Setelah sarapan Bhima dan Shasa berpamitan. Meski berat Endah melepas keduanya kembali ke Sukabumi
Selama di dalam pesawat Bhima sesekali melirik Shasa yang semenjak tadi lebih banyak diam, tidak seperti biasanya. Bahkan kini tatapnya kosong. Tidak lama kemudian mereka pun tiba di bandara Jakarta. Bhima segera bersiap menuju area parkir.
"Bhim, kita berpisah di sini ya?" Ujar Shasa pelan tidak bersemangat.
"Heh?! Maksudnya?"
"Aku nggak pulang dulu ke Sukabumi."
"Kenapa?" Tanya Bhima cepat.
"Mau hunting tempat."
"Mau hunting ke mana? Biar aku temenin." Ujar Bhima.
"Ehh nggak usah." Shasa menggelengkan kepalanya.
"Berangkat bareng, pulang juga harus bareng." Pungkas Bhima.
"Tapi besok kamu harus kerja."
"Aku cuti unlimited, jadi bisa geser tanggal masuk."
"Ya udah nggak jadi."
"Lho kok?"
"Nggak, aku pengen pulang aja ke kost-an." Ujar Shasa yang membuat Bhima mengernyitkan kening. Tapi tetap ia menyahut juga.
"Oke."
Sepanjang perjalanan Shasa diam dengan terus melempar pandang ke jendela samping. Bhima pun mendadak merasa bersalah. Bhima menilai Shasa seperti itu akibat tahu mengenai touring yang ia sampaikan tadi.
"Sha, makan dulu ya?" Ujar Bhima. Shasa bergeming, Bhima tidak menunggu respon lebih. Ia tetap menepi di sebuah tempat makan yang mereka lewati.
Setelah sempat makan dan beristirahat sejenak, mereka pun kembali melanjutkan perjalanan. Selang dua jam mereka akhirnya tiba di Sukabumi. Lagi-lagi Shasa meminta turun bukan di tempat kostnya.
"Sha?!" Bhima melirik Shasa yang duduk di sampingnya itu.
"Aku lagi nggak mau ketemu siapa-siapa. Aku lagi nggak mood." Jujur Shasa pada akhirnya. Bhima menghela nafas.
"Nginep di rumah, mau?" Tanya Bhima kemudian.
"Heh?!"
"Jarang ada yang ke rumah. Apalagi perumahan aku terbilang perumahan baru. Masih sepi. Kamu bisa istirahat tanpa diganggu." Ujar Bhima. Shasa diam beberapa saat. "Mau?" Bhima memastikan, Shasa pun mengangguk. "Oke." Seru Bhima yang segera melajukan kendaraannya menuju perumahan tempat ia tinggal.
Sesampainya di rumah, Bhima segera merapikan kamar belakang yang biasa digunakan hanya untuk menonton televisi. Malam ini rencana dirinya yang akan menempati kamar tersebut. Sedang Shasa akan ia tempatkan di kamar depan yang tidak lain merupakan ruang pribadi Bhima.
"Ehh kamu di kamar depan aja. Biar aku yang di sini." Ujar Bhima saat Shasa ikut masuk ke dalam kamar belakang dengan membawa serta tas travelnya. Shasa menggeleng.
"Aku di sini aja." Tolak Shasa.
"Sha...."
"Nggak apa-apa."
"Di kamar depan." Tegas Bhima. "Ayo." Ajaknya.
Bhima menuntun Shasa ke kamar depan. Lalu dibantunya Shasa berbaring di atas tempat tidur miliknya. Setelah itu ia kemudian menyelimuti Shasa.
"Mau dimatiin nggak lampunya?" Tanya Bhima sesaat sebelum ia keluar dari kamar. Shasa mengangguk, Bhima pun langsung menekan saklar lampu. Ruangan pun mendadak gelap.

KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Lelakimu
RomansaJangan bermain api jika tidak mau terbakar. Mungkin itu pepatah yang cocok untuk Bhima dan Shasa. Karena permainan mereka, mereka akhirnya terlibat dalam masalah hati. Shasa pun harus memilih antara Aji, tunangannya atau Bhima yang tidak lain adalah...