Semalaman Bhima tidak bisa tidur. Pikirannya terus diganggu pengakuan Aji. Selera makannya pun lenyap begitu saja. Semenjak kemarin malam ia belum menyentuh nasi sama sekali. Dan kini ia merasa suhu tubuhnya meningkat. Karena perlu minum obat pereda demam, Bhima pun memaksakan diri untuk sarapan.
***
"Pake baju ini kali ya?"
"Jangan." Larang Anya.
"Kenapa?"
"Judulnya juga surprise party masa lu datang ke kafe batas kota udah siap party."
"Iya sih tapi kan gue pengen tampil cantik di depan Bhima."
"Hadeeeh atuh itu mah ketauan direncanain bukan kejutan." Anya tepuk jidat.
"Terus?"
"Pake baju biasa aja."
"Idih..."
"Pake baju biasa yang lu suka. Cepetan."
"Iya... iya..."
***
"Sha, nanti sore ikut aku ya?!" Ujar Aji yang semenjak sarapan tadi betah duduk-duduk di teras kost Putri Bungsu.
"Ke mana?"
"Kafe Batas Kota. Anya bikin acara surprise party buat Cindy. Kita diundang."
"Pake dress code nggak?" Tanya Shasa kemudian, memastikan agar dirinya tidak salah kostum.
"Nggak sih tapi yang jelas setelan ke acara semi formal aja."
"Ohh oke."
"Mau makan siang apa? Yuk?!" Ajak Aji sembari siap beranjak.
"Hmmm... Aku masih kenyang."
"Mau bakso?"
"Nggak ahh."
"Apa atuh?"
"Lebih pengen tidur daripada makan. Ngantuk, capek." Ujar Shasa apa adanya.
"Kemarin nyampe jam berapa?" Tanya Aji menyelidik.
"Masih siang."
"Udah ya, terakhir kemarin. Nanti-nanti nggak usah tuh ngonten-ngonten. Cari kerja yang bener aja." Ujar Aji yang sontak membuat Shasa menatap Aji.
"Emang kerjaan aku nggak bener?" Sewot Shasa.
"Bukannya gitu tapi resikonya gede, Sayang." Aji berusaha menurunkan nada bicaranya, ia juga menggeser posisi duduknya agar lebih dekat dengan Shasa.
"Tapi aku nyaman."
"Tapi nggak aman." Timpal Aji tidak mau kalah.
"Ya udah ahh aku pengen tidur siang." Ujar Shasa yang malas berdebat. Aji memang senang mengajaknya berdebat dan selalu tidak ingin kalah. Shasa sedang tidak ingin mengalah saat ini terlebih mengenai profesi yang tengah ia lakoni.
"Mau ditemenin nggak?!" Tanya Aji setengah berbisik.
"Heh?!"
"Aku juga ngantuk." Ujar Aji kemudian.
"Nggak ahh." Tolak Shasa cepat. "Ehh nanti kita ke Kafe Batas Kota jam berapa?" Shasa mengalihkan topik pembicaraan.
"Jam lima."
"Oke." Sahut Shasa sembari meminta Aji untuk segera beranjak dari sana karena ia benar-benar ingin berbaring, tidur siang.
Aji mengatupkan rahang saat dirinya seolah diusir Shasa. Aji beranjak tapi tidak langsung tancap gas melainkan memantau dari kejauhan. Baru setelah ia merasa tidak ada yang datang selepas ia berlalu dan Shasa tidak keluar kost-an, ia mulai melajukan kendaraannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Lelakimu
RomanceJangan bermain api jika tidak mau terbakar. Mungkin itu pepatah yang cocok untuk Bhima dan Shasa. Karena permainan mereka, mereka akhirnya terlibat dalam masalah hati. Shasa pun harus memilih antara Aji, tunangannya atau Bhima yang tidak lain adalah...