Shasa
Hahaha butuh cemilan aja sih sebenarnyaBegitu canda Shasa membalas pesan Bhima. Bhima tersenyum tipis sembari mulai beranjak meninggalkan tempat kerjanya itu. Keluar dari kafe Bhima segera mencari makanan yang sekiranya disuka Shasa.
Bhima
Bisa keluar nggak? Aku di depan kost-an nih bawa cemilan temen bergadang kamu.Shasa membulatkan mata membaca pesan Bhima. Ia pikir percakapannya dengan Bhima sudah terhenti tapi ternyata masih berlanjut bahkan kini Bhima ada di depan kost-an nya. Shasa segera beranjak.
Beruntung peraturan di kost-an Shasa tidak terlalu ketat tapi juga tidak longgar. Pintu utama dijaga security. Sehingga tidak ada jam tertentu pintu benar-benar dikunci. Maklum penghuni kost di sana bervariasi, ada yang karyawan hotel, tenaga medis dan lain sebagainya.
"Nih." Bhima menyerahkan satu kantong ramah lingkungan dari sebuah mini market dan dua kantong plastik.
"Ya ampun..." Shasa amazing sendiri.
"Udah berapa persen?" Tanya Bhima kemudian.
"Baru tiga puluh lima persen gitu."
"Mau dibantuin nggak? Tapi ngungsi ke rumah aku. Nggak mungkin kan aku bantu di sini." Ujar Bhima.
"Nggak apa-apa. Ini juga sudah cukup membantu." Shasa mengangkat tiga kantong yang ia dapat.
"Cuma nemu itu."
"Waaaah ini lebih dari cukup." Seru Shasa melihat isi kantong yang ia terima dari Bhima. Ketan bakar dan juga mie tek tek. Sedang yang dari minimarket berisi aneka makanan ringan dan juga minuman ringan. Tidak lupa ada roti dan susu steril dalam kemasan kaleng. "Berapa?"
"Apanya?"
"Ini."
"Emang aku kurir makanan?!" Cetus Bhima keki. "Itu buat kamu."
"Hah?!"
"Udah makan dulu mie nya abis itu baru ngemil ketan bakar. Lanjut yang lainnya."
"Makasih ya?!"
"Sama-sama. Ya udah aku pulang dulu. Besok aku masuk middle, siapa tahu mau belum beres dan mau dibantuin pagi atau malam abis makan malam, chat aja."
"Oke."
"Pamit ya?!" Bhima berpamitan.
"Hati-hati."
"Iya."
Shasa tersenyum simpul, ia melambaikan tangan pada Bhima. Shasa tadinya hendak menunggu Bhima sampai benar-benar pergi baru ia kembali masuk tapi Bhima malah meminta Shasa masuk terlebih dahulu baru ia yang pergi.
Shasa sudah kembali masuk kamar. Segera ia menyantap makanan yang dibawakan oleh Bhima itu. Shasa memang butuh makanan extra jika ia terpaksa harus bergadang.
***
"Gaya lu bawa cewek." Seloroh Aji pelan saat Cindy, teman dekat Doni berlalu pamit ke toilet kafe.
"Emang lu, punya aja nggak pernah dibawa-bawa?!" Cibir Doni.
"Ngapain dibawa-bawa, mau pamer?!"
"Setidaknya biar ketauan lu tuh udah punya cewek."
"Nggak usah." Aji menggeleng. "Nggak perlu terlalu digembar-gemborkan."
"Direbut orang baru tau rasa." Cetus Doni. Aji pura-pura tidak mendengar.
"Si Bhima mau ke mana?" Tanya Aji mengalihkan topik.
"Nggak tau." Doni angkat bahu. "Bhim..." Doni memanggil salah satu sahabatnya itu sembari melambai. Bhima yang tidak tahu dua sahabatnya makan malam bersama di kafe tempat ia bekerja pun menghampiri setelah menutup pintu office. "Balik lu?!" Tanya Doni kemudian.
"Iya. Tadi masuk middle."
"Ohh..." Doni manggut-manggut.
"Tumben..." Belum selesai Bhima berbicara seorang perempuan menghampiri.
"Permisi." Ucapnya karena Bhima menghalangi dirinya untuk duduk tepat di samping Doni. Ia pikir Bhima bukan teman Doni juga melainkan hanya seorang pekerja kafe. Maklum Bhima hari ini memang mengenakan seragam kafe sama seperti lainnya. Ia tadi sempat membantu menjadi crew di reservasi acara gathering sebuah perusahaan.
"Ehh iya kenalin, ini Cindy." Doni memperkenalkan teman dekatnya pada Bhima setelah tadi ia sempat mengenalkan Cindy pada Aji tentunya. Bhima dan dan Cindy yang baru kembali dari toilet itu saling berjabat tangan, berkenalan.
"Gabung, Bhim. Temenin gue?!" Ujar Aji sembari menarik kursi untuk Bhima duduki.
"Lu sih udah gue suruh ajak Shasa, biar Cindy ada temennya." Cetus Doni. "Sekalian manas-manasin si anak Ibu biar cepet cari jodoh juga." Tambahnya yang membuat Bhima dan Aji nyengir.
"Bentar gue absen dulu." Sahut Bhima sembari berlalu ke mesin absensi kafe.
Cindy tampak membaur. Bhima tiba-tiba teringat Shasa. Meski Shasa sudah menyandang status tunangan Aji dan hubungan mereka sudah cukup lama tapi ia jarang, malah tidak pernah mendapati Shasa duduk satu meja ketika ia, Aji dan Doni berkumpul.
Shasa nggak diajak atau nggak mau diajak ya?! Doni aja yang baru pedekate bawa gebetannya. Shasa kok yang tunangan Aji nggak pernah ikut ngumpul gini. Batin Bhima.
Teringat Shasa ia pun ingat sesuatu. Diam-diam ia cek pembaharuan status. Satu pembaharuan status yang mengabarkan satu video Shasa sudah tayang di channel. Senyum Bhima terulas saat itu juga.
Bhima
Bagus. Butuh temen bergadang lagi?Bhima mengirimi Shasa pesan beberapa saat setelah ia menonton video terbaru Shasa. Setelah Aji, Doni dan Cindy berlalu dari Kafe Batas Kota tentunya.
Shasa
Gak usah. Udah beres. Udah aku upload-upload juga, cuma terjadwal.Bhima
Syukurlah. Keren itu sistem kebut semalam. By the way udah makan belum sekarang?Shasa
Ini baru beres makan.Bhima
Padahal ikut sama Aji tadi. Kan voucher makan gratis di kafe belum dipake sama sekaliShasa mengerutkan kening. Aji makan malam di kafe tempat Bhima kerja?
Shasa
Pengen sih tapi tadi belum beres. Ehh rame dong di kafe tadi?!Shasa berbohong, ia tidak ingin terlihat janggal. Sekaligus ia ingin memancing Bhima terus bercerita.
Bhima
Doni ngenalin gebetannya. Aku pikir kamu ikut juga, makanya udah siap-siap ngeluarin dompet, janji soalnya mau traktir kamu tiap ke kafe.Shasa
Segitunya...Bhima
Jadi kapan voucher makan gratis di kafe, kamu pake?Shasa
Hmmm nanti kalau kepepet.Bhima membalas dengan mengirimi Shasa emoticon nyengir.
Kenapa ya aku suka nggak diajak?! Padahal tadi pas aku tanya abis dari kantor mau ke mana, jawabnya mau pulang, capek. Hmmmm... Shasa menarik nafas panjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Lelakimu
RomanceJangan bermain api jika tidak mau terbakar. Mungkin itu pepatah yang cocok untuk Bhima dan Shasa. Karena permainan mereka, mereka akhirnya terlibat dalam masalah hati. Shasa pun harus memilih antara Aji, tunangannya atau Bhima yang tidak lain adalah...