" Sekarang coba jelasin ke om kemaren kamu pergi kemana? "
Di perjalanan itu Haris menuntut penjelasan dari anak nakal bernama Aditya Navara yang saat ini tengah duduk di kursi sampingnya, entah apa yang di lihat anak itu tapi sejak tadi sedikitpun perhatian Nava tidak pernah tertuju padanya . Bahkan Haris sedari tadi berbicara dengannya anak itu masih enggan untuk merespon .
" Nava, dengerin om gak sih! " . Merasa diabaikan Haris sedikit mengeraskan suaranya, jujur ia jengkel dengan tingkah anak ini namun sebisa mungkin ia tahan . Haris tidak ingin terlalu sering memarahinya, bukannya berubah anak itu justru akan semakin keras kepala nantinya .
" Denger, kan punya kuping om " . Menyebalkan!, Haris sampai mendengus kesal mendengar jawaban enteng putra Nara ini .
" Jadi kenapa daritadi om ngoceh panjang lebar kamu diem aja huh? " . Lagi Haris mencoba untuk bertanya dengan sabar meskipun kenyataannya ia tidak memiliki stok kesabaran yang besar seperti Nara, tapi akan ia coba untuk menghadapi Nava .
" Ya kan om sendiri yang pernah bilang kalo orang tua lagi ngomong itu jangan di potong, ya udah aku diem dengerin . Salah? " . Anak itu menjawab dengan wajah tanpa dosanya menatap kearah Haris, sementara tidak bisa berkata apapun lagi Haris mendengus kesal . Meskipun apa yang di katakan Nava adalah memang benar, Haris pernah menasehatinya tentang itu .
" Sabar ris, sabar . Inget ini anak orang bukan anak kambing, huftt..ya Allah gakuat pengen nampol " . Lirih batin Haris merana .
Menghembuskan nafasnya sejenak untuk mengontrol kekesalannya, setelahnya ia menepikan mobilnya ke pinggir jalan, Nava sedikit heran mengapa tiba-tiba berhenti .
" Kok berhenti om?, kan sekolahan masih jauh " . Tanya Nava kepada Haris .
" Jawab jujur sama om, Nava kemana semalem? " . Masih dengan nada lembut Haris mencoba untuk menanyainya .
" Kan udah aku jawab om, aku main ke tempat temen . Udah lima kali om nanya masa lupa " . Nava menjawab dengan santai, meskipun di dalam hatinya ia merasa jengkel dengan om nya ini yang terus menerus menanyainya dengan pertanyaan yang sama dari tadi .
" Jangan bohong Nava, om udah liat semuanya . Gamungkin temen kamu mau beliin semua itu apalagi harganya gak murah, lagipula temen kamu yang mana huh? . Satu-satunya temen kamu cuma Doni, itupun sekarang dia udah gak tinggal di sini . Jadi jawab om jujur, kamu pergi kemana semalem? " . Haris terus menuntut penjelasan, sebab ia masih belum bisa mempercayai ucapan anak itu setelah mengingat apa yang di katakan Nara jika saat kembali ke rumah Nava pulang dengan membawa banyak sekali barang belanjaan . Ia bahkan sempat melihat barang-barang tersebut, dan yakin jika semua itu bukanlah barang-barang dengan harga yang murah .
" Om masuk ke kamar aku?, pasti ayah kan yang ngadu! " . Tanyanya kesal, ia bahkan menatap Haris nyalang .
" Jangan asal nuduh Nava, ayah gak ada ngomong apa-apa ke om . Om yang liat sendiri waktu kamar kamu kebuka tadi pagi sama beberapa paper bag yang ada di atas meja, jangan selalu menyudutkan ayah kamu seperti ini " . Jawab Haris tenang, ia mencoba untuk tidak tersulut emosi .
" Halah! Om gak usah belain ayah deh, ayah tuh emang nyebelin selalu ikut campur sama apa yang aku lakuin " . Karena kesal anak itu mendengus keras ia bahkan sampai menghentakkan tubuhnya ke sandaran kursi sangking kesalnya .
" Om gak belain ayah, emang kenyataannya gitu kamu aja yang selalu sensian . Kenapa sih Nava, kenapa sebegitu bencinya kamu sama ayah . Memangnya kesalahan apa yang udah ayah lakuin ke kamu hah sampe sedikitpun gapernah ada rasa sayang kamu untuk dia, padahal selama ini ayah selalu sayang sama kamu . Coba kamu kasih tau om kesalahan apa yang udah ayah perbuat ke kamu? " . Haris bertanya pada anak itu yang masih diam memandang keluar, sedikit emosinya terpancing menghadapi Nava namun Haris masih mencoba untuk menekankan kesabarannya .
KAMU SEDANG MEMBACA
NAVARA
FanfictionMana yang lebih menyakitkan? kehilangan orang yang kau cintai atau pekerjaanmu? . Percayalah itu semua tidak jauh lebih sakit saat anakmu sendiri berteriak di hadapanmu " AKU BENCI AYAH!" . Ya,anakmu sendiri anak yang kau besarkan dengan penuh cinta...