Jungkook POV
Dia tidak mengikuti rutinitas yang aku buat untuknya. Seokjin sedang membereskan piring setelah sarapan, dan meskipun aku ada di seberang meja, sudah jelas terlihat bahwa ada sesuatu yang berbeda. Apa dia mencoba untuk merusak semua kerja kerasnya? Aku mengingat bagaimana dia telah bekerja keras.
"10 putaran lagi!" Ucapku.
"Oke!"
"Kakimu menekuk. Arahkan jari-jari kakimu dan jaga agar tendangan itu tetap kuat."
"Oke... Akan kulakukan!"
Aku pikir dia lebih bertekad dari ini. Mendekati Seokjin, aku mencubit pipinya. "!" Itu pasti menarik perhatiannya, "Aaww! Apa yang kau lakukan?!"
"Kau tidak mencuci muka dengan benar. Aku tahu."
"Apa kau serius..?" Dia harus bisa kembali ke rutinitasnya sebelum waktu untuk pemotretan berikutnya.
"Kau terlalu banyak bermalas-malasan akhir-akhir ini. Aku berharap lebih"
"...!" Saat dia tidak berdebat denganku, aku tahu aku pasti benar. Orang-orang biasanya tidak tahu berapa banyak usaha yang dibutuhkan untuk mempertahankan penampilan. Ada apa dengan orang ini? Perubahan datang dari dalam. Tapi jika dia tak peduli tentang ini, dia tak akan pernah berubah. Aku merasa bodoh karena menaruh harapanku cukup tinggi hanya untuk merasa kecewa.
.
.Suatu hari saat aku pulang kerja, Seokjin sedang membuat sesuatu di dapur. Aku bisa melihat tumpukan sayuran di talenan. Apa dia akan menggunakan semua sayuran itu hanya untuk makan malam? Di atas kompor sudah ada panci dan wajan. "Aku akan memasukkan semua daun seledri, dan... Hmm... Kurasa aku butuh lebih banyak garam dan merica." Ucapnya kemudian mencicipi masakan, membumbui, dan pindah ke panci berikutnya. "Oke, sempurna. Sekarang aku hanya akan membiarkannya mendidih selama 10 menit lagi." Ucapnya lagi. Dia akan mengacaukan dietnya dengan menguji rasa semua masakan itu. Untuk sesaat, aku hampir jengkel, tapi kemudian, melihat semua panci dan wajan disana, kesadaran menghampiriku. Tunggu. Apa dia melakukan ini karena aku benci sayuran? Apa itu sebabnya dia tidak fokus pada rutinitas yang aku buat untuknya? Apa dia repot-repot melakukan ini hanya untuk membuat resep sayuran yang akan aku makan?
"Kenapa dia mau repot-repot?" Ucapku, menggumamkan pikiranku dengan lantang tanpa bermaksud demikian. Dia tak pernah menyebutkan sepatah kata pun tentang semua ini, bahkan saat aku menuduhnya bermalas-malasan. Kenapa dia melakukan itu? Pada saat itu, aku merasa tersentuh oleh usahanya dan malu pada diriku sendiri karena telah menghakiminya.
Satu hari, setelah selesai pemotretan makeover yang sukses. Aku membawa Seokjin ke bar yang biasa aku kunjungi. Aku membawanya kesini karena aku ingin memberikan penghargaan atas kerja kerasnya. Serta untuk minta maaf dan berterima kasih padanya. Aku mungkin tidak tahu apa yang sedang terjadi. Tapi aku salah telah mengambil kesimpulan dan menyerang Seokjin saat dia mencoba melakukan sesuatu yang baik untukku. "Aku berhutang permintaan maaf padamu." Ucapku.
"...Sejak kapan kau meminta maaf untuk apapun itu?"
Tanpa menoleh untuk menatapnya, aku menyesap minumanku lagi."Aku tahu sebelumnya aku menyalahkanmu karena bermalas-malasan, tapi aku tahu kau hanya kehilangan fokus karena kau memikirkan resep masakan untukku bukan?"
"Oh..." Apa orang yang ramah seperti ini benar-benar ada? Padahal sangat mudah baginya untuk menyalahkanku dan berkata, Ya, itu semua salahmu. Namun, sebaliknya, dia mengatakan padaku, aku hanya melakukannya karena aku ingin melakukannya. Dia benar-benar memiliki segala hal positif dalam dirinya. Dia seperti memahami dunia dengan cara yang sama sekali berbeda dariku. Aku juga berpikir hal yang sama saat dalam perjalanan pulang dari Paris. Tapi dengan kata-katanya aku merasakan sedikit kehangatan di sudut hatiku. "... Apa yang membuatmu menjadi model, Jungkook?"
"Aku meminta bayaran untuk wawancara. Apa kau mampu membayarnya?" Malam ini, wiski memiliki efek yang menyenangkan dan begitu lembut bagiku.
"Tentu saja tidak... Lupakan aku pernah mengatakan apa pun itu."
"Aku bercanda." Dan kemudian aku menceritakan kisah hidupku padanya. "Setelah hari itu, aku mulai mengunjungi toko Hyunggu secara teratur. Aku mulai memahami daya tarik dari pakaian. Hyunggu-lah yang mengajariku bahwa pakaian dapat membuatmu terlihat lebih baik dan bagaimana kau hidup akan terlihat langsung dari penampilanmu."
"..." Kenapa aku menceritakan semua ini padanya? Akan tetapi, bahkan saat aku mempertanyakan alasanku, aku tidak dapat menyangkal bahwa cara dia menatap mataku dan mendengarkan ceritaku membuatku ingin bercerita lebih padanya.
"Lalu hal berikutnya yang aku tahu adalah aku ingin menjadi model dan lebih percaya diri seperti Hyunggu. Dan aku ingin menjadi orang yang dapat membantu orang lain merasa percaya diri juga..."
"Wow..." Aku merasa bisa berbicara sepanjang malam. Tentang hidupku sebelum terjun ke dunia modeling dan tentang kehidupanku setelahnya. Kenapa aku merasa sangat baik sekarang? Apa karena minuman ini? Tidak, aku tidak pernah merasa seperti ini saat minum dengan Namjoon hyung dan yang lainnya. Dia satu-satunya yang pernah membuatku merasakan emosi yang tak bisa aku sebutkan. Ini adalah perasaan yang aneh, begitu akrab dan asing sekaligus. Mungkin aku hanya mabuk. Tapi, bagaimana jika aku merasa seperti ini karena aku bersama Seokjin? Malam ini, wiski yang biasa aku minum rasanya sangat lembut dan lezat.
.
."Jungkook?"
"..." Tiba-tiba, aku sudah berada di rumah di tempat tidurku. Mata Seokjin melebar. Meskipun pandanganku kabur, aku tahu dia menatap padaku. Kau tak pernah menyerah. Kau berjuang sampai akhir. Aku tidak tahu apakah itu tekadmu. Tapi aku tak bisa mengalihkan pandanganku darimu. Ini seperti kau semakin cantik setiap hari. Pikiran seperti itu melayang-layang di pikiranku yang sedang mabuk seperti awan. Sampai sebuah dorongan tertentu menguasai diriku. Oh Tuhan, kau benar-benar cantik. Mata yang cerah dan bibir yang tampak lembut. Melihatnya di tempat tidurku, dengan rambut terurai dan acak-acakan... membuat reaksi dalam diriku.
"Dengar... Aku mencoba untuk mengambilkanmu air, tapi kau membuatnya benar-benar sulit..."
"..." Siapa yang peduli dengan air? Aku lebih suka memilikimu. Bahkan sebelum pikiran itu sepenuhnya terbentuk dalam pikiranku, bibirku sudah ada di bibirnya. Saat aku merasakan hangatnya bibir yang lembut itu, tubuhku menginginkan lebih.
"J-Jung... M-mmph!" Aku sangat menginginkanmu. Mulut Seokjin terbuka sedikit, dan aku mengambil kesempatan untuk memperdalam ciuman. Oh Tuhan, kau membuatku gila. Rasanya seperti aku tidak bisa menolong diriku sendiri. Apa yang harus kulakukan? Pikiran logisku tidak memegang kendali sekarang, tapi ini pasti karena wiski tadi.
"Jungkook.." Aku tidak ingin ini berakhir. "..." Aku menginginkan Seokjin, itu tak bisa dipungkiri. Sambil membelai pipinya, aku mencuri ciuman lagi. Bibirnya terasa sangat lembut dan halus di bibirku. Dan saat ciuman kami semakin intensif, aku merasakan lebih banyak rasa manis. "Mn ... mnph!"
"..." Kumohon. Jangan pernah biarkan ini berakhir. Sudah begitu lama sejak aku merasakan sesuatu yang hangat dan lembut. Sadar akan cukup kebahagiaan yang tidak ada sebelumnya, aku mengklaim bibirnya sekali lagi.
Jadi JK sadar ga ya sebenernya pas kiss Seokjin? 😅😅
KAMU SEDANG MEMBACA
Majesty of Zion | Kookjin ✔️
FanfictionSeokjin mengira dia sudah selesai dengan cinta... Dan Jungkook membuktikan bahwa dia salah. Baru saja bercerai, Jin masuk ke sebuah tempat glamor, yang diatur oleh seorang pria yang luar biasa. Jungkook menawarkan banyak hal padanya... Setelan serta...