11

255 11 3
                                    

Duduk dalam diam di pojok ruangan, namun kedua matanya selalu memperhatikan orang-orang yang berada di tempat yang sama dengannya . Disinilah Nava sekarang, sebuah coffeeshop milik seseorang yang ia kenal, setelah tadi pergi meninggalkan rumah dirinya hanya berjalan lurus menyusuri jalan hingga akhirnya sampai di tempat ini . Nava menolehkan kepalanya ke arah salah satu pelanggan yang ada disana, sebuah keluarga terlihat tengah sibuk bercanda dengan putri mereka . Nava terus memandanginya, ada sedikit perasaan iri di hatinya saat melihat mereka .

" Boy! " . Sebuah suara dan tepukan tangan yang cukup keras mengagetkannya, melirik kesamping kemudian Nava mendengus kesal setelah mengetahui siapa orang yang mengagetkannya itu .

" Om Haris ngagetin aja! " . Ucap kesal Nava sementara orang tersebut hanya terkekeh .

" Ya lagian kamu masih kecil sok-sokan ngelamun kaya punya masalah aja " . Jawab Haris meledek

" Apaan sih om! Aku udah gede ya, udah masuk SMA . Ya pasti punya lah, emang masalah cuma orang tua aja bisa punya " . Jawab Nava cemberut, sementara Haris yang mendengarnya makin terkekeh, lucu sekali anak ini .

" Ya! Jadi maksud kamu om udah tua huh?, dasar ya kamu ini " . Haris mendengus kemudian menepuk pelan kepala anak itu, enak saja dirinya dikatai tua oleh bocah ingusan seperti Nava .

" Hehe...becanda om, tapi kalo om merasa ya syukur.." . Jawab anak itu kemudian tertawa setelah berhasil membuat kesal Haris .

" Dasar anak Nara mulutnya minta di kuncir emang " . Ucap Haris mendengus, " kamu ngapain masih pagi udah disini, ayah tau gak? " . Tanyanya lagi, kemudian di jawab gelengan kepala oleh anak itu .

" Ya biarin aja kenapa sih om aku disini, kan gak ngabisin makanan om juga . Aku bosen di rumah terus " . Jawab Nava kesal, om nya ini bawel .

" Yee bocah! gak gitu cil, om cuma gamau nanti ayah khawatir nyariin kamu lagi kaya waktu itu " . Jawab Haris kemudian .

" Alah itu emang ayahnya aja yang lebay, aku tu bosen dirumah om . Ayah juga ngomel mulu, pusing dengernya " . Jawab Nava berbohong, mana mungkin Nara mengomel yang ada justru Nava lah yang sering bersikap tidak baik kepada ayahnya sendiri . Mendengar itu membuat Haris menggelengkan kepalanya, ia tau anak ini pasti bohong .

" Ayah ngomel? masa sih..?, bukannya kamu yang sering marah-marah sama ayah? . Yang om tau ayah itu sayang banget sama kamu, bahkan waktu itu kamu pukuli ayah pun dia diem aja kan gak ngelawan apalagi nyuruh kamu berhenti " . Jawab Haris, sedangkan Nava yang mendengarnya mendengus kesal .

" Ah om mah belain ayah mulu! " . Rajuk anak itu kesal kemudian membuang pandangannya ke arah lain .

" Bukan om bela ayah, tapi apa yang om bilang itu fakta . Kamu selalu kurang ajar sama ayah " . Jawab Haris, sedangkan Nava masih diam membisu dan enggan menatap kearahnya, namun ekspresi wajah anak itu mulai memerah seperti menahan tangis . Haris menghela nafasnya pelan kemudian berpindah duduk ke sisi anak itu lalu merangkulnya, Nava itu anak yang keras di luar tapi sebenarnya cengeng . Haris tau anak ini sebenarnya menyayangi Nara, hanya saja besarnya ego menghilangkan itu semua .

" Nava..ayah kamu itu sayang banget sama kamu, jadi kamu juga harus sayang sama dia . Cuma Nava yang ayah punya, begitupun kamu . Kalian saling bergantung satu sama lain, jadi jangan musuhin ayah kamu seperti ini " . Nasihat Haris lagi masih merangkul pundak Nava .

" Om gak tau dan gak ngerasain jadi aku gimana, aku malu om! . Setiap hari aku harus di ejek sama orang-orang, bahkan gak ada satupun yang mau jadi temanku karena ayah! . Dipandang remeh, dianggap sial, dan masih banyak lagi cuma karena aku miskin dan ayah yang cacat . Sakit om! " . Setelah sekian lama diam akhirnya anak itu mengeluarkan semua keluh kesahnya sambil menangis, Haris yang mendengarnya kemudian memeluk Nava lebih erat . Ia mengelus punggung yang bergetar tersebut supaya bisa sedikit tenang, ia tau sekeras apa hidup anak ini . Jejak hidupnya hampir tidak jauh berbeda dengan ayahnya dulu, dibenci, diasingkan, dihina dan banyak hal sakit lainnya kini ia rasakan . Haris juga tidak tega melihat anak ini harus mengalami hal tersebut namun apa yang bisa ia lakukan selain menjadi tempat sandaran untuk bocah tersebut, Nava hanya terbuka dengan dirinya . Semua masalah akan selalu diceritakan anak itu padanya, ia sama sekali tidak pernah mau berbagi dengan Nara selaku ayah kandungnya sendiri . Terkadang itu juga yang membuat Haris merasa kasihan terhadap Nara, sejauh itu jarak diantara ayah dan anak ini .

NAVARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang