AL 32

107 13 8
                                    

"Bhim, lagi di mana?" Tanya Ranti saat panggilannya terhubung.

"Di rumah sakit Bude."

"Siapa yang sakit?"

"Shasa."

"Ehh Shasa kenapa?" Tanya Ranti mendadak cemas. Bhima diam tak menjawab.

"Ada apa, Bude?" Tanya Bhima mengalihkan topik pembicaraan.

"Itu ibu kamu mau gelar acara resepsi. Ayo cepat beresin."

"Hah?! Ibu.....?!" Bhima speechless.

"Iya. Udah kontak wedding organizer segala. Kemarin Bude ke rumah, Ibu kamu lagi sibuk pilih desain undangan malah."

"Ya ampun Ibu...."

"Cepetan jujur ke Ibu kamu. Kasian."

"Iya."

"Kamu masih deket sama Shasa?" Tanya Ranti tiba-tiba. "Awas jadi bumerang. Kata kamu dia udah punya tunangan. Takutnya malah jadi bibit masalah dalam hubungan mereka."

"Iya, Bude. Abis gajian Bhima usahain ke Yogyakarta." Sahut Bhima sekenanya.

"Iya. Ehh titip salam ke Shasa. Semoga cepet sembuh."

"Nanti Bhima sampein. Makasih, Bude." Tutup Bhima.

***

"Sha, lu udah bangun?" Bela mendekat saat tahu Shasa sudah membuka mata setelah beberapa lama terpejam akibat pengaruh obat.

"Mau minum?" Tanya Erina. Shasa mengangguk. Erina pun lantas mengambil gelas berisi air minum yang disediakan pihak rumah sakit.

"Bela...Erina... Gue....?!" Lirih Shasa dengan perasaan campur aduk.

"Nggak apa-apa, kata dokter sekarang lu pokoknya harus bedrest."

Shasa terdiam, bagian bawahnya masih tidak nyaman. Lebih tidak nyaman dibanding saat milik Aji memaksa masuk kala itu. Ia pun merasa sekitar area perutnya terasa sakit. Shasa meringis.

"Sha, lu lapar nggak?" Tanya Bela.

"Aji...." Cicit Shasa pelan sembari mencari sosok itu. Karena seingatnya tadi, ia merasa melihat tunangannya itu diantara Erina dan juga Bela.

"Aji udah balik, adanya Bhima. Mau dipanggilin?" Tanya Erina.

"Bhima?!" Tanya Shasa sembari mengernyitkan kening.

"Iya. Ada di luar, lagi terima telepon. Mau gue panggilin?" Ulang Erina.

"Nggak. Gue nggak mau ketemu dia." Shasa menggeleng lemah. Jelas ia menolak bertemu Bhima terlebih dengan keadaannya seperti ini.

"Kenapa?" Tanya Erina dan Bela nyaris bersamaan.

"Nggak." Kembali Shasa menggelengkan kepalanya. "Oya kenapa gue di kamar ini?"

"Pada penuh." Jawab Erina.

"Tapi ini...?"

"Bhima yang urus." Timpal Bela. Shasa membulatkan mata, hampir kembali buka suara saat tiba-tiba seorang laki-laki membuka pintu dan masuk ke dalam ruangan tempat Shasa mendapat perawatan intensif.

"Udah bangun?" Tanyanya sembari menghampiri.

"Udah." Jawab Bela.

"Syukurlah."

Mendengar suara Bhima seketika jantung Shasa berdebar. Jika bisa ia ingin segera beranjak pergi menghindar dari laki-laki itu saat ini.

"Udah dikasih minum?" Tanyanya lagi.

Aku LelakimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang