Axton--cowok blesteran Kanada--yang dinyatakan sembuh dari kanker, telah menyerah menjalin hubungan yang tidak pernah berbalas dan memilih sibuk mencari donor demi menambah harapan hidup paling tidak untuk lima tahun ke depan. Tapi, diam-diam, dia t...
Hai, balik again with Mincan☺️ Ini Mincan bawain chapter baru Axe-Vae buat kita semua~
Well, selamat membaca!
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
-Paper Planes-
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Empat hari berlalu setelah kemoterapi keduanya, dokter yang menangani Axe mendapati penurunan kondisi Axe. Namun perlahan, usai terapi yang menyakitkan, Axe bisa merasakan ada perkembangan menyenangkan dimana rasa sakit itu tidak lagi terlalu mengganggunya.
Bosan terus berbaring maupun duduk dan melakukan kegiatan monoton di kamarnya, Axe meminta ayahnya agar mengajaknya jalan-jalan menghirup udara segar.
Menuruti keinginan putra sulungnya, Gema memakaikan sweater pada Axe serta masker sebelum keluar, tak lupa, dia juga meletakkan selimut di pangkuan Axe ketika dia sudah duduk di kursi roda yang tadi dibantu oleh Ners Fina.
"Udah ngerasa nyaman?" tanya Gema menambahkan bantal di punggung Axe.
Axe mengangguk, memperbaiki duduknya supaya lebih nyaman bersandar di empuknya bantal di kursi rodanya. "Udah," jawab Axe serak.
“Oke,” Gema pun mendorong kursi roda Axe menuju taman dimana Axe bisa menikmati suasana ruang terbuka. Di belakang Gema, Ners Fina berjalan mengikuti mereka dan berjaga jika nanti Axe membutuh bantuan.
¤
Tiba di taman, Axe menoleh pada ayahnya agar mendorongnya sampai ke naungan rindang pohon akasia dimana dulu dia sering kesana dengan kameranya untuk memotret orang-orang, langit yang cerah, ataupun dahan-dahan yang bergerak oleh tiupan angin segar. Sekarang, Axe hanya membawa ponsel yang tadi Gema simpan di saku sweaternya.
Memasuki rerumputan di dekat pepohonan, Axe mengernyit melihat kertas warna-warni berserakan yang dia yakin tidak mungkin petugas kebersihan lewatkan untuk menyapunya. Menunduk dan hendak mengambil salah satunya, Axe merasakan angin sepoi membawa satu kertas lain berbentuk pesawat jatuh di depannya. Mengerjap diam, satu pesawat kertas kembali jatuh dan kali ini berwarna biru. Penasaran, Axe pun menengadah ke atas pada salah satu jendela kamar yang terbuka, yang kemudian mengundang sebuah cengiran lebar menghiasi wajahnya yang tadi tampak bosan.
