Suasana di tepi danau sore itu cukup ramai dengan orang-orang yang menikmati waktu senja mereka, entah itu piknik keluarga, orang-orang yang berenang di sekitaran danau ataupun anak-anak yang bermain. Suasana riuh dan ramai tercipta jelas di lingkungan tersebut, tapi tidak untuk dua pasang manusia yang sedari tadi terduduk diam di bangku panjang yang menghadap ke arah danau.
" Aku hamil ".
Setelah sekian lama diam akhirnya salah satu dari mereka membuka suara, suara itu terdengar pelan namun Nara masih bisa mendengarnya, dua kata yang keluar dari mulut wanita cantik yang masih memandang lurus ke depan itu berhasil membuatnya menolehkan kepalanya dengan wajah terkejut.
" K-kamu serius ? " . Tanyanya yang dibalas anggukan singkat oleh wanita itu.
" Iya, usianya baru seminggu " . Katanya lagi tanpa ekspresi dengan pandangan mata masih fokus ke depan.
Meskipun jujur dirinya terkejut dengan pengakuan itu, tapi entah mengapa di hatinya muncul perasaan
haru sekaligus senang, hingga tanpa sadar dirinya menyentuh permukaan perut itu dengan sayang matanya juga ikut berkaca-kaca tidak percaya bahwa di dalam sini ada anaknya dengan orang yang dia cintai meskipun bayi itu harus hadir dengan cara yang salah." Aku bakal gugurin dia, dokter bilang usianya masih awal, masih bisa untuk di gugurkan " . Mendengar kata-kata itu dirinya tertegun kemudian mendongakkan kepalanya kearah wanita itu menggeleng .
" Maksud kamu apa? Kamu mau bunuh dia? " . Tanyanya kemudian dibalas anggukan kepala oleh wanita itu.
" Iya, semakin cepat semakin baik . Sebelum dia semakin tumbuh di dalam sana ". Jawab wanita itu enteng tanpa melihat ke arah Nara .
" Gak Mel! aku gak mau kamu lakuin itu, aku mohon jangan gugurin dia " . Memegang perut itu dirinya memohon kepada wanita itu untuk tidak membunuh calon anaknya, bayi mereka. Biar bagaimanapun bayi ini adalah anak mereka, hadirnya juga karena kesalahan mereka berdua jadi biarkan Nara menebus dosanya dengan tetap mempertahankan anak ini.
" Aku gabisa Nara, aku masih terlalu muda untuk ini. Aku gamau masa depanku hancur karena dia! " . Sedikit kesal dirinya menghempaskan tangan Nara yang masih memegang perutnya.
" Tapi dia anak kita Mel, dia juga punya hak untuk hidup seperti kita. Apa kamu tega bunuh anak kamu sendiri! " . Nara memandang sendu perempuan itu, pelupuk matanya berair dirinya hancur saat mendengar bahwa wanita itu tidak menerima anaknya, bayi mereka. Bahkan dia juga berniat untuk menggugurkannya.
" Dan kamu lebih tega melihat hidupku hancur Nara?, kita masih terlalu muda untuk punya dia , kita gak akan mampu besarin anak ini. Jadi aku minta sama kamu jangan egois! " . Menoleh kesamping memandang laki-laki itu dengan emosi.
" Aku egois? Lalu gimana sama kamu yang coba untuk bunuh bayi kita! " . Nada yang diucapkan memang tidak meninggi, namu sarat akan penekanan di setiap kata yang di lontarkan Nara.
" Ini semua demi kebaikan kita ". Hanya itu yang di ucapkan wanita itu dengan wajah datar membuat Nara menggeleng tidak percaya mendengarnya, semudah itukah wanita itu berbicara? . Kebaikan apa yang dia maksud! Itu anak mereka, apakah nyawa seseorang hanya dipandang sebelah mata oleh wanita itu . Nara benar-benar tidak habis pikir dengannya.
" Sejahat itu kamu, aku gak nyangka ini kamu Melina. Orang yang aku cintai tega melenyapkan nyawa darah dagingnya sendiri, dimana hati kamu ". Dirinya menggelengkan kepalanya, air matanya jatuh memandang luka wanita itu.
" Terserah Nara, tapi yang jelas aku gak siap untuk punya dia " . Jawabnya kemudian memandang kearah laki-laki itu.
" Kalau kamu gak mau untuk rawat dia, biar aku yang rawat. Aku yang akan besarin anak kita kalau kamu memang gamau hiks..gamau terima kehadirannya. Tapi aku mohon jangan bunuh dia, aku mohon " . Ucapnya menangis kemudian berlutut di depan wanita itu memohon. Sementara wanita itu hanya diam dalam kebisuan melihat Nara menangis jujur hatinya juga sakit tapi hati nuraninya seperti tertutup hingga ia tetap pada saat penolakan terhadap bayi yang hidup di dalam rahimnya.
" Oke! kalau itu yang kamu mau. Tapi aku minta sama kamu untuk menjauh dari aku sampai bayi ini lahir " . Katanya kemudian berdiri, perjanjian macam apa itu.
" Lantas bagaimana aku bisa bantu kamu selama masa kehamilan? Kamu juga butuh aku Mel! " . Jawab Nara emosi ,ia benar-benar tidak habis pikir dengan pola pikir wanita ini.
" Aku gabutuh kamu. Semua bisa aku lakukan sendiri, tapi satu yang jelas kamu turuti itu atau anak ini gugur " . Entah apa yang ada di pikirannya, wanita itu benar-benar kehilangan hati nuraninya hingga ia mengancam Nara dengan perjanjian konyol seperti itu. Hingga akhirnya mau tidak mau dirinya menurutinya juga agar bayinya tetap bertahan hidup, ini semua demi bayinya.
" O-oke..tapi aku minta tepati janji kamu untuk melahirkannya " . Ia merasa egois sekarang tapi ia juga tidak ingin kehilangan bayinya, tidak ingin wanita itu melenyapkan nyawa anak mereka.
" Deal! " . Ucapnya tanpa beban kemudian pergi dari sana meninggalkannya . Nara terus memandang sendu punggung yang semakin menjauh itu, sebenarnya jauh di dalam lubuk hatinya Nara masih sangat mencintai wanita itu tapi apa yang di lakukan nya sangat menyakiti hati Nara .
" Aku kehilangan semestaku, namun Tuhan menggantikannya dengan semesta yang baru "
~ Narandra Praditya
KAMU SEDANG MEMBACA
NAVARA
FanfictionMana yang lebih menyakitkan? kehilangan orang yang kau cintai atau pekerjaanmu? . Percayalah itu semua tidak jauh lebih sakit saat anakmu sendiri berteriak di hadapanmu " AKU BENCI AYAH!" . Ya,anakmu sendiri anak yang kau besarkan dengan penuh cinta...