15

223 12 6
                                    

" Namanya Aditya Navara Pratit tuan, usianya baru 16 tahun . Salah satu murid dari sekolah SMAN GRIYA BAKTI " . Ucap orang tersebut seraya menyerahkan 3 lembar foto kepada seorang pria yang saat ini tengah duduk di kursi besar tersebut dengan diam, matanya terus memerhatikan foto tersebut satu persatu . Sudut bibirnya tertarik sedikit membentuk sebuah senyum miring saat memandang foto tersebut .

" Ow.. tidak disangka ternyata kamu bisa membesarkannya dengan kondisimu yang seperti itu Narandra " . Ucapnya tersenyum remeh, diangkatnya salah satu foto di atas meja tersebut yang mana itu adalah foto Nava yang tengah duduk di depan sebuah halte bus .

" Tuan, sepertinya orang ini juga ikut andil dalam membantunya . Saya selalu melihatnya datang kerumah Narandra untuk mengantar serta menjemput cucu anda ".  Selembar foto di serahkan kepada pria tersebut, yang mana dalam foto tersebut terpampang wajah Haris Danuarta . Tampaknya orang ini adalah seseorang yang ditugaskan untuk memata-matai kehidupan Nara .

" Bagus sekali, memanfaatkan orang lain untuk kepentingan pribadinya " . Ucap orang tersebut remeh, foto Nara masih ia pegang dengan erat . Sorot matanya bahkan tajam menusuk .

" Selalu awasi setiap pergerakan mereka berdua, tapi untuk yang satu ini..." . Di genggamnya foto milik Nava kemudian tersenyum miring, "Biarkan anak ini menjadi urusanku " . Ucapnya lagi setelahnya, sementara orang yang menjadi lawan bicaranya tadi hanya mengangguk paham kemudian membungkukkan tubuhnya sebelum pergi meninggalkan ruangan tersebut .

" Permainan akan segera dimulai Narandra! " . Ucapnya memandang sengit foto yang berisi wajah Nara .





" Gak habis pikir gw, kenapa bisa satu kelompok sama Lo coba " . Nava mengomel seraya memangkas pagar tanaman yang sudah terlihat tinggi tersebut, sementara orang yang berada di belakangnya terlihat acuh dan tidak memperdulikan omelannya .

Hari ini seluruh siswa baru kelas X di perintahkan untuk melakukan gladi resik terlebih dahulu sebelum memulai kegiatan belajar mengajar nantinya, kegiatan ini dilakukan secara berkelompok dan sialnya Nava harus satu kelompok dengan Gamaliel, anak yang berhasil membuatnya kesal waktu itu .

" Ngomel mulu Lo, PMS? " . Ucap Gama santai seraya memunguti daun-daun yang berserakan di bawah kaki Nava .

" Mata Lo PMS, gw congkel tu biji mata tau rasa . Gw cowok anj! " . Jawab Nava emosi, sementara sang oknum hanya terkekeh seraya melanjutkan pekerjaannya .

" Lagian Lo kenapa sih sensi bener ma gw, perasaan gw gak ada ngapa-ngapain Lo " . Tanya Gama, kini ia berdiri berhadapan dengan Nava .

" Muka ngeselin Lo tu minta banget gw tonjok! " . Jawab Nava, ia bahkan mengangkat sebelah tangannya menunjuk wajah Gama dengan tatapan mata memicing . Gama hanya menaikkan sebelah alisnya bingung, temannya ini benar-benar aneh batinnya . Opsionaly disini yang menganggap mereka berteman hanya Gama saja, sementara Nava mana mau dia menganggap Gama sebagai temannya, poor Gamaliel :) .

" Perasaan muka gw emang begini bentukannya, lagian gw cuma mau jadi temen Lo . Masa gaboleh? " . Ucapnya, ia benar-benar heran dengan anak ini . Sesulit itukah untuk berteman dengannya kenapa seolah-olah Gama adalah virus yang harus ia jauhi .

" Bodo, ngomong noh ama rumput! " . Jawab Nava ketus lalu berlalu dari sana begitu saja meninggalkan Gama .

" Pendek-pendek emosian " . Ucap Gama tanpa menyadari jika jaraknya dengan Nava belum terlalu jauh, tentu saja ucapannya masih bisa di dengar oleh anak itu .

" Gw denger ya anjing! " . Teriak Nava marah, sementara Gama tampak kelabakan lalu berpura-pura melanjutkan pekerjaannya . Ia pikir Nava akan menghampirinya kemudian memukulnya, tapi ternyata tidak . Anak itu tetap terus melangkah meskipun tadi sempat berteriak memakinya . Huftt..setidaknya ia bisa menghembuskan nafas lega .

NAVARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang