Haris mematung di tempatnya begitu mendengar suara dentuman yang cukup keras terdengar, setelahnya sebuah bola berwarna kuning menggelinding di samping kakinya berpijak, hal tersebut juga di sertai dengan teriakan orang-orang yang berlalu lalang saat itu . Haris menolehkan kepalanya ke arah belakang untuk melihat apa yang terjadi, di sana terlihat banyak orang-orang berkerumun mengerubungi sesuatu .
" Astaga tolong..panggil ambulans sekarang !"
" Ya ampun kondisinya parah banget"
" Astaga kasihan sekali, apa dia masih hidup ? " .
Kerumunan itu nampak ricuh, entah siapa yang tertabrak namun yang jelas Haris mendengar suara tangisan anak kecil . Berjalan tergesa menghampiri kerumunan itu, dirinya mematung melihat dengan jelas siapa sosok yang tergeletak itu .
" Nara..." . Ucapnya lirih tanpa suara .
Nara! Bagaimana mungkin! Bukankah tadi remaja tersebut masih berpamitan padanya untuk menunggu bus di halte yang terletak searah dengan langkah kaki remaja tersebut? Lantas mengapa kini bisa berada di tengah jalan dengan darah di sekujur tubuhnya sedang memeluk seorang anak kecil, bahkan anak tersebut menangis kencang . Haris benar-benar tidak bisa berpikir dengan jernih sekarang, ini semua terlalu mendadak untuknya.
" NARAA! Nara bangun! Lu denger gw kan, NARA! " . Haris bersimpuh di samping tubuh Nara yang tergeletak itu, menepuk pipi Nara dan memanggil namanya mencoba membuat remaja tersebut agar tetap sadar . Sementara sosok anak kecil yang di selamatkan Nara sudah tidak berada dalam pelukannya lagi melainkan kini beralih ke dalam gendongan seorang pria yang juga berada di tempat kejadian tersebut untuk ditenangkan karena sosok kecil tersebut masih menangis dengan keras, mungkin terkejut dan ketakutan . Syukurlah tidak ada luka yang serius pada diri anak tersebut, hanya saja bagian pelipisnya sedikit tergores, dilain sisi Nara masih bisa mendengar suara mereka semua namun terlalu sulit untuknya memberikan respon, matanya berkunang-kunang dengan rasa sakit di sekujur tubuhnya . Satu-satunya hal yang masih bisa Nara ingat dan lihat adalah putranya, Navara dan juga Haris yang terus berteriak memanggil namanya .
" N-na..va.." . Bibirnya bergerak tanpa suara memanggil Nava, setelahnya kedua mata tersebut tertutup . Hingga membuat semua orang-orang itu panik terlebih lagi Haris .
" Gak Nara gak! Lu gaboleh tidur Nara, bangun Nara bangun! Lu harus bangun! " . Haris berteriak menepuk pipi remaja tersebut namun nihil, kedua mata Nara tetap tertutup . Rasa takut dan cemas semakin menggerogoti diri Haris, dia harus membawa Nara secepatnya ke rumah sakit .
" JANGAN DIAM AJA BRENGSEK! PANGGILKAN AMBULANCE SEKARANG JUGA! " . Di tengah kepanikannya Haris berteriak kencang meminta orang-orang yang ada disana untuk membantunya menghubungi ambulance, Nara harus secepatnya mendapatkan pertolongan .
" Bawa ke mobil saya aja mas, saya bantu bawa ke rumah sakit " . Sebuah suara terdengar hingga membuat Haris mendongakkan kepalanya untuk melihat orang tersebut, ternyata orang itu adalah si pemilik mobil sendiri yang telah menabrak Nara . Jujur Haris ingin sekali memukuli pria ini namun pada kondisi saat ini tidak mungkin ia melakukannya, Nara harus segera mendapatkan pertolongan . Maka dari itu ia harus bisa menahan emosinya, jika nanti ada kesempatan ia pastikan pria ini akan mendapatkan bogeman mentah darinya .
Haris di bantu beberapa orang untuk mengangkat tubuh Nara yang lemah kedalam mobil tersebut, setelahnya dia menyusul masuk dan duduk di dekat Nara kemudian mengangkat kepalanya lalu meletakkannya diatas kedua pahanya . Melihat kondisi Nara yang seperti ini benar-benar membuat Haris cemas setengah mati, ia takut hal yang lebih buruk terjadi kepada remaja tersebut . Hingga sepanjang perjalanan Haris terus berdoa untuk keselamatan Nara .
" Gw mohon lu bertahan Nara, lu harus kuat demi anak lu " . Ucap Haris di dalam hatinya sambil terus memandangi Nara .
Suara dering ponsel tiba-tiba saja terdengar, dirinya mencari sumber suara tersebut dan akhirnya menemukannya . Itu ponsel Nara yang terletak di dalam saku celana remaja tersebut, Haris merogohnya kemudian melihat siapa yang menelfon, hingga tertera sebuah kontak dengan nama " Bu Ningsih " . Haris terdiam sejenak, merasa bingung apa yang harus ia lakukan sekarang . Terlebih ia tidak mengenal siapa orang yang menelfon tersebut, tapi ia yakin orang ini pasti salah satu keluarga Nara . Haris menjawab panggilan tersebut, terdengar suara wanita diseberang sana dengan di sertai rengekan bayi .
KAMU SEDANG MEMBACA
NAVARA
FanfictionMana yang lebih menyakitkan? kehilangan orang yang kau cintai atau pekerjaanmu? . Percayalah itu semua tidak jauh lebih sakit saat anakmu sendiri berteriak di hadapanmu " AKU BENCI AYAH!" . Ya,anakmu sendiri anak yang kau besarkan dengan penuh cinta...