Spark XIX

96 12 13
                                    

Halo, Alstroemers~
Jumpa lagi in Saturday which is time to see Axe and Vae~

Oh, iya, happy independence day~ Yeay!

Gimana, gimana yang minggu lalu?🥺
Buat persiapan aja, jangan lupa makan dulu plus di tisu di samping jangan dipindahin, siapa tahu buat lap pas beler atau buat diremet-remet setelah paragraf-paragraf berikut👀

Tapi, tidak wajib ada tisu sih (belum)👀
Oke, ayo cus~


Tapi, tidak wajib ada tisu sih (belum)👀Oke, ayo cus~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-Getting Worst-

Axe merasa hidupnya benar-benar tamat dan tidak akan lagi menemukan sesuatu hal seperti kebebasan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Axe merasa hidupnya benar-benar tamat dan tidak akan lagi menemukan sesuatu hal seperti kebebasan. Namun, jika Tuhan memberikan satu kesempatan lagi padanya, dia ingin menepati janjinya untuk melihat bintang bersama Vae–janji yang mungkin akan menjadi permintaan terakhirnya.

Setelah makan malam bersama Vae kemarin, kondisi Axe tiba-tiba menurun karena efek obat kemo yang dimasukan ke dalam tubuhnya, yang mana kini terpaksa dihentikan. Meski tengah terbaring lemah, dia bisa mendengar penjelasan dokter, jika satu per satu kinerja tubuhnya akan mengalami penurunan yang disebabkan oleh sel sialan yang menyebar semakin luas. Sudah sejak kecil hidupnya dipenuhi rasa sakit, mungkin, tubuh Axe sudah tak sanggup lagi untuk menahannya.

Pasrah akan segalanya, Axe pun menggantungkan dirinya pada obat-obatan yang sedikit memperpanjang hidupnya juga alat yang membantu pernapasannya. 

"Hei," sergah Linda lembut, mengusap kepala putranya yang tak tertutup beanie

Mendengar dan merasakan sentuhan ibunya, membuat Axe ingin mengatakan sesuatu padanya, tapi untuk membuka suaranya saja membutuhkan usaha keras, sehingga, dia hanya bisa menatap Linda dengan air mata yang tanpa sadar mengalir melalui pipi tirusnya. Di dalam hatinya, Axe merasa dia hanya menyusahkan orang-orang terdekatnya dan membuang sia-sia usaha ibunya karena segala terapi yang dijalaninya seolah tidak membuahkan hasil apa-apa pada tubuhnya yang malah semakin hancur. Berkali-kali, Axe hanya bisa meneriakkan kata maaf tanpa suara.

"Kenapa nangis, sayang?” Linda mengusap lelehan air mata Axe. “Nanti makin sesak, gimana? Dengar,” tambah Linda mencium punggung tangan putranya yang bebas infus sambil menahan tangisnya. “Nggak apa-apa, sayang. Semuanya bakal baik-baik saja, hm?”

Axe Vae : You're My StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang