Suasana di tempat ini begitu ramai, orang-orang sibuk dengan aktivitasnya masing-masing . Selepas acara tadi, murid-murid diberikan waktu untuk istirahat selama beberapa menit untuk makan ataupun sekedar berkeliling melihat lokasi sekitar sekolah, jadi disinilah Nava sekarang . Duduk diam di bawah sebuah pohon mengamati kumpulan anak laki-laki seusianya yang kini tengah sibuk bermain sepak bola, ia tidak ada niatan untuk bergabung bersama dengan mereka karena pada dasarnya Nava memang tidak menyukai olahraga itu . Dibandingkan sepak bola, dirinya lebih menyukai renang sebagai olahraga favoritnya . Maka dari itu saat ini Nava hanya melihat saja mereka bermain dari kejauhan .
" Gak ikutan? "
Sebuah suara mengalihkan perhatiannya, ia tolehkan kepalanya ke samping disana berdiri seorang remaja laki-laki seusianya . Nava mengernyitkan satu alisnya bingung kemudian mengalihkan pandangannya tanpa menghiraukan pertanyaan orang tadi . Dengan tidak memberinya respon apapun Nava pikir orang itu akan segera pergi, namun justru perkiraannya salah . Remaja itu kini malah duduk di sampingnya ikut menyaksikan anak-anak lainnya yang tengah bermain bola .
" Ni orang siapa sih!" . Ucap batin Nava kesal begitu melirik kesamping dimana orang itu kini duduk di sampingnya .
" Sagara Gamaliel, dipanggil gama . Lo siapa? " . Dirinya cukup terkejut awalnya ia pikir orang ini bisa membaca pikirannya, namun Nava secepat mungkin segera mengontrol ekspresinya kemudian mengabaikannya tanpa melihat kearah remaja itu padahal saat ini tangan itu terulur kearah Nava mengajaknya berkenalan, ia abaikan karena menurutnya orang ini aneh . Diabaikan seperti itu gama menghembuskan nafasnya kemudian menurunkan tangannya kembali . Ia menatap kearah depan dimana pandang mata pemuda di sampingnya ini tertuju . Nava melirik kesamping, dimana remaja itu kini diam menyaksikan permainan . Sedikitnya Nava bisa menghembuskan nafasnya lega karena ia pikir tidak akan ada lagi gangguan apapun, namun ternyata lagi dan lagi ekspetasi nya terlalu tinggi sebab tidak lama punggungnya di tepuk beberapa kali . Nava cukup kesal karena ia merasa orang ini benar-benar mengganggunya, jadi dengan terpaksa ia menolehkan kepalanya ke samping menatapnya dengan tatapan datar . Remaja itu kemudian melakukan gerakan tangan yang Nava sama sekali tidak mengerti apa maksudnya .
" Hah? Apaan? " . Ucap Nava bingung, sementara remaja tersebut tersenyum kemudian mengangguk .
" Bisa bicara ternyata " . Ucap orang itu kemudian, sedangkan Nava menaikkan satu alisnya kemudian mendengus kesal .
" Lo pikir gw bisu! " . Jawabnya kesal, sedangkan anak tadi terkekeh singkat .
" Kirain kan, soalnya gw ajakin ngomong Lo diem mulu " . Jawab orang itu enteng, Nava benar-benar kesal dengan orang ini . Tidak tau asalnya dari mana tiba-tiba datang mengacau ketenangannya, dan sekarang menyangka dirinya bisu . Benar-benar manusia freak! .
" Lo siapa dah! Dateng gatau darimana, tiba-tiba muncul ganggu ketenangan gw . Mending pergi gih sono! " . Jawab Nava kesal, ia benar-benar ingin menonjok wajah orang disampingnya ini .
" Sagara Gamaliel, masa lupa . Tadi kan gw udah ngajak kenalan tapi lu cuekin . Kenapa gw harus pergi? Memangnya yang boleh duduk di sini cuma lu doang? " . Jawabnya kemudian menatap kearah Nava yang kini memandangnya dengan pandangan sinis .
Nava mendengus mendengar jawaban remaja itu, lalu membuang pandangannya kearah lain . Ia tidak mengatakan apapun namun tatapannya penuh kekesalan akibat orang disampingnya ini .
" Ayo temenan, Lo gapunya temen kan? Gw juga gapunya " . Kata-kata itu mampu membuat Nava kembali menolehkan kepalanya, menatap wajah orang itu dia kemudian terkekeh sinis .
" Ogah! " . Jawabnya singkat kemudian bangkit dari duduknya dan berjalan pergi dari sana meninggalkan remaja itu .
" Oke kita temenan, sampe ketemu di kelas my friend " . Suara itu mampu menghentikan langkah kaki Nava, ia balikan tubuhnya kemudian mengangkat jari tengahnya untuk diarahkan pada orang itu .
KAMU SEDANG MEMBACA
NAVARA
FanfictionMana yang lebih menyakitkan? kehilangan orang yang kau cintai atau pekerjaanmu? . Percayalah itu semua tidak jauh lebih sakit saat anakmu sendiri berteriak di hadapanmu " AKU BENCI AYAH!" . Ya,anakmu sendiri anak yang kau besarkan dengan penuh cinta...