04. Kemurkaan

4 1 0
                                    


"Pak, bukan salah mereka kok, ini aku jatuh sendiri dari sepeda bareng Saka." Kata Livi masih membujuk bapaknya biar gak marah ke anak kontrakan.

Livi sekarang udah duduk di sofa dan lagi diobatin sama ibunya. Di sana ada Lea juga.

"Berarti yang harus disalahin Saka Pak bukan anak kontrakan." Lea juga ikut ngebujuk bapaknya.

"Diam kalian." Kata Pak Gio, dari tadi muka pak Gio emang gak enak banget diliat, kayak lagi tahan marahnya tapi dia gak bisa marah sama anak gadisnya.

"Ada apa ini?" Itu Ellen yang baru pulang sambil tarik abangnya tentu saja.

"LIVI LO KENAPA?!" Bian berucap panik pas liat adik kecilnya udah penuh luka di mana-mana.

"KENAPA BARU PULANG?!" Pak Gio berdiri sambil berkacak pinggang bentak Bian.

"Lah Pak? Kenapa marahnya malah ke aku?! Biasanya aku pulang pas tengah malam juga bapak gak marah."

"Itu karena bapak ngumpulin marah bapak sampe hari ini."

Bian tatap bapaknya bingung.

"Ngaku deh pak, bapak lampiasin marah bapak ke aku kan? Bapak aslinya marah ke siapa coba tanya aku? Ke Livi? Ke anak kontrakan? Yang mana?"

"Ke anak kontrakan itu." Celetuk ibunya yang udah selesai obatin Livi terus ambil duduk di samping Livi.

"Marah tuh langsung ke mereka lah pak kenapa malah ke aku?" Tanya Bian yang sekarang merasa gak adil.

"Gak bisa marah tuh bapak soalnya tau anak kontrakan ternyata gak salah, iya kan pak?" Tebak Ellen.

Pak Gio akhirnya dudukin dirinya lagi, kalau dipikir-pikir juga emang dia salah marahin anaknya yang gak ada salahnya.

"Tapi kamu juga salah, kalau sadar yang paling tua harusnya kamu sibuk cari kerja bukan malah sibuk main game di rumah temen." Kalau yang ini Bian memang mengaku salah jadinya Bian tundukin kepalanya terus minta maaf.

"Jadi kapan kamu kerja? Itu ijazahmu lama-lama debuan karena disimpan dilemari terus, bapak gak mau tau kamu harus cari kerja besok."

Ini bukan pertama kalinya Bian disuruh cari kerja jadi Bian udah kebal dengar itu.

"Masuk kamar, istirahat semuanya. Bapak mau balik ke pos ronda." Kata Pak Gio akhirnya.

"Bapak gak marahin anak kontrakan kan?" Tanya Livi buat memastikan sebelum bapaknya benar-benar pergi.

"Tenang aja, bapak gak akan marahin seseorang kalau gak salah." Jawab pak Gio terus keluar dari rumah.

———

07.15 pagi.

Malam kemarin mereka gak jadi makan daging, alhasil dagingnya dimasukin ke kulkas. Mereka terlalu khawatir sama keadaan mereka masing-masing, mikirin ganjaran apa yang akan mereka dapat akibat bikin Livi luka.

Eh? Kalau dipikir-pikir mah Livi luka bukan karena kesalahan mereka keseluruhan. Itu cuman kecelakaan kecil karena Saka gak bisa bawa sepeda dengan benar, kalau pun itu salah salah satu dari mereka berarti yang harus ditunjuk adalah Rean.

Sekarang udah jam 7 pagi lewat dan mereka masing-masing harus keluar rumah buat ngelakuin aktivitas mereka tapi mereka terlalu takut buat buka pintu.

Mana Rean ada ospek lagi hari ini, bisa bahaya kalau Rean telat.

"Lo udah telat kan Rean? Sana keluar duluan aja."

"Takut bang, kalian bilang Pak Gio bahaya kalau marah, bisa membunuh?"

Rumah Cenrana Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang