" Selamat pagi..."
Deg...
Setelah pintu tersebut terbuka, Bu Ningsih di buat heran oleh seorang gadis cantik yang berdiri di hadapannya. Gadis tersebut tersenyum manis dan menyapanya .
" Kamu...kamu Melina kan? ". Tanyanya kemudian dibalas anggukan kepala oleh gadis tersebut, Bu Ningsih tau siapa wanita ini. Dia Melina, ya benar Melina . Orang yang dicintai oleh putra angkatnya sekaligus ibu kandung dari Navara, bayi kecil yang dulu sempat akan di gugurkan oleh perempuan ini . Nara sudah menceritakan semuanya kepada Bu Ningsih, lantas untuk apa wanita ini datang kemari sekarang, apa yang ingin di lakukannya? Semua itu tertera dalam benak Bu Ningsih hingga membuatnya menatap curiga pada perempuan itu yang masih berdiri di hadapannya . Ditatap seperti itu, membuat Melina gugup dan juga takut .
" Kamu mau apa? Bukannya kamu sendiri yang tidak menginginkan Nara dan juga bayi kalian di hidupmu? Lantas untuk apa lagi kemari? " . Tanya Bu Ningsih dengan tatapan tidak suka, mendengar suara ketus dari wanita setengah baya di hadapannya ini mampu membuat senyum yang tadinya manis berubah menjadi sendu dan ada sedikit rasa sakit di dalam hatinya. Terlebih saat wanita itu mengatakan dia menolak Nara dan juga bayinya, ia akui kesalahannya untuk itu . Tapi tidak tahukah mereka jika jauh di dalam lubuk hatinya ia berkali-kali lipat jauh lebih sakit saat harus melepaskan Nara dan juga bayi mereka, ada harapan besar sebenarnya di dalam hati untuk ingin hidup bersama namun kondisi saat ini sangat tidak memungkinkan mereka bisa bersama.
" Maafkan saya Bu, saya tahu saya salah . Tapi saya terpaksa melakukannya, ini semua demi kebaikan Nara juga " . Jawab gadis itu menunduk.
" Kebaikan seperti apa yang kamu maksud?, Saya rasa kebaikan itu bukan untuk Nara melainkan untuk dirimu sendiri! . Apa kamu tau akibat dari keegoisan kamu ini Nara harus menjalani hidup yang jauh lebih menderita lagi, bahkan masa depannya harus hancur. APA KAMU TAU ITU ?! " . Bentak Bu Ningsih yang di balas gelengan lemah gadis itu.
" Kamu bahkan tidak tau kan, yang kamu tau adalah bagaimana menyelamatkan masa depanmu sendiri sedangkan Nara harus hancur sendirian. Kamu benar-benar egois Melina, bahkan bukan hanya Nara yang kamu sakiti tapi bayi kalian juga harus menanggung rasa sakit akibat keegoisan ibunya sendiri! " . Bu Ningsih meluapkan emosinya kepada gadis itu yang sedari tadi hanya diam menunduk, nampaknya ia tengah menangis sekarang setelah mendengar berbagai rentetan kalimat emosi yang di ucapkan oleh wanita setengah baya itu.
" Sebaiknya kamu pergi dari sini sekarang, karena Nara dan juga Nava tidak membutuhkanmu" . Ucap Bu Ningsih lagi mengusir Melina dari sana.
" N-nava..." . Ucap gadis itu terbata dengan perlahan mengangkat kepalanya.
" Ya Nava, bayi malang yang harus menanggung beban bahkan sejak awal hidupnya dimulai karena keegoisan ibunya sendiri, bahkan namanya saja kamu tidak tahu, benar-benar tidak pantas untuk menjadi seorang ibu " . Ucap Bu Ningsih pedas dan juga sarkas memandang remeh kearah Melina.
" Saya ingin bertemu dengannya Bu, saya mohon. Izinkan saya menemui bayi kami " . Mohon Melina akhirnya setelah sekian lama diam.
" Saya tidak mengizinkan, bukankah kamu sendiri yang menolaknya jadi untuk apa lagi datang menemuinya? Saya rasa Nava tidak membutuhkanmu " . Jawab Bu Ningsih dingin, ia benar-benar tidak akan mengizinkan Nava bertemu dengan wanita ini . Tidak perduli meskipun beribu kata mohon diucapkannya, tidak akan pernah ia biarkan rasa sakit menghampiri Nara dan juga cucunya untuk kesekian kalinya lagi .
" Bu..saya mohon, hanya sebentar saja . Ijinkan saya untuk menggendong dan memeluknya, setelah itu saya janji tidak akan pernah datang lagi kesini. Saya mohon Bu..." . Melina terus memohon bahkan dirinya sampai berlutut di hadapan wanita setengah baya itu agar diizinkan untuk menemui Aditya, bayinya dengan Nara . Namun, alih-alih mengizinkan wanita itu justru terus mengusirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
NAVARA
FanfictionMana yang lebih menyakitkan? kehilangan orang yang kau cintai atau pekerjaanmu? . Percayalah itu semua tidak jauh lebih sakit saat anakmu sendiri berteriak di hadapanmu " AKU BENCI AYAH!" . Ya,anakmu sendiri anak yang kau besarkan dengan penuh cinta...