Keputusan Telak

1.1K 79 9
                                    


Karena teriakan heboh salah satu warga, para warga-warga yang lain pun turut datang berbondong-bondong mengerumuni pos ronda.

Zaid lekas bangkit dari atas badan Sena dan segera kembali memakai bajunya.

"Tolong tenang, Bapak-bapak Ibu-ibu, kejadiannya nggak kayak yang kalian bayangkan. Saya nggak sengaja jatuh ke atas badan cewek ini, karena kita lagi menghindari kecoa! Sumpah demi Allah, kita nggak ngapa-ngapain!" Zaid buru-buru memberi klarifikasi.

"Mana ada nggak sengaja posisinya bisa pas begitu, Mas. Sudahlah jangan banyak alasan!"

"Iya, benar. Mana masnya juga nggak pakai baju!"

"Konyol sekali alasannya kalau hanya gara-gara menghindari kecoa!"

"Betul itu! Betul!"

"Kalau mau enak-enak harusnya ke hotel, Mas. Jangan di kampung orang! Mana pas langit masih terang!"

"Kita arak saja mereka biar jerah!"

Sena di tempatnya terlihat shock. Bagaimana mungkin mereka akan dihukum atas kesalahan yang sama sekali tidak mereka perbuat? Oh, ayolah. Memang terdengar konyol, tapi begitulah yang terjadi.

"Demi Allah, Pak, Bu! Kita berdua nggak ngapa-ngapain! Kita beneran lagi ngehindarin kecoa!" jelas Sena dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Banyak ketakutan yang perlahan timbul di benak gadis berusia 20 tahun tersebut.

"Jangan bawa-bawa nama Allah, Dek! Sudah jelas kalau kalian hampir berzina! Percuma kamu pakai kerudung kalau tidak bisa menjaga marwahmu sebagai muslimah!"

"Astaghfirullah, Bu! Saya harus bilang apa lagi supaya kalian percaya! Kita beneran nggak ngapa-ngapain!" Air mata Sena akhirnya luruh. Sakit hatinya mendengar penuturan wanita yang tadi menghujatnya.

"Jangan bawa-bawa kerudungnya, Bu! Kami berdua berani bersumpah kalau kami nggak melakukan zina!" Zaid menimpali.

"Bohong itu bohong! Wong buktinya jelas! Arak saja arak!"

"Za ... gimana?" tanya Sena nanar pada Zaid yang sedang berusaha mencari cara.

"Lo tenang, ya."

Tangis Sena kian berat. Beberapa kali ia mengusap matanya. Sungguh sial nasibnya hari ini.

"Sudah, sudah! Jangan diarak! Kita selesaikan secara kekeluargaan saja," ucap salah seorang yang sedikit bijaksana.

Pria itu lalu mendekati Sena dan Zaid.

"Adik, adik ini dari mana?"

"Kita habis pergi undangan, Pak. Terus kejebak hujan. Karena nggak bawa mantel, kita berteduh di sini," Zaid mulai menceritakan kronologi awal hingga akhir.

Namun sayangnya, para warga masih meragukan bahkan tidak percaya sama sekali. Mereka menganggap, apa yang dikatakan Zaid hanya karangan semata sebab menurut mereka itu konyol.

"Masa cuma gara-gara kecoa bisa sampai seperti itu posisinya? Aneh sekali!"

"Iya, betul! Jangan membodohi kami, Dek!"

Sena dan Zaid benar-benar dibuat frustrasi akan keputusan para warga yang tetap menganggap mereka telah berbuat zina.

Pria yang tadi bertanya baik-baik pada mereka pun menghela napas. Ia pun turut merasa bahwa yang dikatakan Zaid sedikit tidak masuk akal. Mengingat posisi mereka yang tadi memperlihatkan jelas seperti dua sejoli yang ingin melakukan senggama. Mustahil sekali jika yang membuat mereka berada pada posisi demikian adalah kecoa.

"Begini saja, Dek. Daripada nanti kalian diarak warga, coba sekarang telepon orang tua kalian dan suruh mereka ke balai desa kampung ini,"

Sena dan Zaid terbelalak kaget. Untuk apa memanggil orang tua?

Hello, My Sunshine (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang