Axton--cowok blesteran Kanada--yang dinyatakan sembuh dari kanker, telah menyerah menjalin hubungan yang tidak pernah berbalas dan memilih sibuk mencari donor demi menambah harapan hidup paling tidak untuk lima tahun ke depan. Tapi, diam-diam, dia t...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
-Deja vu-
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pertengahan minggu hari sekolah, tepatnya di jam ketiga, tampak Vae yang berjalan di koridor kelas sementara teman-temannya tengah berlarian mengitari lapangan sebagai pemanasan sebelum memulai pelajaran olahraga. Sudah menjadi hal biasa, jika Vae tidak ikut berlari, atau bermain bola, atau melompat di bak pasir, atau berada di gedung gymnasium dan melakukan gerakan akrobatik. Vae tidak mengikuti pelajaran kebugaran fisik di sekolahnya kecuali berenang. Lalu, sebagai ganti tidak mengikutinya, Vae biasa mendapat tugas tertulis demi menutup nilai praktiknya dan mengerjakannya di perpustakaan.
Di perjalanan menuju perpustakaan, Vae sempat bersitatap dengan beberapa cewek dari kelasnya sebelum akhirnya mereka memutus kontak mata dengan mengalihkan pandangan kemudian mulai berkasak-kusuk mengenai dirinya. Menegakkan bahunya, Vae melanjutkan sambil memeluk folder buku serta alat tulisnya.
Tiba di perpustakaan, Vae menyapa guru penjaga sekaligus pustakawan disana kemudian berjalan ke tempatnya yang biasa, memanfaatkan komputer serta jaringan internet perpustakaan juga literasi yang cukup lengkap untuk mengerjakan tugasnya. Kurang lebih lima belas menit, Vae sudah selesai menyelesaikan tugas dari Pak Arnold–guru olahraganya–dan mengirimkan file pekerjaannya ke e-mail guru itu. Setelahnya, sisa waktu di jam pelajaran olahraga akan dilalui Vae dengan bosan.
Ketika meletakkan kepalanya di lipatan lengan di meja dekat jendela, Vae melihat sesuatu berkelebat di bawah gedung timur yang berseberangan dengan perpustakaan. Menegakkan tubuh dan menyipitkan pandangannya, Vae terperangah saat menyadari seseorang yang tampak celingukan disana adalah Axe. Ingin tahu apa yang Axe lakukan dengan memutari gedung itu, Vae akhirnya bangkit dari tempatnya dan membawa barang-barangnya.
Di meja depan, Vae tersenyum pada si pustakawan dan mengatakan jika dia hari ini, dia akan menunggu sisa jam olahraga di kelas kemudian keluar perpustakaan.
Melewati koridor perpustakaan, Vae berjalan lebih cepat, secepat yang bisa kakinya lakukan, agar bisa mengejar Axe.
Tiga menit penuh, akhirnya, Vae tiba di gedung dimana dia melihat sosok Axe. Vae melihat ke segala penjuru gedung yang jarang dia datangi dan mencari-cari Axe hingga dia mendapati seorang menutup pintu tangga darurat. Tersenyum menemukan siapa yang dicarinya, Vae pun dengan cepat menyelinap masuk mengikuti sekelebat bayangan Axe.