3

251 10 0
                                    

Nara memandang sendu bayi merah yang kini berada dalam dekapannya, seorang pria paruh baya baru saja mendatangi rumahnya dengan membawa seorang bayi di dalam gendongannya. Nara mengenali siapa pria itu, dirinya adalah supir pribadi dari wanita yang bertemu dengannya terakhir kali di tepi danau saat ia pertama kali memberitahu Nara tengah mengandung buah hatinya.

" Nona melina meminta saya untuk mengantarnya kesini, disini ada perlengkapannya seperti susu, popok, baju ganti, dan juga ini..nona Melina menitipkan surat ini untuk anda . Hanya itu yang dapat saya sampaikan tuan, kalau begitu saya permisi "

Hanya itu yang diucapkan pria itu sebelum menyerahkan bayi itu ke dalam pelukan Nara kemudian pergi dari sana. Nara mendekapnya erat, air matanya mengalir memandang sendu wajah kecil itu . Di tangannya masih menggenggam sebuah amplop coklat yang di dalamnya berisi surat dari wanita itu, mengingat wanita itu Nara merasakan sakit pada hatinya. Wanita itu benar-benar menepati janjinya, menyerahkan bayi mereka sepenuhnya setelah lahir kepada Nara .

" Kamu benar-benar menolaknya Melina.." . Ucapnya sedih dalam hati, memandangi wajah putranya yang sangat mirip dengan wanita itu Nara tersenyum. Setidaknya meskipun wanita itu pergi meninggalkannya Nara tidak sepenuhnya kehilangan karena sekarang ia memiliki putranya yang mirip sekali dengan ibunya, mulai sekarang dan seterusnya ia bersumpah akan selalu ada dan melindungi putranya meskipun harus mengorbankan nyawanya sendiri.

Berjalan masuk kedalam dengan masih mendekap erat bayinya, Nara mendudukkan tubuhnya ke kursi kayu sederhana yang berada di ruang tamu tersebut. Memeluk putranya kemudian membuka isi amplop tersebut, dirinya membaca setiap kata yang tertulis di sana dengan airmata yang ikut mengalir jatuh.

Teruntuk: Narandra Praditya.

Nara..,apa dia sudah bersama denganmu sekarang? Aku harap dia baik-baik saja. Aku minta maaf jika apa yang aku lakukan menyakitimu, aku menyayanginya tapi kehadirannya di waktu yang tidak tepat membuatku bingung dan juga takut . Maaf jika menurutmu aku egois karena memikirkan diri sendiri, kamu boleh membenciku Nara . Tapi percayalah aku mencintai kalian berdua sangat mencintai. Tolong jaga dia dengan baik, suatu saat jika takdir masih mengizinkan kami untuk bertemu aku akan menemuinya. Aku sudah memberinya nama tapi jika kamu tidak menyukainya kamu bisa mengganti nama itu, ADITYA namanya Aditya. Dia lahir di tanggal 12 Februari, dengan berat 2,8 . Maaf jika dia mirip denganku, aku harap kamu tidak membencinya. Terakhir, aku minta kepadamu jika dia bertanya tentang ibunya tolong jangan pernah ceritakan tentangku kepadanya, aku tidak ingin dia mengetahui ibunya sendiri menolaknya dan merasa terbuang. Kamu bisa kan menepati janji itu?, Kamu laki-laki baik Nara, maaf kamu harus bertemu dengan orang sepertiku. Sampaikan permintaan maafku untuknya, maafkan ibunya ini tidak bisa menemani pertumbuhannya. Aku gagal menjadi seorang ibu untuknya tapi aku harap kamu tidak akan gagal menjadi ayahnya . Baiklah, terimakasih untuk semua yang pernah kita lalui bersama meskipun singkat aku tidak akan pernah melupakanmu dan sekali lagi maaf jika aku menjadi luka untukmu, Selamat tinggal .


Melina.

Nara menangis, bayi di dalam dekapannya menggeliat tidak nyaman kemudian menangis keras seakan tau bagaimana perasaan orang yang memeluknya saat ini .

" Ayah disini nak, jangan menangis sayang..ayah janji apapun yang terjadi ayah akan melindungi kamu ". Dunia begitu kejam untuknya, sekarang putranya juga harus merasakan hal yang sama.

Aditya, nama itu teringat di kepalanya setelah membaca isi surat tadi . Ia tersenyum kemudian mengecup kening bayinya kemudian dengan masih menimang bayinya yang masih menangis ia berbisik lirih.

NAVARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang