"Bapak mau apa?! Pergi!" Sena mendorong pria yang terus memaksa untuk masuk itu.
"Tenanglah. Niat saya baik. Saya hanya ingin menemani kamu. Kamu pasti sedang sedih karena ditinggal suamimu pergi, kan?"
Tentu, tenaga Sena tidak sebanding dengan pria itu. Ia kalah dan kini kedua tangannya sudah dicengkram oleh pria tersebut. Lalu ia pun di bawa masuk ke kamar.
"Tolong! Siapa pun tolongin gue!!" Sena berteriak histeris. Air matanya riuh terjatuhan.
"Diamlah!" Pria itu kemudian mendorong Sena ke atas ranjang.
Tubuh Sena terhempas dengan kuat di sana. Ia terjatuh dengan posisi telentang. Belum sempat bangkit, pria itu sudah menindihnya. Wajahnya memaksa ingin menelusuri wajah hingga ceruk leher Sena.
"Aaaaa tolong!" Sekuat tenaga Sena mempertahankan diri. Ia mendorong kuat kepala pria itu dari depan wajahnya.
Di tempat lain. Zaid yang baru saja tiba di rumah, dikejutkan dengan suara teriakan. Ia lekas menuruni motor. Berjalan setengah berlari masuk ke rumah. Sialnya, pintu rumah terkunci dari dalam.
"Sena! Lo kenapa?! Lo baik-baik aja, kan?!"
Sena terkejut mendengar suara Zaid.
"Sena! Buka pintunya!"
Memastikan ia tidak salah dengar, Sena lantas berteriak. Menyahut panggilan Zaid.
"Za!! Tolongin gue! Gue—emptt!" Pria itu segera membungkam mulut Sena.
Zaid terkejut ketika ucapan Sena terputus tiba-tiba. Hal itu semakin meyakinkan hatinya, bahwa Sena tidak sedang dalam keadaan aman. Tak lagi memanggil, Zaid segera mendobrak pintu dengan bahu dan kakinya secara bergantian.
Beberapa kali mencoba, ia gagal. Namun, Zaid tidak menyerah. Tak peduli meski bahunya mulai terasa nyeri. Ia terus memaksakan diri mendobrak pintu itu. Sampai akhirnya usaha Zaid pun membuahkan hasil. Pintu berhasil dibuka. Bagian gagang pintu rusak parah terkena tendangannya.
"SIALAN LO! BANGSAT!" teriak Zaid begitu tiba di kamar.
Pemuda itu melepaskan tas dari kedua bahuhya, kemudian melempar benda itu tepat ke kepala pria yang sedang mengukung Sena.
"Akh!" Pria itu meringis. Ia terguling dari atas badan Sena.
Gadis itu segera bangkit dan beranjak dari tempat tidur. Beruntung belum ada yang kain terlepas dari tubuhnya. Hanya saja penampilan Sena saat ini agak berantakan. Ia lalu menepi dan berdiri di belakang Zaid.
"Anjing lo! Bangsat!" Zaid menarik kaki pria itu, hingga membuat si pria mesum terjatuh ke lantai dengan cara terbanting.
Setelah pria itu terkulai di lantai, Zaid berdiri di antara tubuhnya dan mulai memberi pukulan membabi buta di wajah pria tersebut.
"Berani-beraninya lo nyentuh istri gue! Lo mau mati hah?!"
"A-ampun, Mas! A-ampun!" Pria yang sudah babak belur itu memohon belas kasih. Salah satu giginya bahkan sampai terlepas akibat kuatnya pukulan yang dilakukan Zaid.
Melihat pria asing tersebut nyaris sekarat, Sena segera melerai. Ia takut Zaid malah akan membunuhnya.
"Za, udah, Za! Ntar dia mati!"
"Biarin dia mati! Sampah kayak gini nggak pantas dibiarin hidup!"
"Za, udah! Lo mau jadi pembunuh, hah?! Please, gue nggak mau lo kenapa-napa ..."
Zaid perlahan tenang. Amarah yang membuncah pelan-pelan surut secara teratur. Ia melepas cengkramannya di kerah baju pria itu, dengan menghempasnya ke lantai. Lalu berdiri tegak seiring napas yang tersengal-sengal. Keringat memenuhi bagian kening hingga pelipis. Rambutnya bahkan sampai basah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, My Sunshine (END)
RomanceSenara Jihan, seorang gadis ceria yang memiliki banyak luka. Tak pernah menyangka akan menikah dengan sahabat sendiri lantaran dituduh telah berbuat zina di pos ronda. padahal saat itu, keduanya sedang terjebak hujan deras dan berteduh di sana. Pena...