Spark XVII

117 17 5
                                    

Ciao~
Lama tidak bersua ya, guys..
Adakah yang kangen Axe??
Kasih bintangnya dong...🤭
Kan, you're my star🌟⭐️
#bercyanda👀

Yep, tidak menunggu lama lagi~
Siapin waktu, hati, pikiran, tisu, atau cemilan (es kopi susu juga, boleh))

Kita "candle light" bareng Axe ya~

Kita "candle light" bareng Axe ya~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-Candle Lights-

Satu hari sebelum janji makan malam bersama Axe, Vae memohon pada Pak Rahmat–guru seninya di sekolah–agar memberinya izin menggunakan ruang seni setelah jam pelajaran terakhir selesai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Satu hari sebelum janji makan malam bersama Axe, Vae memohon pada Pak Rahmat–guru seninya di sekolah–agar memberinya izin menggunakan ruang seni setelah jam pelajaran terakhir selesai. Seperti janjinya, Vae ingin merekam lagu untuk Axe. 

Satu-dua menit duduk di hadapan grand piano, Vae memikirkan apa yang ingin dia nyanyikan. Lalu, bersama hembusan angin lembut yang masuk melalui jendela yang tadi dibiarkan terbuka, Vae meletakkan kedua tangannya di atas tuts, memainkan sebuah intro sebelum dia menggetarkan pita suaranya dan menyanyikan lirik lagu yang dipilihnya. Saking asyiknya menikmati kegiatannya, Vae tidak menyadari jika langit sudah bersemburat merah dan jingga. 

Menyelesaikan lagu ke sekian dan menyimpan file rekamannya, Vae merapikan lagi piano yang tadi dia mainkan lalu mengunci ruangan. Ketika dia berjalan melewati gerbang, dia dikejutkan oleh Stelle yang sengaja pulang lebih awal dari pekerjaannya agar bisa menjemput Vae. Tidak membuang waktu dan kesempatan, Vae lekas duduk di kursi penumpang depan kemudian memulai obrolan dengan ibunya yang membuatnya teringat jika dulu, dia sering bercerita sembari Stelle mengemudi di perjalanan pulang. 

Vae tidak menyangka, setelah beberapa hari dia menutup diri tanpa bicara, ternyata dia merindukan hal-hal seperti ini bersama ibunya. Mendominasi pembicaraan, Vae pun mengatakan pada Stelle tentang rencana makan malamnya bersama Axe yang membuatnya mendapatkan satu kesempatan lagi menghabiskan waktu dengan Stelle yang berjanji membantunya berdandan. Menarik senyumnya, Vae merasa tambah gembira oleh kabar bahagia dari Stelle jika dia akan memberinya seorang adik.

Mom!” pekik Vae girang lalu merangkul pundak Stelle saat mereka berhenti di belakang lampu lalu lintas yang berwarna merah. “Terima kasih,” 

Axe Vae : You're My StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang