berkibar indah di belakang punggung kurusnya dan bibir tipisnya yang melengkung manis, membuat beberapa pasang mata yang biasanya mengabaikannya, sekarang tampak tertarik padanya.
"Hai," sapa Vae dengan suara halusnya yang bernada. "Aku pikir, kamu masih belum berangkat." Vae berdeham kemudian mengulurkan tangan rampingnya yang kini terdapat luka parut berwarna keputihan di telapak tangan kanannya. "Well, welcome back, Axe,"
Axe mengernyit melihat luka itu, namun memilih tidak berkomentar dan segera menjabat tangan Vae. "Thanks,” Axe nyengir. “Hei, lain kali kamu juga harus main ke rumahku, biar nggak main ke bangsalku aja. Gimana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Axe Vae : You're My Stars
Teen FictionAxton--cowok blesteran Kanada--yang dinyatakan sembuh dari kanker, telah menyerah menjalin hubungan yang tidak pernah berbalas dan memilih sibuk mencari donor demi menambah harapan hidup paling tidak untuk lima tahun ke depan. Tapi, diam-diam, dia t...