15. Hari Mancing

5 0 0
                                    


Hari ini tanggal 25 dan setiap bulan ditanggal 25 itu adalah hari memancing buat bapak-bapak di komplek cenrana. Itu udah jadi rutinitas warga cenrana dengan tujuan agar komplek mereka damai selalu.

"Gak ada yang dilupa kan pak?" Tanya bu Gina sambil masukin kotak bekal pak Gio kedalam tas bekal.

"Udah semua kayaknya." Jawab pak Gio terus tenteng tasnya di pundak.

"Oh iya, Bian udah siap belum? BIAN!"

"Iya pak udah siap kok." Jawab Bian yang keluar dari kamarnya dengan lesu.

"Emang harus banget ya pak Bian ikut?" Tanya bu Gina khawatir dikit.

"Biar aja, biar ada yang bantu bapak-bapak di sana." Jawab pak Gio gak ada khawatirnya sama sekali.

"Bantu apa? Bantu pisahin kalian berantem?" Tebak Bian.

Iya, hari mancing yang tujuannya biar warga komplek damai itu entah sejak kapan tiba-tiba berubah gitu aja jadi ajang siapa yang bakal tangkap ikan paling banyak. Saking kompetitifnya bapak-bapak komplek sampe mereka sendiri lupa tujuan hari memancing itu untuk apa.

"Gak ada yang berantem tenang aja." Bian cuman tatap bapaknya sinis, dia gak percaya sama kata-katanya itu.

"Bapak udah mau pergi?" Itu Livi, dia baru keluar dari kamarnya dengan muka bantal khas bangun tidur, rambutnya bahkan masih acak-acakan.

"Kamu pulang jam berapa semalam?"

Salah deh Livi keluar kamar.

"Kenapa cengengesan? Jawab bapak." Livi yang awalnya cengengesan langsung nunduk merasa bersalah.

"Jam 10 pak, itupun karena aku kejebak macet." Jawab Livi.

Livi jujur kok, emang semalam pulang dari mall bareng Rean mereka berdua kejebak macet. Ojolnya bahkan gak bisa ambil jalan pintas.

"Kampus apa yang bikin maba pulang malam banget, awas ya kalau bapak tau kamu boong." Livi degdegan soalnya bapaknya keliatan marah banget.

"Pak pak kita udah telat ayo berangkat." Akhirnya Bian beraksi juga buat tolongin adik kecilnya biar gak makin dimarahin bapaknya, Bian dorong bapaknya keluar rumah sedangkan Livi senyum liat itu.

Emang paling enak punya abang yang pengertian.

"Ayo duduk sini Livi."

Setelah Bian sama pak Gio pergi, bu Gina langsung suruh anak bungsunya buat duduk di sofa dan Livi nurut aja.

"Ayo jujur sama ibu, kamu gak bisa boongin ibu soalnya ibu liat jelas kamu semalam turun dari mobil sama anak kontrakan."

Livi akhirnya pasrah terus ceritain ke ibunya, minimal kalau sama ibunya dia gak kena marah, beda lagi kalau udah sama bapaknya.

"Aku kemarin habis nonton film sama Rean bu, cuman nonton doang kok sama makan di mall habis itu pulang. Aku juga gak boong soal kejebak macet, semalam emang macet banget mungkin karena banyak yang pulang dari mall juga habis nonton jadi pulang ke rumahnya agak telat."

"Lain kali pulangnya jangan kemaleman, ibu gak bisa bantu kamu loh kalau bapak marah." Livi ngangguk.

"Iya, maafin Livi ya bu." Lirih Livi terus tatap ibunya dengan mata bulatnya biar dia dimaafin.

"Yaudah ibu maafin." Akhirnya ibunya luluh juga dan maafin Livi, Livi senyum terus peluk ibunya.

"Apaan nih pagi-pagi udah nempel banget." Itu Lea yang baru turun dari lantai dua, keliatan baru bangun tidur juga keliatan dari setelah piyamanya.

"Gak magang hari ini?" Tanya bu Gina ke Lea yang sekarang lagi ambil minum di dapur.

"Gak ada jadwal sih bu, cuman siang nanti ada kelas." Jawab Lea terus jalan buat duduk di sofa juga samping Livi.

Rumah Cenrana Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang