07. diskriminasi

6 1 3
                                    


"Pak,"

"Apa!"

"Galak banget astagfirullah."

Untung Bian udah terbiasa sama intonasi suara bapaknya yang emang dari sananya kedengaran lagi marah.

Padahal emang iya sih hehe.

"Pa—"

"Nggak!"

"PAK PLEASE DEH AKU BELUM NGOMONG!" Emosi Bian akhirnya.

"Berani kamu tinggiin suara ke bapak?!" Bian langsung ciut denger itu.

"Maaf pak nggak sengaja." Kata Bian, padahal emang sengaja.

"Bapak tau kamu mau minta macam-macam, kalau bukan kabar kamu udah dapat kerja mending ngaji sana di kamar." Bian cuman bisa elus dada denger Omelan bapaknya.

"Pak sekali aja ya? Aku juga mau jalan-jalan kayak anak muda yang lain jadi dengerin permintaan aku, ya pak ya?" Bian masih berusaha memohon walaupun tau jawabannya tetap 'nggak'.

"Umurmu sudah berapa?"

"25." Lirih Bian.

"Waktunya apa?"

"Jalan-jalan sama temen, hehe."

"BUK AMBILIN BAPAK SAPU BU!"

Emosilah Pak Gio, emang hobi Bian tuh bikin emosi bapaknya.

Bian udah berdiri siap-siap hindarin amukan sang bapak sedangkan si bapak yang gak dikasih sapu sama istrinya jadi berdiri buat ambil sendiri.

"Sini kamu!"

Si bapak udah dapat sapunya dan siap layangin ke arah Bian tapi Bian langsung sembunyi dibelakang Ellen yang baru aja pulang kerja.

"Kalian kenapa lagi sih?" Tanya Ellen dengan muka capeknya tapi dia tetep aja diam buat jadi tameng si abang.

"Ellen, pindah dari sana, bapak gak mau kamu kena sapu ini."

"Pak, itu diskriminasi namanya pak, bapak cuman peduli sama anak cewek bapak mentang-mentang aku cowok sendiri." Kata Bian.

"Makanya kamu diam!"

"Ngaku pak, aku anak nemu di kolong jembatan kan?"

"BIAN!"

Teriakan sang ibu dari arah dapur bikin semua yang ada di ruang tamu membatu.

Gak lama sang ibu pun keluar dari dapur sambil berkacak pinggang.

Livi yang di kamar dari tadi pun langsung keluar karena denger ibunya teriak. Soalnya kalau ibunya udah naikin suara tandanya akan ada drama baru.

Di tangan Livi udah ada snack jadi Livi sandarin dirinya di pintu kamarnya sambil nonton keributan.

"Berapa kali ibu kasih tau? Ibu gak suka kamu ngomong kayak gitu ya!"

"Masalahnya bapak bu, suka banget diskriminasi anak sendiri." Kata Bian ngadu ke ibunya.

Si ibu langsung tatap tajam suaminya.

"Makanya kamu tuh kerja, udah dewasa malah pikirin jalan-jalan, hidupmu tuh urus, kamu anak cowok, harus pinter cari duit."

Kata kejam bapaknya itu gak sekali kok Bian denger, malah udah sering banget Bian dengernya.

Sekarang udah masuk telinga kanan keluar telinga kiri alias Bian gak peduli.

"Kan Bian udah bilang kalau Bian mau bantu bapak urus kontrakan, kasih aja tanggung jawab sepenuhnya ke Bian, bapak tinggal santai duduk di rumah." Kata Bian nggak mau kalah ngebalas bapaknya.

Rumah Cenrana Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang