Benar saja sebelum fajar menampakkan diri Bhima sudah mengajak Shasa berangkat setelah sebelumnya mereka sarapan di awal dan pamit pada Endah.
Kini keduanya tengah berada dalam perjalanan menuju sebuah restoran di puncak yang menawarkan panorama gunung dan lembah. Shasa tidak banyak protes ia terus mengambil video. Sampai akhirnya mereka sampai di tujuan.
"Wow...."
"Gimana?" Tanya Bhima.
"Cakepnya."
"Iya dong."
"Nggak rugi ikut apa kata orang Yogyakarta." Seloroh Shasa.
"Dasar." Cengir Bhima. "Hati-hati. Sini." Ujarnya sembari mengulurkan tangan pada Shasa guna membantu gadis itu menaiki anak tangga. Shasa segera meraih uluran tangan Bhima. Mereka pun berpegangan tangan menaiki satu per satu anak tangga.
Keduanya kini menikmati pemandangan di sana. Sesekali mereka mengabadikan dalam sebuah foto. Masing-masing, tidak ada yang berani meminta foto bersama. Jika Shasa eksis berswafoto, Bhima lebih suka memotret pemandangan yang terhampar di hadapannya.
Selesai mengeksplor tempat tersebut mereka bertolak ke daerah Malioboro tempat mereka rencana akan menginap. Tidak ingin zonk, Shasa bersikukuh check in manual. Bhima mengangguk setuju.
Mereka mendapat kamar yang tepat bersebelahan atas permintaan Bhima. Itu karena ia khawatir membiarkan Shasa jauh darinya. Selesai beristirahat sebentar mereka mulai beredar kembali dengan tujuan mencari makan malam. Bhima mengajak Shasa mencari angkringan di sekitaran Malioboro.
"Enak, mana murah lagi." Komentar Shasa setelah ia selesai makan dan mengambil video tentunya. Bhima hanya tersenyum lebar.
"Lanjut yuk, jalan-jalan di Malioboro." Ajak Bhima.
"Ayo...."
Selain berjalan-jalan menikmati malam, Shasa sembari cuci mata. Kini ia sudah mengantongi beberapa oleh-oleh untuk teman-temannya di Sukabumi. Termasuk kaos Yogya untuk Aji.
"Sini aku bawain." Ujar Bhima menawarkan diri membantu Shasa.
"Nggak usah. Enteng kok."
"Ohh ya udah aku bantu shoot aja kalau gitu ya?!"
"Makasih."
"Sama-sama."
Mereka pun sampai di hotel untuk beristirahat sebelum besok mereka kembali berkeliling.
Tidak terasa besok pagi Bhima harus pulang. Sedang jika sesuai rencana, Shasa masih tinggal satu sampai dua hari lagi.
"Mau lanjut atau ikut pulang besok?"
"Hmmmm..."
"Ikut pulang aja yuk?! Khawatir aku biarin kamu sendirian di sini. Takut salah pilih kayak waktu itu. Nggak akan ada yang jemput lho." Ujar Bhima
Shasa yang biasa tangguh dan mandiri mendadak ketergantungan karena selama beberapa hari Bhima selalu ada, selalu melayani dan cukup memanjakan Shasa itu pun akhirnya membuat Shasa mengubah jadwal kepulangannya.
"Iya deh aku ikut pulang besok."
"Tapi aku pulang naik ke kereta. Nggak apa-apa?"
"Naik kereta?" Ulang Shasa.
"Iya seru. Kamu wajib coba."
Shasa tidak menolak sehingga Bhima pun langsung membeli tiket kereta api tujuan Jakarta. Dan setelah itu ia mengajak Shasa ke rumah Endah untuk berpamitan. Lagi-lagi Shasa tidak menolak karena Bhima janji akan mengajak dirinya ke alun-alun kidul setelah dari rumah ibunya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Lelakimu
RomanceJangan bermain api jika tidak mau terbakar. Mungkin itu pepatah yang cocok untuk Bhima dan Shasa. Karena permainan mereka, mereka akhirnya terlibat dalam masalah hati. Shasa pun harus memilih antara Aji, tunangannya atau Bhima yang tidak lain adalah...