AL 28

87 17 15
                                    

Shasa semenjak diantar Aji ke tempat kost memutuskan untuk mengurung diri. Ia menghabiskan waktu dengan berbaring di atas tempat tidur. Berharap dengan begitu rasa tidak nyaman dan letihnya berkurang. Selain itu ia juga berharap bisa lupa kejadian kemarin malam.

Berbeda dengan Shasa. Aji malah merasa dirinya sangat semangat dan bahagia. Ada kelegaan tiada tara yang ia rasa. Aji pun bekerja dengan sepenuh hati hari ini.

Jika Aji tengah berbunga-bunga, lain lagi dengan Bhima yang terus-menerus memikirkan Shasa meski ada rasa kesal yang melanda. Sehingga sulit ia berkonsentrasi dan fokus hari ini.

***

"Semalam Aji jadi datang ke rumah?" Tanya Anya menyelidik saat siang ini makan malam bersama Cindy.

"Nggak."

"Kenapa?"

"Nggak tau. Tapi kayaknya udah nggak penting." Jawab Cindy sembari mengangkat bahunya.

"Maksudnya?"

"Kata Doni sih Aji lagi sibuk."

"Sibuk? Lembur?" Anya memastikan.

"Bukan. Aji lagi sibuk mempersiapkan pernikahan dia."

"Serius lu?"

"Serius. Jadi kayaknya posisi gue dapatin Bhima aman-aman aja." Cengir Cindy.

"Yakin?" Cibir Anya.

"Yakin orang ceweknya mau dikawin gitu."

"Mau dikawin tapi masih gatel sama cowok lain. Cewek apapun tuh?!" Mendadak Anya keki dan emosi.

"Yang penting dia bentar lagi jadi istri orang. Bhima available, jadi bisa gue gebet." Ujar Cindy santai.

Anya mengatupkan rahang. Ia merasa Cindy egois. Padahal menurut Anya, Cindy tahu jika dirinya jatuh hati pada Aji. Tapi karena Bhima, Cindy semula yang seolah support dirinya dan Aji malah kegirangan dengan kabar ayji akan segera naik pelaminan.

Enak di lu, nggak enak di gue. Batin Anya.

***

"Ngapain?" Tanya Shasa ketus dengan kerutan di dahi mendapati Aji ada di teras kita Putri Bungsu siang ini.

"Udah makan?" Aji yang masih dibawah pengaruh efek semalam tidak begitu menggubris ucapan ketus Shasa. Ia malah bertanya dengan lembut dan penuh perhatian.

"Udah." Jawab Shasa singkat. "Ngapain?" Ulang Shasa masih sama seperti tadi, ketus.

"Cuma mastiin kondisi kamu aja."

"Udah sana kerja." Usir Shasa.

"Siap, ibu negara. Oya aku udah ke rumah pak RT. Akhirnya kita akan nikah." Bisiknya kemudian.

"Udah sana." Kembali Shasa mengusir Aji tanpa merespon bisikan Aji sebelumnya.

"Nanti mau makan malam apa? Mau aku beliin atau kita beli bareng-bareng?" Tanya Aji yang juga tidak menghiraukan pengusiran Shasa.

"Nggak. Aku udah beli stok lauk pauk buat nanti malam." Bohong Shasa.

"Ohh ya udah kalau gitu aku ke kantor dulu." Pamit Aji akhirnya.

"Ya." Sahut Shasa malas-malasan.

"Nanti aku ke sini lagi." Ujar Aji sembari berlalu.

"Nggak usah." Teriak Shasa berharap laki-laki yang sudah mulai menjauh itu dapat mendengar.

Tapi Aji tidak menoleh sama sekali. Entah ia mendengar tapi pura-pura tidak mendengar atau memang tidak mendengar. Karena beberapa menit lepas dari jam lima sore Aji sudah duduk santai di teras kost Putri Bungsu. Shasa mendengus.

"Ngapain lagi?" Tanya Shasa tidak suka.

"Ini buat kamu, martabak keju." Aji menyerahkan kantong plastik berwarna putih susu itu pada Shasa. Wanginya Shasa kenal, martabak kesukaannya. "Sha, maafin aku ya?!" Ucap Aji sungguh-sungguh.

"Nggak tau ahh." Shasa beranjak dari hadapan Aji lalu duduk di salah satu kursi yang ada di teras tersebut.

"Sha, cepat lambat kita bakal lakuin itu. Maaf aku minta lebih awal, itu agar kamu nggak punya pikiran pergi dari aku, aku nggak bisa hidup tanpa kamu." Ujar Aji sembari menggenggam tangan Shasa lalu mengecupnya sekilas.

"Aku mau mandi. Kamu mending pulang." Shasa menarik tangannya yang tengah digenggam Aji.

"Aku tunggu di sini. Kita makan malam berdua yuk?" Ajak Aji kemudian.

"Nggak." Tolak Shasa tegas.

"Aku masih kangen kamu padahal."

"Aji, aku capek. Aku pengen mandi terus istirahat. Please ngertiin aku." Ujar Shasa tertahan.

"Oke." Sahut Aji lemas. Ia pun berdiri dan hendak beranjak pergi saat tiba-tiba Shasa memanggil namanya.

"Ji...."

"Apa, Sha?"

"Emang kamu mau makan apa?" Nada bicara Shasa tiba-tiba menurun drastis. Tidak seemosinal sebelumnya.

"Apa aja terserah kamu. Kamu lagi pengen makan apa?"

"Lagi males makan. Pengen makan kwetiau goreng."

"Boleh. Ayo."

Hubungan Shasa dan Aji perlahan mulai membaik. Itu karena Shasa berusaha mengalah. Setelah seharian merenung, ia mendadak ketakutan kehilangan Aji terlebih pasca kejadian kemarin malam. Maka dari itu ia berusaha memperbaiki lagi hubungannya dengan Aji, bukan mengakhiri seperti keputusannya kemarin.

***

"Hai...." Sapa Anya sembari menepuk pundak Doni sore ini. Saat keduanya bertemu di Kafe Batas Kota.

"Nya?!" Doni tampak terkejut saat Anya tiba-tiba duduk di hadapannya. "Sama siapa?"

"Sendiri. Ehh aku boleh duduk sini kan?"

"Boleh dong. Tumben sendiri? Cindy nggak ikut?"

"Nggak. Aku ini langsung dari kantor."

"Ohh..."

"Ehh, Don."

"Apa?"

"Denger-denger Aji mau nikah ya dalam waktu dekat ini sama Shasa?"

"Iya."

"Hmmmm...." Anya celingak-celinguk.

"Kenapa?"

"Kalau Shasa deket ya sama Bhima?" Tanyanya agak berbisik.

"Maksudnya?" Dahi Doni berkerut.

"Pernah liat mereka berdua aja. Emang suka jalan berdua gitu ya mereka?!"

"Kamu kata siapa?"

"Aku liat aja." Bohong Anya. Karena nyatanya Cindy yang melihat bukan dirinya.

"Denger-denger sih emang mereka diem-diem deket makanya si Aji pengen cepet-cepet halalin si Shasa juga. Biar nggak ada yang nikung lagi." Terang Doni.

"Ohh..." Anya manggut-manggut. "Duuh Shasa kenapa sih, Aji kurang apa coba?!" Seloroh Anya, Doni angkat bahu. "Kalau aku bantu lancarin rencana Aji, boleh nggak sih?"

"Lancarin gimana?"

"Aku deketin Bhima biar mereka nggak punya kesempatan deket-deket. Rencana Aji jadinya mulus deh buat naik pelaminan." Tutur Anya dengan tatap agak berbinar.

"Waah boleh. Kebetulan, emang aku sama Aji pernah ada niat lho jodohin kamu sama Bhima."

"Oya?!" Anya terkejut mendengar ucapan Doni tersebut.

"Iya." Angguk Doni mantap.

Diam-diam Anya menelan saliva. Aji pernah setuju buat jodohin aku sama Bhima. Jadi selama ini dia nggak ada hati gitu sama aku? Terus kebaikan-kebaikan dia selama kita deket itu artinya apa? Batin Anya sembari menarik nafas diam-diam lalu diliriknya Bhima yang tengah berada di depan pintu menuju kitchen kafe. Tampak ia tengah berbicara pada pramusaji.

Sorry, Cin. Lu aja nggak mikirin perasaan gue. Kenapa gue harus mikirin perasaan lu?! Gue putusin buat deketin Bhima. Bisik Anya dalam hati.

Aku LelakimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang