Shasa tidak memperpanjang masalah. Meski setelah mendapat pesan dari Bhima ia sempat mengirimi Aji pesan. Intinya ia memancing tunangannya itu untuk jujur tapi Aji sama sekali tidak membahas perihal ia makan malam di Kafe Batas Kota malam ini.
Ya udahlah, males ngajak aja kali seperti biasa, batin Shasa.
Ya seperti biasa, karena memang ia mulai terbiasa tahu jika dirinya tidak pernah diajak bergabung saat Aji dan teman-temannya berkumpul.
Shasa lebih memilih untuk sibuk mencari tempat yang harus ia singgahi dan juga makanan yang patut ia coba. Sampai akhirnya sebuah telepon dari nomor tidak dikenalnya masuk.
"Halo..." Sapanya agak ragu.
"Halo. Assalamu'alaikum. Ini benar sama nomor teleponnya Shasa?"
"Iya betul."
"Alhamdulillah. Ini Ibu, Sha." Ujar seseorang di ujung telepon sana.
"I-bu?" Shasa mengernyitkan kening.
"Ibu Endah, ibunya Bhima."
"Ohh iya, Ibu. Maaf dikira siapa."
"Nggak apa-apa, wajar kamu nggak tau. Ini kan pertama kalinya Ibu hubungi kamu." Ujar Endah yang berusaha keras mendapatkan nomor Shasa akun media sosial sang konten kreator.
"Ibu apa kabar? Sehat kan, Bu?"
"Alhamdulillah Ibu sehat. Kamu sendiri gimana?"
"Shasa juga sehat, Bu."
"Berarti cuma Bhima nih yang beda sendiri. Ngeyel emang ya dia, kamu pasti pusing kan ngadepin dia?!" Tuturnya kemudian.
"Bhima sakit?"
"Lha kamu nggak tau?!" Endah bertanya balik.
"Nggak, kebetulan beberapa hari ini kita nggak kontakan. Terakhir kontak sih Bhima baik-baik aja." Jujur Shasa, beruntung Endah maklum. Ia pikir Shasa dan Bhima sama-sama sibuk.
"Pasti takut kamu omelin." Ujar Endah.
"Hehehe."
"Sha, boleh Ibu minta tolong nggak?" Tanya Endah kemudian.
"Boleh, Bu. Minta tolong apa ya?!"
"Tolong liatin kondisi Bhima di rumahnya. Ibu khawatir, soalnya dari semalam diajak video call nggak mau terus." Tutur Endah. "Mana dia itu susah kalau disuruh berobat apalagi minum obatnya." Tambah ibu berusia hampir setengah abad itu.
"Ohh iya boleh." Sahut Shasa. Tapi alamatnya? Batin Shasa. "Bu...." Cicit Shasa memberanikan diri.
"Kenapa, Sayang?"
"Boleh minta alamat lengkap rumah Bhima?" Tanya Shasa yang mengundang kerutan di dahi Endah di ujung telepon sana. "Shasa cuma tahu perumahannya aja, tapi nggak pernah diajak ke rumahnya. Nggak boleh katanya, pamali. Takut ada sosok ketiga." Papar Shasa sebisa mungkin.
Senyum Endah merekah mendengar sambungan kalimat Shasa. Padahal beberapa detik sebelumnya ia sempat merasa aneh tapi mendengar penuturan Shasa, mendadak ia bangga, senang dan juga tenang.
"Ibu kirim di chat ya?!"
"Iya, Bu."
"Sha, nanti tolong kabari Ibu ya gimana-gimananya?!"
"Ohh iya, Ibu. Nanti Shasa langsung kabari Ibu."
"Maaf Ibu jadi ngerepotin kamu."
"Nggak kok, Bu. Nggak merepotkan. Oya sekalian Shasa minta izin ke Ibu ya buat jewer Bhima ya?! Masa video call dari Ibu ditolak, terus sakit nggak bilang-bilang ke Shasa."
![](https://img.wattpad.com/cover/367257039-288-k376391.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Lelakimu
RomanceJangan bermain api jika tidak mau terbakar. Mungkin itu pepatah yang cocok untuk Bhima dan Shasa. Karena permainan mereka, mereka akhirnya terlibat dalam masalah hati. Shasa pun harus memilih antara Aji, tunangannya atau Bhima yang tidak lain adalah...