02. Pertemuan pertama

10 1 2
                                    


Shaki beneran turunin Rean di depan kontrakan habis itu pergi lagi setelah kasih tau Rean rumah pak Gio yang mana.

"Cuman perkenalin diri terus pamit kan? Oke." Monolog Rean terus nyebrang sambil tarik kopernya.

Rean buka pagar rumah pak Gio dengan pelan terus Rean lanjut langkahin kakinya sampai ke teras rumah pak Gio.

Baru Rean mau ketuk pintu rumahnya ternyata pintunya udah dibuka lebih dulu sama Bian bikin Rean terlonjak kaget.

"Siapa?" Rean sedikit syok dengan tinggi pemuda di depannya sekarang sampai pertanyaan dari pemuda itu pun gak bisa Rean jawab karena mulutnya yang kelu.

"Gue pikir gue udah yang paling tinggi, ternyata...." Bukannya balas pertanyaan Bian, Rean malah ngomong sendiri bikin Bian tautin alisnya bingung.

"Siapa ya?" Tanya Bian sekali lagi.

"Ah anu.... Saya Rean penghuni kontrakan baru." Rean angkat tangannya minta dijabat sekalian kenalan, akhirnya Bian senyum terus balas jabat tangan Rean, "Saya Bian anak sulung pak Gio." Kata Bian.

"Oh kalau gitu pak Gio ada?" Tanya Rean setelah kenalan sama Bian.

"Ada di dalam, kamu yakin mau masuk?" Tanya Bian bikin Rean tautin alisnya bingung sama pertanyaan Bian.

"Kalau saranku sih mending kamu langsung balik ke kontrakan aja, nanti kehadiran kamu biar aku yang sampein ke bapak." Kata Bian berbaik hati.

"Emang kenapa bang?" Tanya Rean masih bingung.

"Silahkan sih kalau mau masuk." Bian pinggirin badannya dikit buat persilahkan Rean masuk sedangkan Rean cuman tatap Bian aneh.

"Orang aneh." Gumam Rean.

Dia kesel soalnya pertanyaannya gak dijawab. Akhirnya Rean bawa kopernya terus masuk ke dalam rumah.

"Dikasih tau gak mau mendengar, padahal niat gue udah baik." Kata Bian terus jalan keluar rumah karena emang rencana dia mau ke rumah temennya buat main game.

"Assalamualaikum pak," ucap Rean pelan, dia bisa lihat sosok pria tua kurus sedikit kekar dengan rambut gondrong lagi baca koran di sofa ruang tamu tapi salam Rean gak digubris sama sekali.

"Zaman sekarang kok masih baca koran." Rean masih sempat-sempatnya ngatain.

"Pak Gio." Rean panggil pak Gio lagi, kali ini suaranya dia naikin sedikit lebih kencang.

TAK!

"Siapa kamu? Berani-beraninya masuk rumah saya gak salam?!" Pak Gio taruh korannya diatas meja, mukanya keliatan marah banget sedangkan Rean udah mundurin dirinya selangkah.

"PADAHAL GUE UDAH SALAM YA DASAR TUA BANGKA!"

Tentu saja itu Rean sebutnya dalam hati, yang asli mah dia ngomong gini, "tadi saya udah salam kok pak." Kata Rean terus kasih senyum termanisnya yang sebenarnya dia cuman paksa doang.

"Saya gak dengar tuh." Elak Pak Gio padahal sebenarnya dia denger.

Emang nih hobi Pak Gio bikin orang emosi.

"Hehe maaf kalau saya gak sopan pak." Akhirnya Rean nyerah juga dan milih pura-pura jadi anak baik padahal aslinya emosi.

"Siapa kamu?" Tanya pak Gio, kali ini dia tatap matanya Rean tapi Rean yang ditatap malah merasa merinding.

"Saya Niko Rean—"

"Gak usah nama panjang langsung nama panggilan aja, saya gak butuh nama panjang kamu." Rean langsung terbungkam pas di sela sama Pak Gio.

Rumah Cenrana Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang