Azan subuh berkumandang. Sena merasakan sesuatu yang berat menimpali pinggangnya. Tak hanya itu, ia merasakan udara hangat menyapu pipinya. Perlahan, gadis itu pun membuka mata. Hal pertama yang ia lihat adalah langit-langit kamar. Ia terbaring dalam posisi telentang.Menoleh ke samping, Sena terkejut. Keberadaan wajah Zaid begitu dekat dengannya. Pemuda yang tidur dengan posisi menyamping menghadapnya itu masih terlihat lelap. Lambat ia sadari, ternyata sesuatu yang menimpah perutnya adalah lengan Zaid.
Entah sengaja atau tidak, saat ini Zaid sedang dalam keadaan memeluk Sena.
"Astaghfirullah, Zaid!!"
Kaget, Sena lantas mendorong dada Zaid setelah itu menendang punggungnya.
"Aw! Sssh!" Zaid mendesis, merintih kesakitan di bawah kasur. Kuatnya tendangan Sena, membuat pemuda itu akhirnya terjerembab ke lantai.
"Dasar mesum! Lo pasti sengaja, kan?!" bentak Sena. Ia lekas bankit dari kasur lalu berdiri sambil memeriksa keadaan tubuhnya.
Dimulai dari bagian kepala, bahu, hingga kaki. Beruntung, tidak ada sehelai benang pun yang terlepas dari badannya.
"Lo apaan sih, Sen! Gue salah apa sampai lo tendang kayak tadi! Udah gila lo!" Zaid perlahan bangkit berdiri sambil memegangi pinggang dan bokongnya yang masih terasa berdenyut.
"Nggak usah pura-pura, deh! Lo sengaja kan ngambil kesempatan dalam kesempitan!"
"Lo ngomong apa sih? Ngigau lo ya!"
"Lo ngapain peluk-peluk gue, kampret!!" Kali ini Sena murka.
Sementara Zaid, pemuda yang terbangun paksa dari tidurnya itu tampaknya belum nyambung. Otaknya masih nge-lag. Ia memperhatikan gadis yang sedang marah-marah itu dengan kening berkerut sambil garuk-garuk kepala.
"Memangnya kapan gue meluk lo? Perasaan tadi gue meluk guling, deh." Zaid mengalihkan perhatiannya ke kasur. Melihat ke sana ia terkejut. Bantal guling yang ia maksud sudah tidak ada.
"Loh, gulingnya kok ngilang?"
"Alasan!"
Ternyata guling itu sudah tergeletak di lantai sejak tadi malam. Sena lalu mengambilnya dan membawanya untuk memukul Zaid.
"Eh, eh, lo mau ngapain?" Zaid lekas menghindar. Ia kembali naik ke kasur sambil menodongkan kedua telapak tangan, tanda waspada.
"Lo pasti sengaja, kan?! Jangan-jangan lo udah punya niat buruk buat megang-megang gue! Eugh, Zaid!" Satu pukulan melayang ke arah Zaid, namun tidak kena sebab pemuda itu berhasil menghindar.
"Sumpah gue nggak tau, bego! Lo salah paham, Sen!"
"Bohong!"
"Sumpah demi Tuhan!"
Zaid berbicara sambil terus menghindari amukan Sena yang mengancamnya menggunakan bantal guling.
"Bullshit!"
"Parah nih cewek! Udah, woi!"
"Lo harus gue kasih pelajaran supaya lo nggak ngulangin lagi kesalahan kayak tadi!"
Sena tak menyerah mengajar Zaid. Keduanya jadi berjalan mengitari ranjang. Naik turun.
"Orang gue nggak sengaja juga! Lagian siapa yang nafsu sama lo! Dada rata! Body kek papan!"
"ZAID!!"
Melihat Sena yang kian berang, pada akhirnya membuat Zaid berlari keluar dari kamar. Ia berlari menuju kamar mandi. Setibanya di sana, Zaid langsung mengunci diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, My Sunshine (END)
RomanceSenara Jihan, seorang gadis ceria yang memiliki banyak luka. Tak pernah menyangka akan menikah dengan sahabat sendiri lantaran dituduh telah berbuat zina di pos ronda. padahal saat itu, keduanya sedang terjebak hujan deras dan berteduh di sana. Pena...