7

173 9 4
                                    

Nara duduk di salah satu kursi sebuah taman dengan seseorang yang juga duduk di dekatnya, menatap lurus ke depan tanpa mengucapkan sepatah katapun, air mata yang jatuh menggambarkan dengan jelas sehancur apa dirinya sekarang . Kata demi kata yang diucapkan oleh wanita itu masih teringat jelas di kepalanya sampai saat ini, luka yang diciptakan orang itu kini semakin besar terukir di dalam hati Nara. Tadi, saat dirinya mencari seseorang yang ingin bertemu dengannya Nara dikejutkan dengan kehadiran Melina secara tiba-tiba di hadapannya.

Flashback .

" Nara..."

Nara terkejut dan tidak percaya dengan apa yang dilihatnya sekarang, Melina, orang yang ia cintai saat ini ada di hadapannya. Apakah dirinya tengah bermimpi, karena Nara pikir wanita itu tidak ingin bertemu dengannya lagi setelah bayi mereka lahir. Tapi sekarang, wanita itu ada disini. Bolehkah ia berharap sedikit saat ini ? .

" Me-mel,Melina..." . Ucap Nara lirih dan terbata. " Kamu disini ? " . Melangkahkan kakinya mendekat masih dengan tatapan tidak percaya jika wanita itu kini berada di hadapannya . Ada perasaan bahagia yang kembali muncul di dalam hatinya, perasaan yang sama seperti dulu .

" Apa kabar ? Narandra.." . Wanita itu balas menatapnya, pandangan mata itu masih sama seperti dulu . Tidak ada yang berubah dari Melina, kecantikannya, suaranya, senyumannya, semuanya masih sama hanya saja kini sulit bagi Nara untuk meraihnya. Melina yang sekarang seperti sudah semakin jauh darinya .

" A-aku..? B-baik. Kamu sendiri ? " . Jawab Nara pelan .

" Syukurlah, aku juga baik " . Balas wanita itu tersenyum .

Hening beberapa saat, masing-masing dari mereka sepertinya tidak ada yang mau melanjutkan pembicaraan ini lagi . Nara ingin memulai obrolan kembali namun entah kenapa mulutnya sulit sekali untuk terbuka, isi kepalanya berisik tapi mulutnya bisu .

" Boleh duduk disitu ? " . Wanita itu tiba-tiba berbicara dengan menunjuk sebuah kursi yang terletak di pojok kanan kafe tersebut, Nara yang baru menyadari jika sampai saat ini mereka masih berdiri pun akhirnya mengangguk dan mengajak wanita itu untuk duduk disana .

" K-kamu mau pesan sesuatu ? " . Setelah mereka duduk, Nara menawarkan sesuatu kepada Melina namun hanya dibalas gelengan kepala oleh wanita itu .

" Aku cuma sebentar, apa wajib order ? " . Nara yang mendengarnya sontak menggeleng .

" E-enggak gitu, barangkali kamu mau makan atau minum " . Jawab Nara akhirnya .

" Ouh..kirain, makasih. Tapi aku
gak laper ataupun haus . Lagipula aku kesini cuma mau ngasih tahu kamu sesuatu " . Wanita itu tersenyum sesaat tapi setelahnya ekspresinya berubah, Nara bahkan tidak bisa menebak secepat itu mood Melina berubah . Dari sudut yang Nara lihat, pandangan mata itu berubah sendu seakan ada sesuatu hal yang Nara harus tahu tapi sulit untuk dirinya tebak .

" Mel..k-kamu baik-baik saja ? Apa ada masalah ? " . Nara memberanikan diri untuk bertanya pasalnya ia khawatir dengan wanita ini .

Wanita itu menatap kearahnya, menatap mata Nara lama . Tidak ada kata apapun yang keluar dari bibir itu, hingga membuat Nara sedikit bingung dibuatnya . Tapi secara tiba-tiba sebuah senyuman terbit di bibir Melina yang mana itu membuat Nara mau tidak mau ikut tersenyum meskipun sedikit canggung . Pasalnya sekarang wanita itu tersenyum tapi tidak dengan matanya, mata itu sayu seperti memendam sebuah kesedihan .

" Kamu membenciku Nara..? " . Bukannya menjawab pertanyaan Nara, Melina justru menanyakan hal lain yang membuat laki-laki itu kebingungan . Nara menggeleng, tidak! . Dirinya tidak membenci wanita ini, tidak akan pernah bisa .

" Kalau begitu..setelah ini kamu harus melakukannya . Benci aku seumur hidupmu, dan ajarkan padanya untuk membenciku juga . Anak itu harus tau bahwa ibunya adalah orang yang benar-benar brengsek . " . Ucap wanita itu lagi masih dengan tatapan yang sama dan senyum yang sama juga, Nara benar-benar dibuat bingung sekarang . Apa yang terjadi sebenarnya .

NAVARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang