Hamparan rumput hijau yang di tumbuhi bunga berwarna putih terbentang luas di depan matanya sekarang, disana dirinya berdiri tegak memandang asing tempat tersebut . Sama sekali tidak tahu dimana dirinya berada sekarang, tapi yang Nara lihat tempat ini indah, sepi dan begitu tenang . Berjalan perlahan mencoba untuk menyusuri tempat ini, dengan kedua kakinya yang berpijak diatas rerumputan hijau yang sedikit basah oleh embun tanpa alas kaki . Namun, baru beberapa langkah berjalan dirinya mendadak terhenti sejenak dan diam ditempatnya .
" Ayahh.."
Pasalnya suara anak kecil terdengar di pendengarannya, sontak saja hal tersebut membuatnya memalingkan tubuh ke arah suara tadi . Disana, tepat di belakang Nara seorang balita laki-laki dengan tubuh gemuk sedang berdiri memandangnya dengan tawa ceria . Nara terkejut mendapati sosok kecil tersebut yang kini berlari ke arahnya .
" Ayah..hehe..ayah.."Kini sosok kecil tersebut telah berada di hadapan Nara, sambil tertawa anak itu memeluk kedua kakinya lalu mengucapkan suatu kata yang membuat Nara bingung . "Ayah" , apa maksudnya? . Nara bertanya-tanya di dalam hatinya, namun meskipun bingung dirinya sama sekali tidak menolak saat balita ini memeluknya . Bahkan tangannya kini ikut mengusap sayang kepala anak tersebut .
" Adik kenapa bisa ada disini? Dimana orang tua kamu? " . Nara berjongkok di hadapan anak tersebut kemudian bertanya padanya, memandangi wajah anak ini Nara seperti merasa tidak asing .
" Kenapa wajahnya mirip sekali dengan Melina? " . Tanya batin Nara, apa ini Nava? Tapi bagaimana mungkin? Nava bahkan masih bayi . Belum bisa berbicara bahkan berjalan, namun wajah ini benar-benar mirip sekali dengan Melina .
" Ayah puyang, daboyeh cini "
Suara lucu tersebut terdengar cadel bahkan pelafalan hurufnya masih tidak jelas, kepala kecilnya menggeleng-geleng lucu dengan tangan kecil yang menarik-narik tangan besar Nara mencoba untuk menyuruhnya pergi dari tempat ini, sedangkan Nara yang di perlakukan seperti itu nampak kebingungan .
" Ada apa sayang? Kenapa tangan abang di tarik-tarik? Kamu mau bawa Abang kemana? " . Tanya Nara lembut
" Ayah!Puyang! "
Hanya kata itu yang diucapkan balita lucu itu, sementara tangannya masih mencoba menarik paksa tangan Nara bahkan kedua alisnya ikut menukik kesal .
" Kamu siapa sebenarnya nak? Kenapa tiba-tiba bisa ada disini, dan tadi..kamu panggil Abang apa? Ayah? " . Berjongkok di hadapan si kecil, Nara kembali bertanya yang mana hal tersebut membuat balita itu yang tadinya kesal kini justru terkikik lucu sambil menepuk-nepuk pelan pipi Nara, kedua mata bulat kecil itu bahkan sampai menyipit . Entah apa yang ia tertawakan, namun yang jelas tidak ada lagi ekspresi kesal seperti sebelumnya di wajah kecilnya, justru kini beralih menjadi wajah lucu yang membuat Nara merasa gemas sekali melihatnya .
KAMU SEDANG MEMBACA
NAVARA
FanfictionMana yang lebih menyakitkan? kehilangan orang yang kau cintai atau pekerjaanmu? . Percayalah itu semua tidak jauh lebih sakit saat anakmu sendiri berteriak di hadapanmu " AKU BENCI AYAH!" . Ya,anakmu sendiri anak yang kau besarkan dengan penuh cinta...